38 � = �� + |��
���
| �
1
= −2,165 + 3,165 = 1
�
2
= −1,662 + 3,165 = 1,502
�
3
= −0,859 + 3,165 = 2,305
�
4
= 0,506 + 3,165 = 3,671 Selanjutnya dengan melakukan cara yang sama, maka semua variabel akan
ditransformasikan ke dalam data interval.
Tabel 3.8 Hasil Penskalaan Variabel
X
1
X
2
X
5
X
6
X
7
X
8
X
9
X
10
X
11
X
12
X
13
X
14
1 1,000 1,000 1,000
1,000 1,000
1,000 1,000 2 1,000 1,948 1,853 1,918 1,000 1,786 1,000 1,785 1,000 1,918 2,146 1,000
3 1,912 2,691 2,636 2,668 2,200 2,628 1,949 2,360 1,824 2,607 2,884 1,813 4 2,712 3,596 3,450 3,338 3,281 3,468 2,828 3,164 2,577 3,164 3,452 2,419
5 4,075 4,797 4,577 4,349 4,447 4,577 3,974 4,312 3,745 4,179 4,479 3,477
3.6 Proses Analisis faktor I
Pada proses awal analisis faktor, dilakukan beberapa tahap sampai dengan diperoleh faktor-faktor baru sebagai dominan yang ingin diperoleh. Proses
pertama tabulasi pada data serta melakukan pengolahan dengan software yang telah direfrensikan yaitu dengan program SPSS dengan mengambil versi SPSS 17.
Ada beberapa variabel yang memenuhi perilaku merokok pada siswa SMA.Dalam penelitian ini, faktor-faktor tersebut berjumlah 12 variabel yang telah
valid. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai KMO and Barlett’s Test
sebesar 0,661 dengan signifikan sebesar 0,000. Berdasarkan teori nilai KMO memang harus diatas 0,5 dan signifikan atau probabilitas dibawah 0,5 maka
variabel layak dan dapat dianalisa lebih lanjut Santoso, 2002.
Universitas Sumatera Utara
39
Tabel 3.9
KMO and Bartletts Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .641 Bartletts Test of
Sphericity Approx. Chi-Square
129.970 Df
66 Sig.
.000
Perhitungan selanjutnya adalah dengan melihat nilai MSA.Hasil nilai MSA dapat dilihat pada tabel dibawah. Hasil pada tabel menunjukkan bahwa 12
variabel yang tersisa mempunyai nilai lebih dari 0,5 berdasarkan 12 variabel yang dinilai dalam kuesioner yang merupakan jawaban 75 responden, diperoleh bahwa
nilai MSA yang diperoleh di atas 0,5. Ini menandakan bahwa semua variabel memiliki korelasi cukup tinggi dengan variabel lainnya, sehingga selanjutnya
dapat dilakukan analisis pada seluruh variabel yang diteliti.
Tabel 3.10 Measure Of Sampling Adequacy No
Variabel Nilai MSA
1 Variabel 1
0,593 0,639
Variabel 2 0,540
0,701 Variabel 5
0,607 0,764
Variabel 6 0,682
0,533 Variabel 7
0,543 0,739
Variabel 8 0,539
0,777 Variabel 9
0,585 0,653
Variabel 10 0,603
0,752 Variabel 11
0,532 0,693
Variabel 12 0,540
0,576 Variabel 13
0,770 12
Variabel 14 0,791
3.7 Proses Analisis faktor II Ekstraksi
Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah Principal Componen Analysis Analisis Komponen Utama. Didalam Principal Componen Analysis
jumlah varians data dipertimbangkan yaitu diagonal matriks korelasi, setiap elemennya sebesar satu dan full variance dipergunakan untuk dasar pembentukan
faktor, yaitu variabel-variabel lama yang jumlahnya lebih sedikit dan tidak berkorelasi lagi satu samalain, seperti variabel-variebel asli yang memang saling
Universitas Sumatera Utara
40 berkorelasi. Communalities adalah jumlah varians yang disumbangkan oleh suatu
variabel dengan seluruh variabel lainnya dengan analisis.
3.7.1 Communalities
Communalities pada dasarnya adalah jumlah varians dari suatu variabel awal yang bisa dijelaskan oleh faktor yang ada.Semakin besar communalities sebuah
variabel, maka semakin erat hubungannya dengan faktor.
Tabel 3.11Communalities No
Variabel Initial
Extraction
1 Variabel 1
1,000 0,593
2 Variabel 2
1,000 0,540
3 Variabel 5
1,000 0,607
4 Variabel 6
1,000 0,682
5 Variabel 7
1,000 0,543
6 Variabel 8
1,000 0,539
7 Variabel 9
1,000 0,585
8 Variabel 10
1,000 0,603
9 Variabel 11
1,000 0,532
10 Variabel 12
1,000 0,540
11 Variabel 13
1,000 0,770
12 Variabel 14
1,000 0,791
3.7.2 Total variance Explained
Total Variance Explaned menerangkan nilai persen dari varainsi yang mampu diterangkan oleh banyaknya faktor yang terbentuk.Nilai ini berdasarkan nilai
eigenvalue.
Tabel 3.12 Total Variance Explaained
Faktor atau Komponen
Initial Eigenvalues Total
of Variance
Comulative
1 2,565
21,377 21,137
2 1,958
16,314 37,691
3 1,110
9,252 46,943
4 1,063
8,857 55,799
5 0,982
8,187 63,986
6 0,944
7,869 71,856
7 0,762
6,346 78,202
Universitas Sumatera Utara
41 8
0,732 6,098
84,300 9
0,567 4.726
89,026 10
0,506 4,220
93,246 11
0,414 3,451
96,697 12
0,396 3,303
100,000 Dari tabel Ada 12 variabel yang dimasukkan dalam analisis faktor, dengan
masing masing 3.12 menunjukkan bahwa terdapat 12 variabel yang akan dimasukkan kedalam analisis faktor. Dengan masing-masing variabel mempunyai
varian 1, maka total varian adalah 12 x 1 = 12. Jika dalam 12 variabel tersebut dapat diringkas menjadi 1 faktor, maka varian yang dapat dijelaskan oleh 1 faktor
tersebut adalah:
2,565 12
x 100 = 21,38lihat kolom Component 1 pada Tabel . Jika 12 variabel dapat diekstrak menjadi 4 faktor, maka varian yang dapat
dijelaskan oleh 4 faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Varian faktor pertama adalah 21,38
2. Varian faktor kedua adalah 16,31 3. Varian faktor ketiga adalah 9,25
4. Varian Faktor keempat adalah 8,86 Total keempat faktor akan menjelaskan 21,38+16,31+ 9,25 + 8,86 =
55,80 atau 55,80 dari variabilitas 12 variabel asli tersebut, sehingga dari tabel di atas dapat terlihat 4 faktor yang akan terbentuk.
Sedangkan eigenvalue menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varians keduabelas variabel yang dianalisis.
1. Jumlah angka eigenvalue untuk kedua belas variabel adalah sama dengan total varian keduabelas variabel atau 2,565 + 1,958 + 1,110 + 1,063 +
0,982 + 0,944 + 0,762 + 0,732 + 0,567 + 0,506 + 0,414 + 0,396 = 12 2. Susunan eigenvalue selalu diurutkan dari yang terbesar sampai dengan
yang terkecil, dengan kriteria bahwa angka eigenvalue dibawah 1 tidak digunakan dalam menghitung faktor yang terbentuk.
Dari tabel 3.12 diatas juga menyatakan bahwa hanya 4 faktor yang terbentuk, terlihat dari eigenvalue dengan nilai diatas 1, namun pada faktor yang
kelima angka eigenvalue sudah dibawah 1, yakni 0,982 sehingga proses Faktoring
Universitas Sumatera Utara
42 seharusnya berhenti pada empat faktor saja, maka dalam penelitian ini hanya
empat faktor yang terbentuk.
3.7.3 Scree Plot
Jika Tabel 3.10 Menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat dengan perhitungan angka, maka scree plot menunjukkan dengan grafik bahwa pada sumbu X
component number faktor 5 sudah dibawah 1 dari sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa 4 faktor adalah paling tepat untuk meringkas ke 12 variabel
tersebut.
Gambar 3.1 Scree Plot
Suatu Scree plot adalah plot dari eigen value melawan banyaknya faktor yang bertujuan untuk melakukan ekstraksi agar diperoleh jumlah faktor. Scree
plot berupa suatu kurva yang diperoleh dengan memplot eigen value sebagai sumbu vertikal dana banyaknya faktor sebagai sumbu horizontal. Bentuk kurva
atau plotnya dipergunakan untuk menentukan banyaknya faktor. Jika tabel total variansi menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat
dengan perthitungan angka, maka scree plot memperlihatkan hal tersebut dengan grafik. Terlihat bahwa dari suatu ke dua faktor baris dari sumbu Component 1 ke-
2, arah garis cukup menurun tajam. Kemudian dari 2 ,3 dan 4 garis juga menurun. Pada faktor 5 sudah dibawah angka 1 dari sumbu eigen value.Hal ini
Universitas Sumatera Utara
43 menunjukkan bahwa ada 4 faktor yang mnempengaruhi perilaku merokok pada
siswa SMA, yang dapat diekstraksi berdasarkan scree plot.
3.8 Proses Analisis Faktor III Rotasi
Hasil ekstraksi faktor awal memberikan informasi bahwa terdapat 4 faktor dari 12 variabel yang dapat diolah dengan variansi kumulatif sebesar 56,60. Korelasi
antara variabel-variabel dan faktor Faktor Loading hasil ekstarksi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.13 Faktor Loading Variabel
Penelitian Faktor
1 2
3 4
�
1
0,584 0,423
0,270 -0,014
�
2
0,264 -0,335
0,198 0,478
�
5
0,695 0,331
-0,050 -0,108
�
6
0,147 0,641
0,344 0,362
�
7
0,557 0,081
0,004 0,162
�
8
0,582 0,004
-0,283 -0,143
�
9
0,551 -0,184
0,031 0,383
�
10
0,637 -0,293
-0,313 -0,111
�
11
0,118 0,596
-0,051 -0,400
�
12
-0,260 0,565
0,022 -0,116
�
13
- 0,385 0,556
-0,067 0,556
�
14
0,249 0,192
0,831 -0,048
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel-variabel berkorelasi kuat dengan lebih dari satu faktor, sehingga sulit untuk menginterpretasikan faktor-faktor
tersebut.Dalam hal ini, faktor loading perlu dirotasi agar masing-masing variabel berkorelasi kuat hanya pada satu faktor.Berikut ini adalah Faktor Loading setelah
dirotasi Rotated Faktor Loading.
Universitas Sumatera Utara
44
Tabel 3.14 Rotated Factor Loading Variabel
Penelitian Faktor
1 2
3 4
�
1
0,507 0,166
-0,074 0,550
�
2
0,068 0,005
0,654 0,131
�
5
0,717 0,092
-0,113 0,266
�
6
0,313 0,750
-0,134 -0,062
�
7
0,504 0,098
0,212 0,186
�
8
0,650 -0,101
-0,008 -0,083
�
9
0,424 0,050
0,538 0,115
�
10
0,662 -0,292
0,203 -0,195
�
11
0,262 0,156
-0,633 0,195
�
12
-0,147 0,351
-0,487 0,136
�
13
- 0,306 0,822
-0,028 0.002
�
14
-0,029 -0,099
0,045 0,882
Faktor Loading hasil rotasi menunjukkan bahwa variabel-variabel berkorelasi kuat hanya pada satu faktor tertentu, misalnya korelasi antara variabel X
1
dan faktor 4 sebesar 0,550 Korelasi kuat, sedangkan korelasi dengan faktor 1, 2, dan
3 masing-masing 0,507, 0,166, dan -0,074 korelasi lemah.
3.9 Proses Analisis Faktor IV Interpretasi Faktor Faktor Pertama