Profil Informan 1. DESKRIPSI DAN INTEPRETASI DATA PENELITIAN

36

4.2. Profil Informan 1.

Bapak Asman Pria yang tinggal di Komplek Citra Wisata blog G nomor: 63 merupakan seorang keturunan jawa yang lahir di Sumatera Utara sejak lebih dari 60 tahun lalu. Pria 3 orang anak ini merupakan pengurus organisasi IKMCW yang menjabat sebagai ketua 3. Beliau melihat bagaimana Komplek Citra Wisata yang dulunya sangat tertutup mulai terbuka dengan sesama tetangga. Komplek Citra Wisata dahulu dinilainya sangat mencirikan masyarakat perkotaan dimana kehidupan bertetangga masih sangat rendah. Inikator yang dipakainya adalah intensitas bertemu dan berinteraksi masyarakat hanya sebatas pertemuan-pertemuan insidental dan terbatas pada masyarakat yang memang awalnya saling mengenal sebelum pindah ke komplek. Masyarakat seperti enggan untuk memulai interaksi terhadap para tetangga dikarenakan kondisi yang memang saling tidak mengenal. Berbagai masalah yang berhubungan dengankebutuhan kemasyarakatan seluruhnya diserahkan terhadap pengelola perumahan dan alhasil interaksi terhadap sesame penghuni komplek tidak dapat berjalan sama sekali.

2. Drs. H. Ahamad Thamrin, M.Psi

Pria 59 tahun ini adalah saah satu ketua di IKMCW yang menempati pisisi sebagai ketua 2 dalam kepengurusan. Pria yang sedang sibuk dengan kegiatan wiraswastanya ini aktif dalam berbagai aktifitas yang berhubungan dengan IKMCW dan berbagai kegiatan di Komplek Citra Wisata Medan. Universitas Sumatera Utara 37 Pak Ahmad begitu beliau biasa di sapa melihat bagaimana peran organisasi IKMCW sebagai motor pendongkrak kebiasaan masyarakat yang acuh terhadap kehidupan ketetanggan. Beliau melihat bagaimana perkembangan IKMCW jika dibandingkan dengan awal berdirinya memperlihatkan perubahan yang besar yang terlihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan organisasi. Pak Ahmad juga melihat bagaimana sulitnya melakukan perekrutan anggota baru yang merupakan penghuni baru komplek. Mereka menganggap bahwa padatnya kegiatan IKMCW akan mengganggu kegiatan dalam pekerjaan mereka padahal inti dari IKMCW adalah bagaimana organisasi ini adalah memberikan wadah bersilaturahmi masyarakat penghuni komplek.

3. Bambang Sulistyo

Bapak 3 anak ini merupakan peneliti di Algemeene Vereniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra AVROS Medan. Bapak 3 orang anak ini merupakan penghuni baru di Komplek Citra Wisata setelah membeli rumah tersebut dari salahsatu keluarga yang pindah lantaran urusan bisnis. Pak Bambang melihat bagaimana IKMCW memberikan fasilitas baginya untuk bersosialisasi dengan para tetangga baru. Awalnya beliau berfikir bahwa tidak akan dapat mengikuti seluruh kegiatan IKMCW jika benar-benar ikut dalam organisasi. Tetapi setelah menjadi anggota, pak Bambang mulai menemukan nuansa kekeluargaan dalam tubuh organisasi. Dalam organisasi dinilainya adalah tempat yang nyaman sebagai tempat bertukar informasi dan pengetahuan-pengetahuan baru baik untuk kehidupan ketetanggaan maupun lainnya. Universitas Sumatera Utara 38

4. Ibu Ivo Fara Zara

Ibu 2 orang anak ini sedang disibukkan oleh aktivitas perkuliahan pasca sarjana kenotariatan. Ibu Ivo yang kini berusia 27 tahum merupakan salah satu penghuni paling lama yang ada di Komplek Citra Wisata. Ivo menggambarkan bagaimana sulitnya untuk berinteraksi dengan tetangga di awal berdirinya komplek perumahan. Kabutuhan yang selalu disediakan oleh pengelola perumahan seperti keamanan dan kebersian membuat penghuni komplek merasa sudah cukup untuk berdiam diri di rumah atau liburan di luar tanpa bertegur sapa dengan sesame penghuni komplek. Hal ini mengakibatkan sebagian besar penghuni komplek memang saling tidak mengenal satu sama lain. Pada tahun IKMCW mulai memiliki banyak anggota di dalamnya barulah masyarakat komplek memiliki tempat bertegursapa satu samalainnya. Hal ini membuat keberadaan IKMCW mulai dilirik berbagai masyarakat yang belum menjadi anggota. Kebutuhan akan ikatan ketetanggaan agaknya memang tidak bisa dilepaskan baik oleh manusia di Kota Metropolitan sekelas Medan.

5. Ivan Ali Reza

Pria 26 tahun ini merupakan salahsatu anggota paling muda yang ada di organisasi IKMCW. Pria yang sekarang bekerja sebagai banker di bank Sumut ini merupakan salahsatu penghuni yang lahir di Komplek Citra Wisata. Bang Ivan begitu biasa dia dipanggi menceritakan bagaimana masa kecilnya dihabiskan dengan teman-teman di luar komplek akibat sulitnya melakukan interaksi terhadap sesama penghuni komplek. Dia menceritakan bagaimana dia harus jauh Universitas Sumatera Utara 39 keluar komplek dahulu hanya untuk bermain bersama teman-teman seusianya. Sulitnya mendapatkan teman diakibatkan kondisi masyarakat saat itu memang masih tertutup dengan sesama tetangga. Sekarang kegiatan masyarakat bisa dilihat di Mesjid Amaliyah di Komplek Citra Wisata, masyarakat mulai mau untuk berinteraksi khususnya para anggota IKMCW yang telah lama terbentuk sebelumnya.

6. Yani Harahap

Ibu yang dikaruniai 3orang anak ini memiliki kesibukan dalam bisnis butik yang sekarang sedang digelutinya. Ibu yani merupakan penghuni pertama Komplek Perumahan Citra Wisata Medan. Ibu Yani menceritakan bagaimana sulitnya mendapatkan bantuan saat akan melakukan acara seperti pesta. Kesulitan utama adalah mengundang penghuni komplek untuk hadir di acara tersebut. Kondisi ini diakibatkan oleh masyarakat yang jarang berinteraksi. Masyarakat hanya bertemu saat tidak sengaja bertemu di jalan dan kadan malah tidak lebih dari itu. Keberadaan IKMCW memang memberikan dampak besar bagi konteks interaksi masyarakat Komplek Citra Wisata. Komplek sekarang memiliki barbagai kegiatan untuk menjaga harmonisasi kehidupan ketetanggan warga komplek.

7. Syafrizal

Pria 60 tahun yang telah dikaruniai 3 orang anak ini merupakan pensiunan PT. PTPN II. Beliau sekarang sedang sibuk dengan bisnis kos-kosan yang baru digelutinya setahun belakangan. Universitas Sumatera Utara 40 Beliau melihat pentingnya organisasi dalam kehidupan masyarakat di Komplek Citra Wisata. Masyarakat yang saling tidak mengenal sebelum adanya organisasi. Sering terjadi kebingungan mengenai kebutuhan informasi-informasi di sekitar. Hal ini sebenarnya mengakibatkan kondisi masyarakat semakin jauh dari konsep masyarakat yang ideal, masyarakat komplek tidak memiliki jaringan ketetanggan yang kuat pada saat itu. Kontrol antara masyarakat satu dengan yang lainnya hampit tidak dimiliki masyarakat komplek pada saat itu. Sejah berdirinya IKMCW sebagai organisasi yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat, masyarakat mulai menemukan tempat berbagi informasi dan keluhan yang mereka miliki dalam kehidupan komplek maupun yang lainnya.

8. Syahrul

Pria berusia 53 tahun ini pada kesehariannya disibukkan dengan usaha rumah makan yang berada tepat di barisan ruko dalam Komplek Citra Wisata Medan. Bang Syahrul juga biasa disibukkan dengan berbagai kegiatan di lingkungan Komplek Citra Wisata Medan. Bang Syahrul melihat bagaimana seluruh kebutuhan sosialisasi masyarakat dapat dipenuhi di IKMCW. Masyarakat sering menjadikan forum-forum dalam IKMCW sebagai tempat berbagi informasi yang baik mengenai komplek maupun informasi lain yang dibutuhkan anggota. Solidaritas yang dimiliki juga terkadang menciptakan kerjasama-kerjasama antar anggota maupun memperluas jaringan yang sudah ada pada anggota. Universitas Sumatera Utara 41

9. Jamal

Bapak 3 orang anak ini telah berusia 59 tahun. Beliau merupakan pensiunan PT.PTPN II yang sekarang sedang disibukkan dengan berbagai kegiatan partai politik. Bapak jamal melihat bagaimana IKMCW dapatmenyatukan masyarakat yang mempunyai beragam kesibukan. IKMCW selalu memberikan gambaran tentang bagaimana pentingnya kehidupan bertetangga dan bermasyarakat. Hal ini juga sangat membantu para anggota untuk untuk menemukan kehidupan bermasyarakat yang ideal dimana silaturahmi berjalan dengan baik. 4.3. Kondisi Sosial Masyarakat Komplek Citra Wisata Manusia sebagai mahkluk sosial setidaknya tercermin dalam realita kehidupan bermasyarakat. Manusia cenderung untuk berinteraksi antar sesama dengan tujuan memenuhi hakikat mereka sebagai sebuah masyarakat. Interaksi setidaknya menemukan bentuk barunya dalam tataran kehidupan masyarakat modern. Dalam berbagai segi kehidupan, interaksi menjadi lebih praktis dengan adanya berbagai media yang ditemukan di kehidupan moderen. Masyarakat Komplek Citra Wisata Medan juga mengalami hal ini di tengah hiruk pikuk perkembangan pembangunan Kota Metropolitan Medan. Kondisi Sosial yang kurang sehat yang diakibatkan minimnya interaksi masyarakat penghuni komplek mengakibatkan minimnya kontrol sosial dalam sistem Universitas Sumatera Utara 42 kemasyarakatan Komplek Citra Wisata. Hal senada juga diutarakan oleh ibu Yani Harahap: “…Kami memberikan seluruh tanggungjawab baik itu keamanan, kebersihan maupun lainnya terhadap manajemen komplek, karena memang dari dulu kami bayar iuran wajib untuk itu. Tetapi setelah lama kami rasakan, kami seperti tidak memiliki tetangga. Semua hal kami serahkan kepada pihak manajemen, peran kami sebagai masyarakat hamper tidak ada…” Masyarakat komplek umumnya menyerahkan segala pemenuhan kebutuhan kemasyarakatan terhadap pihak manajemen. Hal ini yang mendorong berkurangnya rasa tanggungjawab mereka menjadi bagian dari masyarakat sangat minim. Pihak pengelola komplek setidaknya sudah sejak awal mengantisipasi hal ini dengan membangun berbagai ruang terbuka sebagai tempat masyarakat berinteraksi seperti waduk buatan yang ada di area depan komplek. Namun seiring berjalannya waktu, ruang terbuka tersebut juga tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap intensitas interaksi warga komplek. Pada prinsipnya, penghuni kompeks permukiman bisa melakukan gugatan class action jika pengembang tidak membangun fasilitas perumahan yang dijanjikan pada saat transaksi. Berdasarkan Undang-undang no.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, gugatan terhadap pengembang juga bisa dilakukan secara individu. Penghuni sebuah kompleks perumahan adalah konsumen atau pengguna akhir dari suatu produk barang atau jasa. Oleh karena itu, ia dilindungi UU Perlindungan Konsumen. Universitas Sumatera Utara 43 Dari mulai fasilitas yang tidak sesuai dengan brosur penawaran sampai soal cicilan lunas tapi sertifikat tidak keluar. Selain itu, juga masih banyak pengembang yang tak menyediakan fasilitas umum Fasum dan fasilitas sosial Fasos sesuai aturan. Ancaman bagi pengembang yang tidak melakukan kewajiban membangun fasum fasilitas umum dan fasos fasilitas sosial adalah denda hingga 2 milyar rupiah, atau penjara selama 5 tahun. Izin membuka perumahan pada pengembang tidak dapat dikeluarkan jika belum memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Diantaranya, perumahan yang dibangun harus dilengkapi fasum dan fasos. Perbandingan antara luas fasum dan fasos dengan luas permukiman adalah sekitar 40 banding 60. Menurut definisi dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, yang dimaksud dengan perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peranmasyarakat. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, danutilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Dengan adanya peraturan tersebut, pihak perumahan tentunya sudah melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan dengan adanya seluruh fasum Universitas Sumatera Utara 44 dan fasos yang ada di komplek perumahan. hal ini juga disadari oleh pihak pengelola Citra Wisata bagaimana peraturan tersebut berimplikasi langsung pada kenyamanan penghuni komplek. Tetapi hal ini juga belum dapat mendorong interaksi yang diharapkan oleh pengelola komplek terealisasi. Gambar 4.1: Minimnya interaksi yang ada di area waduk buatan Komplek Citra Wisata Medan Masyarakat memilih menghabiskan waktu luangnya untuk beristirahat di dalam rumah maupun memilih alternatif liburan di luar komplek dalam mengisi watu luang. Kondisi ini berangsur-angsur memberikan dampak psikologis terhadap masyarakat sehingga masyarakat cenderung tertutup terhadap masyarakat yang lainnya. Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Ahmad Thamrin: Universitas Sumatera Utara 45 “…Tidak adanya wadah interaksi yang memaksa masyarakat untuk berkumpul, atau paling tidak masyarakat sadar akan kebutuhannya untuk berkumpul mengakibatkan kami penghuni komplek semakin acuh terhadap tetangga. Jelas dampaknya besar, minimal terlihat jika kami menggelar acara-acara yang mengundang orang, susahnya bukan main untuk mengumpulkan para tetangga…” Minimnya interaksi jelas menjadi kendala yang serius bagi masyarakat Komplek Citra Wisata. Hal ini ditambah dengan minimnya waktus mereka untuk bersosialisasi. Kondisi ini jelas mencerminkan kondisi masyarakat moderen dengan berbagai gaya hidupnya seperti asosial, cenderung tertutup dengan sesama tetapi terbuka dengan berbagai perkembangan yang ada.

4.4. Munculnya IKMCW Komplek Perumahan Citra Wisata Sebagai Organisasi