Peran Modal Sosial dalam Perkembangan IKMCW.

50

4.5. Peran Modal Sosial dalam Perkembangan IKMCW.

Organisasi dalam komunitas harus dilihat sebagai suatu sistem yang saling silang menyilang cross-cutting affiliation dan organisasi telah menyediakan jaring pengaman sosial sosial safety net ketika komunitas lokal berada dalam situasi krisis. Kehadiran organisasi bukan atas kepentingan pribadiindividu tetapi atas kepentingan bersama. Rasa saling percaya anggota organisasi yang digalang dan diasah melalui institusi ini semakin hari semakin didambakan sebagai modal sosial sosial capital. Organisasi ternyata mampu menjadi bingkai etika komunitas lokal Purwo Santoso, 2002: 6. Institusi lokal pada dasarnya adalah regulasi perilaku kolektif, di mana sandarannya adalah etika sosial, sehingga institusi lokal mampu menghasilkan kemampuan mengatur diri sendiri dari kacamata normatif. Organisasi IKMCW juga berupaya melakukan optimalisasi regulasi perilaku kolektif dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Stigma negatif terhadap komplek perumahan mewah selayaknya memang pernah terjadi di awal berdirinya Citra Wisata sebagai perumahan. Kondisi masyarakat yang cenderung asosial menyulitkan masyarakat penghuni komplek untuk beraktivitas layaknya masyarakat pada umumnya yang butuh interaksi sosial sebagai pembentuk kontrol sosial dalam masyarakatnya. Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Syahfizal: “…Dahulu di Komplek ini Komplek Citra Wisata warganya kayak orang gak kenal semua. Mau bikin pesta aja susah ngundangnya. Kita di sini seperti tidak punya tetangga waktu awal berdiri padahal pembangunan awal saja perumahan ini sudah cukup padat. Makanya dulu besar harapan kami untuk IKMCW ini sebagai wadah silaturahmi kami …” Universitas Sumatera Utara 51 Kendala yang muncul saat awal berdirinya perumahan adalah bentuk perumahan yang di dominasi tembak-tembok tingga sebagai pembatas antara rumah yang satu dengan rumah yang lain. Selain menampilkan kesan mewah, ternyata tembok-tembok tersebut memberikan dampak negatif terhadap sosialisasi yang dilakukan masyarakat selain jadwal padat yang mereka miliki karena sebagian besar dari mereka adalah pekerja. Dalam kehidupan bermasyarakat setiap individu terikat dalam struktur sosial yang ada dalam masyarakat tersebut Soekanto, 2001:128. Hal itu disebabkan dalam hidup orang tidaklah sendiri, orang-orang terus bergerak ke dalam dan ke luar dari ruang pribadi masing-masing, dan sangat bijaksana sekali jika kontak-kontak sosial dapat tetap tanpa percekcokan dan menyenangkan dengan mengakui secara sopan kehadiran yang lain Mulder, 1996:47-50. Supaya hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, maka dirumuskan norma- norma masyarakat. Pada mulanya norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja, kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar. Norma yang ada di masyarakat memiliki kekuatan yang mengikat dari yang lemah sampai yang kuat. Kadang dibedakan antara norma yang mengatur pribadi manusia dengan yang mengatur hubungan antar pribadi Soekanto, 1990:199-205. Modal sosial merupakan kekuatan yang mampu membangun civil community yang dapat meningkatkan pembangunan partisipatif, dengan demikian basis modal sosial adalah trust, idiologi dan religi. Modal sosial dapat dicirikan dalam bentuk kerelaan individu untuk mengutamakan keputusan komunitas, Dampak dari kerelaan Universitas Sumatera Utara 52 ini akan menumbuhkan interaksi kumulatif yang menghasilkan kinerja yang mengandung nilai sosial. Masyarakat yang tergabung dalam organisasi IKMCW mulai menyadari bahwa organisasi memberikan sebuah bentuk baru gaya interaksi dalam kehidupan bermasyarakat mereka. Kebutuhan mereka sebagai masyarakat sedikit demi sedikit terpenuhi dengan adanya IKMCW. Interaksi mulai dilakukan efektif diawali dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan. Perkembangan organisasi sangat pesat, masyarakat menilai kebutuhan mereka sebagai anggota masyarakat dapat dipenuhi dengan menjadi anggota organisasi. Kegiatan di Mahjid mulai lebih intens pada perjalannya. Dimulai dari saling bertukar informasi tentang keadaan sosial maupun ekonomi serta berbagai isu yang ada di sekitar peruahan, organisasi mulai menyelenggarakan berbagai kegiatan yang wajib dihadiri oleh seluruh anggota. Interaksi optimal yang dilakukan oleh masyarakat menciptakan kontrol terhadap sesame anggota semakin kuat. Keanggotaan mulai menciptakan sebuah bentuk-bentuk aturan organisasi yang disepakati bersama oleh seluruh anggota. Hal ini juga diungkapkan oleh bapak Bambang Sulistyo: “…Kami merasa kehidupan ketetanggan kami khususnya seperti memiliki keterkaitan satu sama lain. Kami bisa betukar informasi di dalamnya, mengingat dalam organisasi anggotanya kan berasal dari berbagai latarbelakang pendidikan maupun pekerjaan yang beranekaragam…” Sistem kepercayaan mulai muncul dalam organisasi IKMCW seiring dengan perkembangannya. Kepercayaan adalah unsur penting dalam modal sosial yang Universitas Sumatera Utara 53 merupakan perekat bagi langgengnya hubungan dalam kelompok masyarakat. Dengan menjaga suatu kepercayaan, orang-orang dapat bekerjasama secara efektif. Kepercayaan sosial efektif dibangun melalui jalinan pola hubungan sosial resiprosikal atau timbal balik antara pihak yang terlibat dan berkelanjutan Ibrahim, 2006 : 111. Kepercayaan akan menimbulkan kewajiban sosial dengan mempercayai seseorang maka akan menimbulkan kepercayaan kembali dari orang tersebut resiprositas. Dalam kaitannya dengan resiprositas dan pertukaran, Pretty dan Ward, dalam Badaruddin, 2005 : 32 mengemukakan bahwa adanya hubungan-hubungan yang dilandasi oleh prinsip resiprositas dan pertukaran akan menumbuhkan kepercayaan karena setiap pertukaran akan dibayar kembali repaid and balanced. Hal ini merupakan pelicin dari suatu hubungan kerjasama yang telah dibangun agar tetap konsisten dan berkesinambungan. Francis Fukuyama 1995 mengilustrasikan modal sosial dalam trust, believe and vertrauen artinya bahwa pentingnya kepercayaan yang mengakar dalam faktor kultural seperti etika dan moral. Trust muncul maka komunitas membagikan sekumpulan nilai-nilai moral, sebagai jalan untuk menciptakan pengharapan umum dan kejujuran. Ia juga menyatakan bahwa asosiasi dan jaringan lokal sungguh mempunyai dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi dan pembangunan lokal serta memainkan peran penting dalam manajemen lingkungan. Berbagai kegiatan yang dilakukan IKMCW mendorong masyarakat untuk selalu aktif dalam mengikutinya. Anggota dengan berbagai latarbelakangnya juga menciptakan berbagai kepentingan mulai berbagai informasi tentang ekonomi maupun yang lainnya. Dalam sisitem keanggotaannya pun masyarakat dapat Universitas Sumatera Utara 54 membagikan informasi yang mereka miliki dengan sesama anggota yang mereka nilai layak untuk diberikan. Hal ini tidak lepas dari wadah interaksi yang diberikan oleh IKMCW sebagai organisasi masyarakat. Masyarakat dapat mengenal satu samalain para tetangga mereka melalui interaksi yang mereka lakukan selama kegiatan dalam organisasi. Pola-pola interaksi individu yang berbeda menurut situasi dan kepentingan masing-masing individu diwujudkan dalam proses hubungan sosial, hubungan- hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan sosial. Kemudian hubungan itu meningkat menjadi semacam pergaulan yang ditandai adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing- masing pihak yang terjadi dalam hubungan. Di sisi yang sama Putnam 1995 mengartikan modal sosial sebagai “features of social organization such as networks, norms, and social trust that facilitate coordination and cooperation for mutual benefit”. Modal sosial menjadi perekat bagi setiap individu, dalam bentuk norma, kepercayaan dan jaringkerja, sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan, untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial juga dipahami sebagai pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki bersama oleh komunitas, serta pola hubungan yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif. Universitas Sumatera Utara 55 Gambar 4.4: Anggota IKMCW Sedang Berdiskusi Tentang Agenda Kegiatan Organisasi. Solidaritas mulai tumbuh dalam kehidupan masyarakat Komplek Citra Wisata Medan. Berbagai rutinitas komplek mulai melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya mulai dari pembangunan Masjid, kegiatan-kegiatan hiburan maupun dalam acara-acara sosial. Masyarakat mulai dapat memainkan perannya selayaknya masyarakat yang melakukan sosialisasi sebagai anggota masyarakat berkat semakin Universitas Sumatera Utara 56 kuatnya solidaritas yang ada dalam diri mereka. Hal ini juga senada dengan yang diungkapkan bapak Asman: “…Kami mulai melakukan rutinitas bersama dengan wadah organisasi, kegiatan itu kami lakukan bersama-sama. Kami melakukannya dengan kesadaran bahwa kami juga bagian dari masyarakat yang punya solidaritas dan kami juga merasa bahwa kami bertetangga…” Lubis dalam Badaruddin 2005:31, menyebutkan bahwa solidaritas merupakan salah satu komponen dari jaringan sosial. Dan Rusdi syahra,dkk, dalam Kristina 2003:60 menyebutkan bahwa solidaritas diartikan sebagai kesediaan untuk secara sukarela ikut menanggung suatu konsekuensi sebagai wujud adanya rasa kebersamaan dalam menghadapi suatu masalah.

4.6. Optimalisasi Modal Sosial dalam Organisasi