Pembentukan Matriks Korelasi Langkah-Langkah Analisis Faktor .1 Tabulasi Data

22 1. Untuk mereduksi sejumlah variabel asal yang jumlahnya banyak menjadi sejumlah variabel baru yang jumlahnya lebih sedikit dari variabel asal dan variabel baru tersebut dinamakan faktor. 2. Untuk mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel penyusun faktor atau dimensi dengan faktor yang terbentuk dengan menggunakan pengujian koefisien korelasi antar faktor dengan komponen pembentuknya. 3. Adanya validasi data untuk untuk mengetahui apakah hasil analisis faktor tersebut dapat digeneralisasikan ke dalam populasinya sehingga setelah terbentuk faktor maka peneliti sudah mempunyai suatu hipotesis baru berdasarkan analisis faktor. 2.12 Langkah-Langkah Analisis Faktor 2.12.1 Tabulasi Data Data yang telah diperoleh dari penyusunan serta penyebaran kuesioner di tempat yang telah ditentukan, kemudian data-data ini dikumpulkan serta ditabulasikan pada kolom-kolom agar mempermudah untuk dikonversi pada software yang akan digunakan.

2.12.2 Pembentukan Matriks Korelasi

Matriks korelasi merupakan matrik yang memuat koefisien korelasi dari semua koefisien korelasi dari semua pasangan variabel dalam penelitian ini.Matriks ini digunakan untuk mendapatkan nilai kedekatan hubungan antar variabel penelitian.Nilai kedekatan ini dapat digunakan untuk melakukan beberapa pengujian untuk melihat kesesuaian dengan nilai korelasi yang diperoleh dari analisis faktor. Dalam tahap ini, ada dua hal yang perlu dilakukan agar analisis faktor dapat dilaksanakan yaitu: a. Penentukan besaran nilai Barlett Test of Sphericity, Bartlett’s of sphericity yaitu suatu uji statistik yang dipergunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi uncorrelated dalam populasi. Dengan kata lain, matriks korelasi populasi merupakan matriks identitas identity matrix, Universitas Sumatera Utara 23 setiap variabel berkorelasi dengan dirinya sendiri secara sempurna dengan r =1 akan tetapi sama sekali tidak berkorelasi dengan lainnya r = 0. Statistik uji Bartlett’s adalah: � 2 = − �� − 1 − 2 �+5 6 � ln |�| 2.7 dengan derajat kebebasandegree of freedom df = �� − 12 Keterangan : � = jumlah observasi � = jumlah variabel | �| = determinan matriks korelasi b. Penentuan Keiser-Meyesr-Okliti KMO Measure of Sampling Adequacy, yang digunakan untuk mengukur kecukupan sampel dengan cara membandingkan besarnya koefisien korelasi yang diamati dengan koefisien korelasi parsialnya. KMO= ∑ ∑ � �� 2 � � ≠1 � �=1 ∑ ∑ � �� 2 � �≠1 � �=1 + ∑ ∑ � �� 2 � �≠1 � �=1 2.8 keterangan: r ij :Koefisien korelasi sederhana antara ke-i dan ke-j. a ij : Koefisien korelasi parsial antara variabel ke-i dan ke-j. i : 1,2,3,...,p dan j = 1,2,3,...,p MSA digunakan untuk mengukur kecukupan sampel. MSA = ∑ ∑ � �� 2 � �≠1 � �=1 ∑ � �� 2 � �=1 + ∑ � �� 2 � �=1 2.9 keterangan: p = Jumlah variabel � �� 2 = Kuadrat matriks korelasi sederhana � �� 2 = Kuadrat matriks korelasi parsial. i = 1,2,3,...,p dan j = 1,2,3...,p Universitas Sumatera Utara 24 Kriteria kesesuaian dalam pemakaian analisis faktor adalah Kaiser, 1974: 1. Jika harga KMO sebesar 0,9 berarti sangat memuaskan 2. Jika harga KMO sebesar 0,8 berarti memuaskan 3. Jika harga KMO sebesar 0,7 berarti harga menengah 4. Jika harga KMO sebesar 0,6 berarti cukup 5. Jika harga KMO sebesar 0,5 berarti kurang memuaskan 6. Jika harga KMO kurang dari 0,5 tidak dapat diterima Angka MSA bekisar antara 0 sampai dengan 1, dengan kriteria yang digunakan untuk intepretasi adalah sebagai berikut: 1. Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lainnya. 2. Jika MSA lebih besar dari setengah 0,5 maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. 3. Jika MSA lebih kecil dari 0,5 dan atau mendekati nol 0, maka variabel tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.

2.12.3 Ekstrasi Faktor