Hambatan Dalam Pemberian Perizinan Asuransi

8. Direksi tidak boleh merangkap jabatan eksekutif di perusahaan lain 9. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. d. Usaha Jasa Aktuaria Syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi usaha Jasa Aktuaria adalah : 1. Dapat dilakukan oleh perorangan warga negara Indonesia , Perseroan Terbatas atau Koperasi dan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. 2. Persyaratan untuk memperoleh izin usaha jasa aktuaria yang berbetuk perseroan terbatas adalah sebagai berikut : a Memiliki akta pendirian yang disahkan menurut ketentuan peraturan perundang-undnagan yang berlaku . b Memperkerjakan Akturia yang bekerja secara tetap. c Pimpinan Kantor Aktuaria tidak boleh merangkap jabatan eksekutif pada perusahaan lain. d Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Perusahaan e Memiliki neraca pembukuan 3. Permohonan izin Usaha Asuransi Jasa Aktuaria Nasional diajukan kepada Menteri Keuangan Republik Indonesia. 43 Permasalahan dan hambatan dalam penanganan perizinan sebenarnya tidak hanya terjadi pada perizinan yang ditangani oleh pemerintah pusat tetapi juga yang ditangani oleh pemerintah darerah. Hambatan dan persoalan dalam penanganan perizinan di daerah dapat berupa sistem dan kelembagaan perizinan,

C. Hambatan Dalam Pemberian Perizinan Asuransi

43 Departemen Keuangan RI , Direktorat Lembaga Keuangan dan Akuntansi Dirjen Moneter,Laporan XX Kerugian Usaha Perasuransian di Indonesia Jakarta : 1987 h1m 98 Universitas Sumatera Utara kondisi dan tuntutan masyarakat, sarana dan prasana pendukung, sumber daya manusia yang dibutuhkan dan soal ketersediaan dana antara lain : 1.Sistem dan Kelembagaan Sistem yang digunakan dalam penanganan perizinan di satu daerah dapat berbeda dengan daerah lain. Suatu sistem selalu diikuti oleh struktur dan eksistensi kelembagaannya. Apabila sistem yang dipilih dalam penanganan perizinan bersifat parsial sektoral, maka tuntutan terhadap adanya kelembagaan yang memberikan wadah penanganan terpadu belum mendesak. Apabila sistem yang dipilih dalam penanganan perizinan bersifat terpadu, mau tidak mau harus ada lembaga yang secara khusus menangani perizinan. Adanya kelembagaan yang baru dibentuk acap kali membawa konsekuensi yang tidak sedikit. Bahkan konsekuensi itu sudah terasa sebelum institusi tersebut benar-benar terbentuk, misalnya soal bentuk instansi yang berwenang menangani izin, apakah kantor, dinas atau lain? Pemilihan bentuk dari sekian pilihan akan membawa konsekuensi tertentu. Apabila berbentuk kantor, tingkatan jenjang jabatan pimpinannya kadang kala dapat menggangu apabila harus berkoordinasi dengan instansi teknis yang jenjang jabatan pimpinannya lebih tinggi. Sebaliknya, apabila dipilih bentuk dinas, akan ada tingkat yang sama dengan dinas teknis lainnya, namun apakah ini bisa menimbulkan kecemburuan baru atau tidak, harus diperhatikan. Kelembagaan tersebut tentu diarahkan untuk dapat menangani sejumlah izin yang ada diprovinsikabupatenkota yang bersangkutan. Ada daerah tertentu yang jenis perizinannya begitu banyak, ada pula yang sedikit. Ada lagi yang secara normative tertulis jenis izinnya begitu banyak, tetapi yang sering dimohonkan Universitas Sumatera Utara oleh warga dan ditangani pemerintah sesungguhnya hanya sedikit. Kiranya pemerintah daerah perlu mempertimbangkan hal ini. 2. Kondisi dan Tuntutan Masyarakat Di daerah-daerah tertentu yang frekuensi permohonan izinnya rendah, pemerintah daerah tidak terlalu terbebani untuk memikirkan waktu penyelesaian dan prioritas penyelesaian permohonan izin, sedangkan di daerah yang tingkat permohonan izinnya tinggi, mau tidak mau harus ada solusi untuk menanganinya. Masyarakat tertentu menghendaki pelayanan di bidang perizinan yang cepat, murah, sekaligus segera dapat dimanfaatkan. Hanya harus diingat bahwa instansi yang menangani perizinan tidak bekerja sendirian. Tidak jarang mereka harus berkoordinasi dengan instansi lain, dengan menunggu rekomendasi dari instansi lain, yang tidak selalu di mengerti oleh masyarakat. Masyarakat memahami bahwa untuk memperoleh izin cukup dengan mengajukan permohonan. Yang kadang-kadang luput dari pemahaman masyarakat adalah kemungkinan permohonan itu tidak dikabulkan, entah karena persyaratan tak terpenuhi, kesalahan memenuhi syarat, atau memang karena izin yang dimohonkan itu bertentangan dengan peraturan yang ada. Pemerintah di sejumlah daerah telah berusaha memenuhi tuntutan warganya, tetapi tidak semuanya dapat memberikan pemahaman yang menyakinkan kepada warga masyarakat mengenai upaya yang mereka lakukan. 3. Sarana dan Prasarana Pendukung Sarana dan prasarana pendukung kegiatan untuk menjalankan sistem perizinan cukup banyak. Apabila penanganan perizinan dilakukan oleh dinas, Universitas Sumatera Utara misalnya mau tidak mau harus disediakan perlengkapan kantor, gedung, pengunjung dan sebagainya, juga sarana transportasi akomodasi untuk pengecekan lapangan. Belum semua daerah dapat mewujudkan harapan dari tuntutan ideal mengenai sarana dan prasarana. Bahkan, sejumlah daerah mengeluhkan hal-hal kecil seperti rak buku, lemari, meja termasuk papan untuk memasang publikasi di front office. Tidak ketinggalan sarana transportasi, meskipun instansinya baru berdiri, kendaraan yang disediakan sudah tua yang rewel di lapangan. Beruntunglah sejumlah daerah yang telah mampu memenuhi tuntutan sarana dan prasarana ini. Bahkan ada daerah yang telah melengkapi sarana informasi publikasi secara lengkap dengan website, Call centre, layanan SMS, leaflet, layanan dengan teknologi layar sentuh dan sebagainya. 4. Sumber Daya Manusia Keluhan yang tidak jarang terdengar di kantor pemerintah daerah adalah soal sumber daya manusia. Banyaknya pegawai pemerintah daerah tidak menjadi jaminan bahwa pekerjaan, tugas dan tanggung di instansi tersebut akan beres. Di beberapa daerah, soal jumlah pegawai tidak menjadi masalah, soal keahlian dan kecakapanlah yang menjadi masalah. Sebagai contoh, yang sekarang membutuhkan banyak tenaga yang memadai, tetapi belum terpenuhi adalah bidang teknologi informasi dan data. Di sejumlah daerah bagian ini kerap disebut “bagian data dan TI”. Idealnya, yang menangani bidang tersebut adalah mereka yang mempunyai keahlian memadai, bahkan kalau bisa yang mempunyai latar belakang pendidikan di bidang tersebut. Kenyataannya di lapangan sering terjadi Universitas Sumatera Utara data dan TI diisi oleh pengawai yang tidak mempunyai keahlian yang seharusnya. Ada yang tidak mempunyai keahlian yang seharusnya. Ada yang berasal dari disiplin hukum, teknologi lingkungan, sejarah, sastra, ekonomi dan sebagai. Mereka terpaksa harus dibekali keterampilan secara kilat untuk menangani bidang itu, yang tentu hasilnya belum bisa optimal. Kenyataan tersebut tidak jarang disebabkan kesalahan rekrutmen atau karena kebijakan di bidang kepegawaian kurang tepat. Mengenai penempatan pegawai dalam rangka manajemen kepegawaian, tidak selayaknya hanya mengejar tempat kerja, tetapi juga harus dilihat kapasitas dan kapabilitasnya. Kebijakan di bidang kepegawaian yang menampung pegawai yang dimutasi agar tidak berhenti menjadi pegawai memang ada baiknya dari sisi ketenagakerjaan, tetapi menjadi persoalan tersendiri dalam penanganan pekerjaan. Kesuksesan yang dialami oleh sejumlah pemerintah daerah dalam memberikan layanan kepada warganya memang layak mendapatkan apresiasi, tetapi tidak semua upaya itu dapat berjalan mulus. Idealism yang bagus dalam hal perizinan tidak akan berjalan tanpa ketersediaan dana yang memadai. Oleh karena itu, hal ini menjadi persoalan tersendiri. Tidak mudah, kalau tidak dikatakan mustahil, membuat program layanan publik tanpa pendanaan. Sejumlah daerah mempunyai potensi alam yang melimpah dapat digunakan untuk mendukung program kerja mereka, termasuk dalam penanganan perizinan, sedangkan daerah yang potensi pendapatan daerahnya terbatas boleh jadi berpikir ulang dalam hal ini anggaran. Mereka tentu akan memberikan prioritas kepada masalah-masalah yang lebih mendasar, seperti penanganan pangan, kesehatan, pendidikan dan Universitas Sumatera Utara sebagainya. Soal perizinan yang lebih bersifat layanan administratif mendapatkan perhatian berikutnya. Di samping persoalan-persoalan tersebut, ada potensi permasalahan dalam penanganan dalam penanganan perizinan. Soal tarik menarik kepentingan antar daerah atau antar daerah dan pusat merupakan persoalan yang sering terjadi. Persoalan tentang kebijakan yang tidak melihat ke depan dalam jangka panjang, misalnya soal kelestarian lingkungan, ketersedian dan keberlangsungan sumber daya alam, keutuhan alur sejarah dan budaya dan lain- lain. Setiap daerah dituntut untuk memahami dan mampu mengatasi setiap persoalan-persoalan tersebut dengan baik. 5. Ketersedian Dana Kesuksesan yang dialami oleh sejumlah pemerintah daerah dalam memberikan layanan kepada warganya memang layak mendapatkan apresiasi, tetapi tidak semua upaya itu dapat berjalan mulus. Ide alisme yang bagus dalam hal perizinan tidak akan dapat berjalan tanpa ketersedian dana yang memadai. Oleh karena itu, hal ini menjadi persoalan tersendiri. Tidak mudah, kalau tidak dikatakan mustahil, membuat program layanan public tanpa pendanaan. Sejumlah daerah mempunyai potensi alam yang melimpah dapat digunakan untuk mendukung program kerja mereka, termasuk dalam penanganan perizinan, sedangkan daerah yang potensi pendapatan daerahnya terbatas boleh jadi berpikir ulang dalam hal anggaran. Mereka tentu akan memberikan prioritas kepada masalah-masalah yang lebih mendasar, seperti penanganan pangan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Soal perizinan yang lebih bersifat layanan adminstratif mendapatkan perhatian berikutnya. Universitas Sumatera Utara Di samping persoalan-persoalan tersebut, ada potensi permasalahan dalam penanganan perizinan. Soal tarik-menarik kepentingan antar daerah atau antara daerah dan pusat merupakan persoalan yang sering terjadi. Persoalan tentang kebijakan yang tidak melihat ke depan dalam jangka panjang, misalnya soal kelestarian lingkungan, ketersedian dan keberlangsungan sumber daya alam, keutuhan alur sejarah dan budaya, dan lain-lain. Setiap daerah dituntut untuk memahami dan mampu mengatasi setiap persoalan-persoalan tersebut dengan baik. 44 Dalam hal perizinan, khususnya di daerah, berdasarkan kondisi yang ada memang terdapat keberagaman pola penanganan. Sejumlah daerah telah berusaha memperbaiki kinerja pelayanan masyarakatnya dengan merombak tata kelembagaan dan sistem yang telah berjalan lama sebelumnya. Bahkan tidak sedikit yang merombak pelayanan perizinan dari yang sebelumnya kewenangannya terdistribusikan ke sejumlah instansi, yaitu unit pelayanan bersama, yaitu unit pelayanan terpadu satu atap UPSTA, yang kemudian Hambatan yang dihadapi pada pemberian izin Asuransi adalah : a. Belum adanya sistem perizinan yang baku, integratif dan komprehensif. b. Banyaknya berbagai instansi yang mengeluarkan izin. c. Tersebarnya peraturan tentang perizinan dalam berbagai peraturan perundang- undangan.

D. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Hambatan-Hambatan Pemberian Izin Asuransi