Strategi Adaptasi Mempertahankan Usaha Tenun ATBM

4.3 Strategi Adaptasi Mempertahankan Usaha Tenun ATBM

4.3.1 Strategi Diversifikasi Produk Pengembangan produk dilakukan untuk menghadapi persaingan usaha yang sedemikian hebatnya dalam suatu industri, sehingga setiap perusahaan harus mengembangkan dan menciptakan produk baru agar dapat mempertahankan dan meningkatkan penjualan. Pengembangan produk baru ini juga sebagai pemenuhan untuk selera konsumen yang selalu menginginkan adanya perubahan dari suatu produk sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Dengan demikian pengembangan produk merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan agar dapat tetap bertahan. Menurut Marsigit dalam Hermawan, 2015: 27 diversifikasi produk dilakukan oleh suatu perusahaan sebagai akibat dilaksanakannya pengembangan produk, sementara produk lama secara ekonomis masih dapat dipertahankan. Dalam diversifikasi produk, perusahaan berusaha untuk menaikkan penjualan dengan cara mengembangkan produk baru sehingga terdapat bermacam-macam produk yang diproduksi perusahaan. Diversifikasi produk kerajinan tenun adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan pengusaha kerajinan tenun untuk membuat produk menjadi lebih beragam atau tidak terpaku hanya pada satu jenis produk kain tenun saja. Kain tenun yang ada dibuat lagi dalam bentuk yang baru, seperti yang terdapat di kilang Ibu Hotmin Silalahi produk yang dulunya hanya berupa ulos Simalungun tapak catur, hati rongga asli dan palsu, lalu dengan motif ulos Simalungun ini dibuat menjadi bakal pembuatan sarung, jas, selendang, dan sarung sulo. Seperti yang dikatakan informan Ibu Hotmin Silalahi berikut: Universitas Sumatera Utara “ya kalau mau usaha tetap bertahan harus pintar memanfaatkan teknologi, harus mau belajar bagaimana caranya agar konsumen dapat tetap membeli kain ulos kita walaupun kain ulos dengan ATM sudah banyak di pasar dan harganya jauh lebih murah dibanding kain ulos ATBM. Awal saya buka usaha tenun, saya cuma membuat ulos Simalungun yaitu hati rongga palsu saja,terus saya produksi juga ulos Simalungun berupa tapak catur, namun karena saya lihat motif ulos cantik dijadikan pakaian juga, maka saya coba membuat bakal pembuatan sarung, jas, dan selendangnya dari motif ulos Simalungun, dan ternyata banyak konsumen yang menyukainya” wawancara dengan Ibu Hotmin Silalahi, 2016. Pembuatan jenis produk yang baru ini dirancang langsung oleh Ibu Hotmin dengan melihat perkembangan kain tenun melalui internet, melalui kunjungan yang sering dilakukan ke luar Kota Pematangsiantar, lalu dipelajari sehingga tercipta produk baru yang ternyata banyak disukai konsumen. Banyaknya jenis kain tenun yang mulai diciptakan Ibu Hotmin Silalahi memberi dampak positif bagi para karyawannya, seperti pendapat yang diutarakan Ibu Serliana, karyawan tenun Ibu Hotmin berikut: “Saya mengerjakan kain ulos untuk bakal pembuatan jas dan sarung dek, memang mengalami kesulitan karena panjang ulos yang dibuat sampai 2 meter dan benangnya juga lebih tebal dari pembuatan ulos biasanya, tapi ini juga menambah pemasukan kami, karena banyaknya jenis ulos yang kami kerjakan jadi penghasilan kami pun lumayan banyaklah dek” wawancara dengan Ibu Serliana, 2016. Hal senada juga diutarakan karyawan tenun lainnya yaitu Ibu Dewani Sipayung berikut: “Sebelumnya kakak hanya mengerjakan ulos Simalungun yaitu hati rongga palsu yang gajinya Rp 12.000,- perlembar, tetapi karena sudah banyak jenis ulos yang dibuat, kakak jadi sering juga membuat selendang yang gajinya Rp 30.000,- perlembarnya” wawancara dengan Ibu Dewani Sipayung, 2016. Banyaknya jenis produk yang dibuat, menjadikan para karyawan semangat untuk bekerja, karena penghasilan mereka juga bertambah. Mereka tidak hanya terpaku pada satu jenis produk yang gajinya tetap, tetapi sesekali mereka juga mengerjakan produk ulos lainnya yang gajinya lebih tinggi dari yang biasa dikerjakan. Bukan hanya Universitas Sumatera Utara perluasan pembuatan jenis produk ulos saja yang dilakukan Ibu Hotmin untuk dapat mempertahankan usahanya agar tetap diminati konsumen, tetapi dengan mengganti motif dan menggabungkan motif lama dengan motif baru juga dilakukan. Untuk mendapatkan motif baru Ibu Hotmin mengikuti pameran-pameran budaya, melihat perkembangan fashion melalui layanan internet, dan lalu menciptakan inovasi motif sendiri. Seperti yang dikatakan Ibu Hotmin berikut: “....saya juga suka membuat motif baru biar konsumen gak bosan sama motifnya yang itu-itu saja, saya lihat-lihat ulos lain ditambah waktu saya ikut pameran di Jakarta saya menemukan motif ulos yang baru, nah maka itu saya mixkan dengan motif ulos saya yang lama, jadi ada pembaharuan setiap tahunnya”wawancara dengan Ibu Hotmin, 2016. Kemajuan teknologi dimanfaatkan Ibu Hotmin untuk memperbaharui produknya sehingga tetap diminati konsumen. Ia juga sering mengikuti pameran hasil budaya agar ia tahu produknya sudah sesuai selera konsumen atau belum. Perluasan jenis ulos dan pembaharuan motif ulos yang dilakukan Ibu Hotmin adalah langkahnya dalam membuat produknya menjadi beragam. Pameran-pameran yang sering diikuti pengusaha juga menambah pengetahuan tersendiri bagi pengusaha tentang perkembangan jenis dan motif kain tenun yang diminati oleh konsumen. Ibu Hotmin sering mengikuti pameran- pameran, seperti pendapat Ibu Hotmin berikut ini: “Tahun 2005 saya ikut pameran di Senayan, Jakarta. Waktu itu saya dibawa oleh PTPN III, waktu Rudolf Pardede jadi gubernur di DKI Jakarta. Saat pameran itu hanya stand kita yang habis terjual semua ulosnya” wawancara dengan Ibu Hotmin, 2016. Kemajuan usaha Ibu Hotmin dan keberhasilan diversifikasi produk yang dilakukan terlihat jelas dari hasil usahanya yang terjual habis pada saat mengikuti pameran di Jakarta. Produk hasil usaha Ibu Hotmin banyak digemari oleh konsumen. Dalam pembuatan produk baru ini dibutuhkan skill dan pengetahuan oleh pengusaha Universitas Sumatera Utara agar dapat menciptakan sesuatu yang baru dan diminati konsumen. Tidak hanya pengusaha, karyawan tenun juga harus mau dan mampu belajar dalam membuat jenis ulos dan motif yang baru. Diversifikasi produk yang dilakukan Ibu Hotmin memang dapat diandalkan untuk mempertahankan usahanya di tengah kemajuan teknologi saat ini. Banyak konsumen yang menyukai dan membeli produk ulos Ibu Hotmin meskipun harganya jauh lebih mahal dari ulos yang dibuat dengan ATM. Hal ini terbukti dari pendapat para konsumen seperti Ibu Johannes berikut: “Motifnya lebih cantik kalau beli ulos disitu, gak seperti di kilang tenun lain yang masih pakai motif lama dek, jadi ya saya tertarik beli disitu” wawancara dengan Ibu Johannes, 2016. Begitu juga dengan Ibu Devi yang berpendapat sebagai berikut: “Motif dan jenis ulosnya cantik dan bagus dek, jadi saya tertarik untuk bekerjasama dengan Ibu Hotmin, biar ulos yang dibuatnya gak dikasih sama orang dan hanya ada di toko saya saja, jadi berapaun ulosnya saya tampung”wawancara dengan Ibu Devi, 2016. Ketertarikan konsumen dengan produk ulos yang dihasilkan Ibu Hotmin, membuat usahanya dapat bertahan. Ulos yang dibuat selalu diminati oleh konsumen, sehingga pembuatan ulosnya selalu lancar, dan tidak jarang Ibu Hotmin juga mendapat pesanan dari orang-orang sebagai tanda bahwa ulos yang dihasilkan memang bagus dan berkualitas. Tabel 4.3 Daftar Jenis Produk serta Harga Gaji Karyawan dan Harga Jual No Daftar Nama Produk Harga Gaji Karyawan Perlembar Harga Jual Perlembar 1 Ulos Hati Rongga RP 20.000,- Rp 60.000,- 2 Ulos Hati Rongga Palsu Rp 12.000,- Rp 45.000,- Universitas Sumatera Utara 3 Bakal Jas Rp 50.000,- Rp 250.000,- 4 Bakal Sarung Rp 50.000,- Rp 250.000,- 5 Selendang Rp 30.000,- Rp 65.000,- 6 Sarung Sulo Rp 13.000,- Rp 45.000,- 7 Ulos Tapak Catur Rp 29.000,- Rp 300.000,- Sumber : Ibu Hotmin Barang yang dibeli dengan pembelian sepasang terdiri dari sarung dan selendang. Lalu sarung dan selendang inipun memiliki klasifikasi kualitas tergantung benang, cara kerja dan motif yang dibuat. Ada mulai harga Rp 60.000,- Rp 150.000 Rp 200.000,- Rp 250.000,- Rp 350.000,- sampai dengan harga Rp 500.000,- yang memiliki kualitas kain tenun paling baik yang ada di usaha tenun Ibu Hotmin. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, strategi yang dilakukan pengusaha terkait dengan diversifikasi produk meliputi penciptaan motif- motif ulos Simalungun yang baru, pencampuran motif lama dengan sedikit penemuan motif baru oleh pengusaha sehingga dapat menghasilkan produk-produk berupa ulos Simalungun dengan berbagai macam motif yang baru. Diversifikasi juga dilakukan dengan menciptakan atau menambah jenis produk baru lainnya. Produk yang awalnya hanya berupa ulos hati rongga dan tapak catur, saat ini produknya sudah bertambah yaitu dengan dibuatnya bakal jas, bakal sarung, sarung sulo, dan selendang. Jenis produk ulos yang semakin beragam membuat konsumen tertarik untuk membeli sehingga pembuatannya dilakukan secara lancar oleh Ibu Hotmin, dan strategi diversifikasi produk ini salah satu faktor membuat usaha Ibu Hotmin dapat bertahan. Berbeda dengan usaha tenun yang dimiliki Ibu Sarmauli Jawak saat masih berkembang, strategi usaha yang dilakukan untuk mengembangkan produk tenunnya Universitas Sumatera Utara hanya dengan menciptakan motif-motif ulos Simalungun yang baru, lalu motif baru tersebut juga dikombinasikan dengan motif ulos yang lama sehingga ada pembaharuan jenis motif. Ibu Sarmauli mengaku tidak ada menciptakan produk ulos baru seperti bakal sarung dan jas yang dilakukan Ibu Hotmin. Ibu Sarmauli hanya membuat ulos tapak catur, ulos hati rongga, dan ulos rondang-rondang yang merupakan ulos Simalungun. Ibu Sarmauli juga belum pernah mengikuti pameran hasil budaya dan membawa hasil usahanya ke pameran-pameran tersebut. Untuk menciptakan diversifikasi produk, haruslah dibutuhkan keahlian dan pengetahuan dari seorang pengusaha agar usahanya tetap maju, meskipun usaha lainnya mengalami kemunduran. 4.3.2 Strategi Pemasaran Produk Produk-produk yang telah dihasilkan akan di pasarkan oleh pengusaha, baik secara langsung maupun melalui perantara seperti toko-toko yang ada. Pemasaran mempengaruhi keberhasilan usaha seseorang, karena terkait dengan laku atau tidaknya produk yang telah dihasilkan, dan kepada konsumen yang bagaimana produk itu kita pasarkan agar usaha kita memiliki konsumen sebagai pelanggan tetap kita. Pemasaran menurut Kotler dalam Laksana, 2008: 4 adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan, dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut Laksana 2008: 4 pemasaran adalah segala kegiatan yang menawarkan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atau konsumen. Universitas Sumatera Utara Pemasaran produk tenun adalah aktivitas yang dilakukan pengusaha dalam cara bagaimana produk kain tenun yang dihasilkan akan dipasarkan. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia menjadi konsep dalam pemasaran, mulai dari pemenuhan produk, penetapan harga, pengiriman barang, dan mempromosikan barang. Dalam mempertahankan usahanya, Ibu Hotmin sangat mengutamakan masalah pemasaran, oleh sebab itu beliau memiliki cara tersendiri dalam hal pemasaran produk- produknya, seperti hasil wawancara dengan Ibu Hotmin berikut: “Saya dapat tetap bertahan saat ini karena saya gak sembarangan memasarkan produk, saya hanya memasarkan pada satu grosir di Pasar Parluasan, karena dia mampu bayar berapapun ulos saya yang masuk, jadi saya gak kasih ke grosir lain lagi. Nama tokonya Devi Ulos milik Ibu Devi Purba di Pasar Parluasan, jadi ulos saya gak pasaran dan tetap diminati konsumen, kalau kilang lain berapa toko yang minta mereka kasih, ulos mereka jadi banyak dipasaran dan akhirnya kurang lakulah dek” wawancara dengan Ibu Hotmin, 2016. Cara yang dilakukan Ibu Hotmin dalam memasarkan produknya dengan sistem kontrak, yaitu hanya di pasarkan ke satu toko saja, sehingga berapapun jumlah ulos yang akan diantar selalu di tampung oleh Toko Devi Ulos. Keputusan Ibu Hotmin untuk memasarkan ulosnya ke satu toko di Kota Pematangsiantar membuat ulos-ulosnya laku dan banyak diminati konsumen, karena untuk mendapatkan produk ulos hasil Ibu Hotmin, konsumen hanya melalui satu toko saja, sehingga baik Ibu Hotmin maupun Ibu Devi sebagai penampung semua ulos Ibu Hotmin sama-sama untung dan jualannya cepat laku. Seperti pendapat Ibu Devi berikut ini: “Untuk ulos Simalungun saya khusus ngambilnya sama Ibu Hotmin dek, karena memang bagus ulosnya, jadi setiap seminggu sekali datang barang kita dari Ibu Hotmin. Kami buat kesepakatan biar ulosnya jangan dikasih ke toko lain lagi, jadi berapapun jumlah ulosnya selalu saya ambil” wawancara dengan Ibu Devi, 2016. Universitas Sumatera Utara Ibu Devi membuka toko usahanya dengan menjual berbagai produk untuk keperluan adat Batak. Untuk ulos Simalungun ia memang khusus mengambil dari Ibu Hotmin karena alasan cantik, berkualitas, dan hasilnya selalu rapi. Dalam sekali mengambil ulos Ibu Devi harus mengeluarkan uang sekitar Rp 10.000.000,- sampai Rp 20.000.000,-. Setiap sekali dalam seminggu Ibu Hotmin selalu mengantarkan ulos- ulosnya ke toko Ibu Devi, berapapun banyaknya ulos yang diantar selalu di tampung dan dibayar oleh Ibu Devi. Ulos Simalungun yang dijual di toko Ibu Devi memang memiliki motif yang berbeda dengan lainnya, seperti pendapat informan yang sedang membeli di Toko Devi Ulos, Charlos Alfredo Saragih berikut: “Alasan saya beli ulos disini karena motifnya jarang ada di toko orang, jadi kesannya ulos yang kita beli itu gak pasaran dan mewah kk, trus memang rapi juga ulosnya disini, baguslah pokoknya” wawancara dengan Charlos, 2016. Ketertarikan konsumen akan ulos yang dijual di toko Ibu Devi membuat Ibu Devi terus melanjutkan kerjasamanya dengan Ibu Hotmin, agar konsumen yang memang mengerti akan kain tenun tetap jadi pelanggannya. Selain menjual pada satu toko, cara lain yang dilakukan dalam pemasaran produk kain tenunnya dengan memanfaatkan teknologi dari layanan internet, yaitu melalui jual beli online. Hal ini dilakukan agar masyarakat yang lebih sering menggunakan layanan internet untuk keperluan sosialnya dapat dijangkau dan memesan secara online. Berikut hasil wawancara dengan Ibu Hotmin: “Sekarangkan sudah banyak orang jualan secara online pakai internet, nah kita juga lakukan itu, jadi banyak juga orang diluar Kota Siantar ini yang beli secara online sama kita, tinggal buka aja Citra Ulos, mereka bisa langsung pesan, jumlahnya tergantung pemesanan mereka, dan biasanya kita antar via TIKI dan Elteha yang di Jalan Cipto” wawancara dengan Ibu Hotmin, 2016. Universitas Sumatera Utara Pemasaran secara online dilakukan agar dapat menjangkau konsumen yang berada di luar Kota Pematangsiantar. Secara online Ibu Hotmin telah memasarkan produknya sampai ke Jambi, Jakarta, dan Batam, dengan nama usaha onlinenya Citra Ulos H. Br. Silalahi, nomor telepon 0622-7553029, dan dengan produk utamanya adalah ulos Simalungun. Penjualan produk secara online yang dilakukan merupakan strategi agar produknya dapat dinikmati konsumen atau pelanggan kain ulos ATBM.Ibu Hotmin juga sering mendapat pesanan ulos dari aparat negara seperti tentara dan pegawai kantoran, dalam pembuatan jas atau sarung yang seragam yang biasanya dipesan secara online, seperti yang diucapkan Ibu Hotmin berikut: “...orang-orang yang kerja kantoran sering pesan bakal jas atau sarung dalam jumlah banyak untuk pembuatan baju seragam mereka, malah tentara juga pernah pesan sama kita bakal jas, jadi kita harus ramah dan kejar target kalau sudah dipesan begitu, biar mereka gak kecewa sama pelayanan kita” wawancara dengan Ibu Hotmin, 2016. Produk yang telah dipesan oleh para konsumen selalu dengan tepat waktu diselesaikan Ibu Hotmin, agar konsumen tidak kecewa dan maumenjadi pelanggan tetap nantinya.Pemasaran berikutnya dilakukan dengan melayani konsumen yang datang langsung ke rumah atau kilang tenun, biasa konsumennya adalah para tetangga atau orang sekitar rumah Ibu Hotmin atau melalui karyawan tenun yang telah dipercayainya. Ibu Hotmin juga melayani konsumen yang membeli secara langsung ke rumah atau kilangnya. Seperti pendapat Ibu Hotmin berikut: “Untuk orang-orang yang udah tahu saya jual ulos, mereka datang langsung ke kilang atau rumah, saya gak pernah menawarkan waktu lagi perkumpulan- perkumpulan kayak arisan, karena mereka memang udah tahu” Wawancara dengan Ibu Hotmin, 2016. Melalui karyawan kepercayaannya, pemasaran juga sering dilakukan. Seperti Universitas Sumatera Utara pendapat karyawannya Ibu Serliana berikut ini: “Orang-orang dekat sini mau juga beli sama saya, karena dilihatnya cantik yang saya kerjakan jadi tertarik orang itu, nanti dipesannya lah sama saya, trus saya kabari ke Ibu Hotmin, masalah harga bisa nego-nego sikitlah dek” wawancara dengan Ibu Serliana, 2016. Tidak sedikit konsumen yang membeli ulos melalui Ibu Serliana, oleh sebab itu setiap sekali penjualan Ibu Serliana mendapatkan upah tergantung jenis ulos dan jumlah yang dibeli konsumen. Paling besar sekali penjualan Ibu Serliana mendapatkan upah dari pengusaha sebesar Rp 100.000,-. Berdasarkan hasil wawancara para informan dan hasil observasi, strategi pemasaran produk kain tenun yang dilakukan Ibu Hotmin untuk mempertahankan usahanya yang utama adalah dengan memasarkannya melalui satu toko di Kota Pematangsiantar, yaitu toko Ibu Devi yang terletak di Pasar Parluasan, Pematangsiantar. Semua permintaan konsumen yang datang ke toko Ibu Devi selalu disampaikan dan diperbaiki oleh Ibu Hotmin, jadi ulos-ulos yang dijual dapat tetap memenuhi selera konsumen. Selain itu pemasaran produk juga dilakukan secara online, agar dapat menjangkau peminat kain ulos yang berada di luar Kota Pematangsiantar. Selebihnya dilakukan dengan menjual langsung di kilang atau rumah, atau melalui karyawannya yaitu Ibu Serliana. Oleh sebab itu sikap ramah-tamah dalam melayani para konsumen serta menjalin hubungan baik dengan konsumen menurut Ibu Hotmin Silalahi juga merupakan kunci utama agar tetap memiliki pelanggan. Langkah-langkah pemasaran yang dilakukan pengusaha tenun Jalan Lau Cimba ini terbilang sudah maju, karena melalui toko, pemasaran juga telah dilakukan secara online. Ibu Hotmin telah memiliki banyak pengetahuan dan pengalaman-pengalaman, Universitas Sumatera Utara sehingga ia mampu mengembangkan pemasaran produknya sampai ke luar Kota Pematangsiantar. Jadi baik di dalam maupun luar Kota Pematangsiantar, kain tenun hasil Ibu Hotmin tetap diminati konsumennya. 4.3.3 Strategi Perekrutan Karyawan Strategi perekrutan karyawan adalah salah satu cara yang dilakukan pengusaha untuk mendapatkan karyawan yang sesuai sesuai dengan kriteria pekerjaan yang dibutuhkan. Perekrutan karyawan tenun dilakukan bertujuan untuk mencari dan memikat pelamar kerja dengan memberikan motivasi untuk bisa memperlihatkan kemampuan dan pengetahuan mereka. Dalam hal ini pengusaha memiliki strategi atau cara agar mendapat karyawan yang memiliki skill bagus untuk kelancaran usahanya. Berikut hasil wawancara dengan Ibu Hotmin: “Kalau masalah karyawan, kebanyakan mereka yang datang kesini dan minta kerjaan sama kita, ya saya gak pernah tolak kalau ada yang mau kerja, saya selalu terima, tetapi cara dia kerja juga saya perhatikan, kalau sedikit ulos yang dikeluarkan dalam seminggu karena malas kerja, saya langsung pecat atau angkat ATBM kalau yang kerja di rumah sendiri” wawancara dengan Ibu Hotmin. Ibu Hotmin selalu menerima jika ada orang yang membutuhkan pekerjaan di kilang tenunnya, alasannya adalah karena ia cepat merasa kasihan terhadap orang yang membutuhkan pekerjaan, dan ia beranggapan bahwa setiap orang harus saling tolong- menolong, tetapi walaupun Ibu Hotmin memiliki sikap terbuka dalam menerima karyawan baru, ia juga sangat tegas memperlakukan karyawannya. Karena bekerja di kilang tenun miliknya ada aturan yang harus ditaati setiap karyawan, seperti pendapat karyawannya Ibu Mei berikut ini: Universitas Sumatera Utara “Harus ada keluar ulos yang kita kerjakan dalam seminggu dek, ulosnya juga harus rapi dan tidak boleh bergaris, kalau gak habis dimarahi kita” wawancara dengan Ibu Mei, 2016. Hal yang sama juga disampaikan karyawan yaitu Ibu Serliana Sinaga berikut: “Toke kami kalau rajin aja kami kerja baiknya dia dek, tapi kalau udah terlambat gunting ulos apalagi ulos pesanan, gak tau lagi lah dek, mau sampai diangkatnya pun ATBM yang di rumah kita ini” wawancara dengan Ibu Serliana, 2016. Peraturan-peraturan yang dietapkan pengusaha kepada karyawannya yaitu seperti harus ada ulos yang dihasilkan dalam seminggu kerja, karena memang Ibu Hotmin mengambil hasil kerjaan karyawannya setiap seminggu sekali, jadi jika ada karyawan dalam seminggu tidak menghasilkan ulos akan dipecat atau dangkat ATBM jika yang bekerja di rumah masing-masing. Ulos yang dihasilkan tidak boleh bergaris, benang tidak boleh putus, dan harus rapi. Bagi karyawan yang memiliki skill bagus seperti pembuatan ulosnya selalu rapi, selalu bisa mengerjakan ulos pesanan pelanggan tepat waktu, dan bisa memasang benang pada ATBM atau sering disebut stel ulang tenun, Ibu Hotmin akan memperlakukan karyawannya lebih baik agar dapat bertahan kerja dengannya, seperti yang dikatakan Ibu Hotmin berikut: “...tetapi karyawan yang punya skill bertenun, kayak bisa mengajari orang baru, pintar stel tenun, rapi-rapi juga ulosnya, saya selalu perlakukan lebih baik biar tetap bertahan kerja disini, seperti misalnya memberi pinjaman jika ingin meminjam dan jarang sekali mereka saya tegur atau marahi” wawancara dengan Ibu Hotmin, 2016. Cara yang dilakukan pengusaha untuk mendapatkan dan mempertahankan karyawan tidak semua sama. Setiap pengusaha memiliki cara yang berbeda-beda dalam memperlakukan karyawannya. Ibu Hotmin selalu bersikap terbuka terhadap pencari kerja yang datang ke kilang tenunnya, ia selalu menerima asalkan mau bekerja. Bagi karyawan lama dan memiliki kemampuan dalam bertenun, akan diperlakukan dengan Universitas Sumatera Utara baik seperti memberi pinjaman, memberi bonus gaji pada saat mengerjakan ulos pesanan yang dalam waktu singkat, dan jarang dimarahi jika ada salah sekali-kali, hanya diberi peringatan saja. Hal ini dilakukan Ibu Hotmin agar tetap dapat mempertahankan karyawan yang memiliki skill, karena tidak mudah mendapatkan karyawan yang benar- benar memiliki kemampuan tenun dan serius bekerja. Namun bagi karyawan yang malas bekerja, beliau tidak segan untuk marah dan bahkan langsung memecatnya. Hasil observasi peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan yang bekerja di kilang Ibu Hotmin adalah para tetangga, atau masyarakat yang berasal dari Rambung Merah, Kabupaten Simalungun. Hanya sebagian kecil karyawan yang berasal dari luar Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun. Karyawan yang bekerja dengan Ibu Hotmin juga sering berganti, artinya tidak semua karyawan betah kerja dengan Ibu Hotmin karena tidak tahan terus dimarahi oleh pengusaha dan ada juga karena memang tidak ingin bekerja lagi. Namun bagi sebagian karyawan yang telah lama bekerja, mereka merasa nyaman bekerja dengan Ibu Hotmin karena gaji yang diberikan sesuai dengan yaang dikerjakan. Banyaknya karyawan yang ingin bekerja sebagai penenun, menjadikan Ibu Hotmin tidak perlu melakukan perekrutan secara khusus, ia selalu menerima setiap pelamar kerja dan ia akan mengajari bagaimana cara bertenun. 4.3.4 Strategi Pemenuhan Modal Strategi pemenuhan modal adalah cara yang dilakukan pengusaha tentang bagaimana ia dapat mencukupi kebutuhan dana untuk kelancaran usahanya. Modal digunakan untuk segala keperluan yang terkait dengan pembuatan produk, pemasaran, Universitas Sumatera Utara dan pemberian gaji karyawan. Pada pengusaha tenun, modal dibutuhkan untuk pembuatan kilang tenun, pembelian ATBM, benang, mesin palet atau penggulung benang, mesin panghanian, dan pembayaran gaji karyawan. Ibu Hotmin memulai membuka usahanya secara perlahan dengan cara menyicil untuk membeli keperluan terkait usahanya. Ia tidak memulai usahanya secara besar, namun dari kecil sampai besar saat ini. Berikut hasil wawancara dengan Ibu Hotmin: “Waktu pertama buka tenun, usaha saya masih kecil. Modal pertama saya dapat dari uang simpanan saya selama bekerja di kilang tenun Ibu Girsang yaitu Rp 4.000.000,-dan saya belikan 1 pasang ATBM, terus keuntungan penjualan ulos saya belikan lagi 1 pasang ATBM, begitulah seterusnya. Kalau masalah pembuatan kilang kebetulan dari warisan orang tua dek”wawancara dengan Ibu Hotmin, 2016. Ibu Hotmin mengaku hal yang paling sulit dalam menjalankan usaha tenunnya adalah kekurangan modal, apalagi saat permintaan kerja untuk menjadi karyawan di kilangnya banyak. Ia mendirikan usahanya ini dengan modal dan tenaga sendiri. Ibu Hotmin juga tidak bergabung ke Dinas UMKM Kota Pematangsiantar, karena menurutnya bergabung atau tidak dengan Dinas UMKM sama saja, kalau bukan pengusaha yang memulai dan berusaha maju, maka tidak akan mendapat bantuan dari Dinas UMKM, Jadi Ibu Hotmin tidak tertarik untuk bergabung. Seperti yang dikatakan Ibu Hotmin berikut: “...kalau sudah dilihat majunya baru mau lah datang Dinas UMKM itu memperhatikan kita, biar bisa dibawanya kita pameran-pameran atas nama orang itu dek, namun kalau waktu sulit-sulitnya usaha kita mana ada diperhatikan, jadi untuk apa kita gabung setelah kita maju dan sukses kan” wawancara dengan Ibu Hotmin, 2016. Dalam menjalankan usahanya, Ibu Hotmin tidak ada bergabung dan bekerjasama dengan lembaga-lembaga tertentu, karena menurut beliau segala keberhasilan usaha itu dimulai dari diri sendiri. Karena untuk mendapat bantuan dari lembaga-lembaga juga Universitas Sumatera Utara bukanlah hal yang mudah, jadi Ibu Hotmin memutuskan untuk tidak bergabung. Maka untuk mengatasi kekurangan modal usaha Ibu Hotmin mengikuti arisan-arisan STM Serikat Tolong-Menolong atau tarikan yang ada di tempat ia tinggal dan tidak jarang juga ia meminjam ke rentenir dan ke bank. “Saya pinjam dari bank dengan bunga 5 dek, terus saya ikuti arisan-arisan yang ada disini, ya lumayan jugalah untuk nambahi modal usaha, walaupun jumlah yang didapat paling sekitar Rp 12.000.000,-. Kalau butuhnya mendadak mau juga saya pinjam dari orang yang membungai uang dengan bunga 10 sampai 20 dek” wawancara dengan Ibu Hotmin, 2016. Meminjam ke bank atau rentenir dilakukan Ibu Hotmin untuk tetap mempertahankan usahanya saat kesulitan keuangan. Pembayaran ke bank dan rentenir dilakukan dengan sistem kredit atau mencicil sedikit demi sedikit sampai lunas dalam jangka waktu yang telah ditentukan dengan kesepakatan bersama. Walaupun demikian, pembayaran gaji karyawan selalu dilakukan tepat waktu, seperti pendapat Ibu Hotmin berikut: “Gaji karyawan yang kerja di rumah sendiri dibayar seminggu sekali, kalau yang di kilang tiap dua minggu sekali, itu harus terus kita bayar dan sediakan dananya, gak bisa ditunda-tunda, karena semua orang kan punya keperluan masing-masing dek, jadi harus siap sedia lah dananya” wawancara dengan Ibu Hotmin, 2016. Hal ini juga dibenarkan oleh karyawannya yaitu Ibu Lisna berikut: “Kami kan kerja di rumah, jadi setiap hari senin kami gunting ulos dan langsung digaji sesuai jumlah ulos yang kami kerjakan dek. Terusnya kalau gajian ada, gak pernah nunggak walaupun satu hari dek” wawancara dengan Ibu Lisna, 2016. Pengusaha selalu membayar gaji karyawan tepat pada waktunya dan tidak pernah menunggak, artinya pengusaha selalu memikirkan kesejahteraan karyawannya. Hal senada juga diungkapkan karyawa lainnya, yaitu Lasma Sianipar berikut: Universitas Sumatera Utara “Setiap dapat hari untuk gajian, ya kami terima gaji. Sebelum gajian dan kami butuh uang kami juga mau minjam sama Ibu Hotmin, nanti pas gajian potong gaji gitu dek, memang dipikirkan kalau masalah gaji karyawan dek” wawancara dengan Lasma Sianipar, 2016. Kekurangan modal atau dana yang dialami Ibu Hotmin adalah karena ulos yang dihasilkan oleh karyawan tidak selalu banyak, hal ini disebabkan oleh karyawan yang malas bekerja, sedangkan bahan-bahan seperti benang tetap harus dibeli, dan belum lagi ia harus membayar gaji karyawannya setiap seminggu sekali untuk karyawan yang bekerja di rumah sendiri dan ada juga yang setiap 2 minggu sekali untuk karyawan yang bekerja di kilang tenunnya, belum lagi memberi pinjaman uang bagi karyawan yang membutuhkan sebelum gajian, maka ia pun harus mencari pinjaman. Kekurangan dana juga disebabkan karena kebutuhan sehari-hari keluarga Ibu Hotmin dan kebutuhan lainnya seperti pendidikan anaknya adalah diambil dari uang hasil usahanya. Maka jika ulos yang dihasilkan tidak banyak, Ibu Hotmin harus mencari pinjaman baik ke bank dan rentenir. Ibu Hotmin tidak pernah mendapat bantuan berupa alat, modal, atau pelatihan-pelatihan yang dilakukan pemerintah atau Dinas UMKM Kota Pematangsiantar. Hasil penjualan kotor ulos yang didapat Ibu Hotmin dalam waktu seminggu jika ulosnya lancar adalah berkisar Rp 13.000.000,- sampai Rp 15.000.000,-, atau sekitar Rp 57.000.000,- dalam sebulan, uang itulah yang digunakan untuk membayar gaji karyawan, membeli keperluan usaha, dan biaya hidup keluarga Ibu Hotmin tersebut. Tetapi jika ulos yang dihasilkan sedikit, hasil penjualan dalam seminggu hanya berkisar Rp 10.000.000,-. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa untuk dapat mempertahankan usahanya dalam pemenuhan modal atau dana, Ibu Hotmin melakukan pinjaman ke bank dengan bunga 5, ke rentenir dengan bunga 10 sampai Universitas Sumatera Utara 20, dan mengikuti arisan-arisan yang ada disekitar tempat tinggalnya, seperti arisan marga dan arisan gereja.

4.4 Implementasi Modal Sosial Dalam Mempertahankan Usaha Tenun ATBM