Pengertian perkawinan Pengertian dan Dasar Hukum Perkawinan

a. Shighat ijab-kabul, akad nikah menurut KHI dalam pasal 1 bagian c akad nikah ialah: rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan Kabul yang diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh 2 orang saksi. Dalam Kompilasi Hukum Islam KHI sudah diatur ketentuan untuk pelaksanaan akad nikah yang dituangkan dalam beberapa pasal, diantaranya : Pasal 27 : 1. Ijab dan Qabul antara wali dan calon mempelai pria harus jelas beruntun dan tidak berselang waktu. pasal 28 : 1 Akad nikah dilaksanakan sendiri secara pribadi oleh wali nikah yang bersangkutan. Wali nikah dapat mewakilkan pada orang lain. Pasal 29 : 1 Yang berhak mengucapkan Qabul ialah calon mempelai pria secara pribadi. 2 Dalam hal-hal tertentu ucapan Qabul nikah dapat dilakukan pada pria lain dengan ketentuan calon mempelai pria memberi kuasa yang tegas secara tertulis bahwa penerimaan wakil atas akad nikah itu adalah untuk mempelai pria. 10 b. Kedua calon mempelai, sifat-sifat calon mempelai yang baik seperti yang digambarkan oleh nabi Muhammad ialah ا ن يد ل ا لامج ا ب س ح ل ا لام ل ع برا ءارم لا ح ن 10 Syaikh Kamil Muhammad „Uwaidah, Fiqh Wanita, terjemahan Abdul Ghoffar, Jakarta : Pustaka Al- Kautsar, h.404 “Nikahilah seorang wanita yang mempunyai ciri-ciri empat dari hartanya, dari keturunannya , dari dari kecantikannya, dari agamanya. Diriwayatkan oleh Bukhari “. Syarat-syarat calon suami lainnya adalah: 1. Tidak dalam keadaan ihrom, meskipun diwakilkan. 2. Kehendak sendiri 3. Mengetahui nama, nasab, orang, serta keberadaan wanita yang akan dinikahi. 4. Jelas laki-laki Syarat-syarat calon istri: 1. Tidak dalam keadaan ihrom 2. Tidak bersuami 3. Tidak dalam keadaan iddah masa penantian 4. Wanita. 11 Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 15 ayat 1 menyatakan bahwa untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang telah ditetapkan dalam Pasal 7 Undang- Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yakni calon suami berumur 19 tahun dan calon istri sekurangnya berumur 16 tahun.Sedangkan dalam pasal 16 ayat 1 menyatakan bahwa perkawinan didasarkan atas persetujuan calon mempelai. c. Wali, Wali adalah rukun dari beberapa rukun pernikahan yang lima, dan tidak sah nikah tanpa wali laki-laki. Dalam KHI pasal 19 menyatakan wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi calon mempelai wanita yang bertindak untuk menikahkannya. 11 EM. Yusmar, Wanita dan Nikah Menurut Urgensinya, Kediri : Pustaka „Azm, h.16