pada kehendak para pihak yang mau menyelesaikan sengketa secara musyawarah, damai, cepat, dan murah.
BAB III Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif yaitu merupakan pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-
teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini. Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan
kepustakaan, yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
1
B. Bahan Penelitian
Dalam penelitian tersebut penulis menggunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
a. Bahan hukum primer disini yaitu dokumen-dokumen, literature-literature, yang
berhubungan dengan permasalahan diatas,dan Perma No.1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama.
b. Bahan hukum sekunder merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
penelitian lapangan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, yakni dilakukannya wawancara.
C. Teknik Pengumpulan Data
a. Lokasi penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian di Pengadilan Agama Bantul untuk memperoleh data-data yang diperlukan.
1
Digilib.unila.ac.id
b. Narasumber
Untuk melengkapi data sekunder diatas diperlukan narasumber , yaitu Hakim pada Pengadilan Agama Bantul.
c. Teknik pengambilan data
i. Penelitian kepustakaan, yaitu untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
penelitian ini penulis menelaah karya-karya tulis, buku-buku, maupun dokumen- dokumen yang berkenaan dengan penelitian.
ii. Wawancara, yaitu dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan baik secara
lisan maupun tulisan kepada narasumber dalam hal ini Hakim Pengadilan Agama Bantul. Metode ini digunakan dalam pengumpulan data untuk mengetahui secara
detail apa saja yang menjadi hambatan dalam proses mediasi perkara perceraian di Pengadilan Agama Bantul dan bagaimana pelaksanaan mediasi dalam perkara
perceraian di Pengadilan Agama Bantul tersebut. d.
Teknik analisa data Analisa data dilaksanakan secara deskriptif kualitatif, yaitu mengelompokkan data
dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian dengan bertitik tolak pada permasalahan kemudian hasilnya disusun secara sistematis sehingga menjadi dua data
yang kongkrit. i.
Kualitatif, metode pengelompokan data dan menyeleksi data yang diperoleh dari lapangan menurut dan kebenarannya, kemudian dihubungkan dengan teori-teori
yang diperoleh jabawan atas permasalahan yang diajukan.
2
ii. Deskriptif, metode analisi dengan memilih data yang menggambarkan keadaan
sebenarnya dilapangan. Dalam analisis ini menggunakan cara berfikir induktif,
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD, Bandung : 2008
yaitu menyimpulkan hasil penelitian dari sifatnya khusus ke hal yang sifatnya umum.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Hambatan Dalam Pelaksanaan Mediasi Perkara Perceraian Di Pengadilan Agama
Bantul. 1.
Pandangan Hakim Pengadilan Agama Bantul Terhadap Perma No.1 Tahun 2016.
Pengadilan Agama Bantul dalam mengupayakan perdamaian telah menggunakan Perma No.1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan, yang mana sebelum
perkara diperiksa hakim harus dilakukan mediasi terlebih dahulu yang dibantu oleh Mediator.
Hasil wawancara dengan Hakim Latifah Setyawati., SH., M.Hum, bahwa dengan adanya Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan, Hakim merasa
terbantu dalam mendamaikan para pihak yakni adanya Mediator, usaha mendamaikan lebih mendalam atau leluasa karena mempunyai waktu yang cukup luas untuk memberi
pemahaman tentang perdamaian, penyuluhan secara face to face pastilah lebih terarah dan mencapai sasaran ketimbang penyuluhan hukum secara umum. Namun adanya
mediasi ini bisa dibilang menambah pekerjaan para Hakim, disini semua Hakim berperan sebagai Mediator.Disamping itu jumlah perkara masuk sangatlah banyak sedangkan
jumlah Hakim yang bersertifikat Mediator sangatlah sedikit, dan belum adanya daftar Mediator selain Hakim.
Dengan adanya mediasi diharapkan dapat mengurangi penumpukan perkara dan juga membuka akses seluas mungkin kepada para pihak untuk memperoleh rasa keadilan
karena salah satu fungsi dari sebuah sistem hukum adalah memfasilitasi terwujudnya