28 2008 di kawasan hutan Batang Toru, rata-rata ketinggian sarang Orangutan yang
ditemukan adalah 17,4 meter. Berdasarkan hasil yang teramati di lapangan, sarang terletak lebih rendah
dibandingkan ketinggian pohon secara keseluruhan. Meskipun sarang berada pada ujung batang pohon, tetapi selalu ada percabangan pohon yang menjulang ke atas
sehingga pada akhirnya ketinggian pohon selalu melebihi ketinggian sarang. Hasil ini mempunyai kesamaan dengan hasil penelitian Muin 2007 bahwa rata-rata
tinggi sarang orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting adalah 2,5-3,6 meter dari puncak tajuk.
Orangutan akan memilih pohon tempat bersarang yang aman dan terhindar dari predator yang berada dipermukaan tanah. Rijksen 1978 mengatakan
ketinggian 7-15 meter dari permukaan tanah sangat ideal bagi orangutan untuk menghadapi kemungkinan buruk, keadaan ini lebih disukai letaknya dan sering
berada di dalam rimbunan daun pohon tempat orangutan bersarang yang dapat melindunginya dari predator dan cuaca buruk.
Predator orangutan dapat berupa macan dahan Neofelis sp. dan harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae bagi orangutan Sumatera, dimana dapat
memanjat dan menjangkau ketinggian pohon tertentu sehingga dapat memangsa orangutan. Sarang-sarang yang dibuat pada ketinggian tertentu dapat menghindari
orangutan dari ancaman hewan lainnya. Semakin tinggi sarang yang dibuat orangutan, semakin sulit bagi predator untuk menjangkaunya Mc Kinnon, 1974.
Orangutan dalam menentukan ketinggian sarang juga menyesuaikan dengan struktur hutan yang di mana orangutan tersebut berada. Orangutan yang
rentan bahaya akan membangun sarang lebih tinggi sesuai dengan struktur hutan. Jadi, ketinggian pohon dalam suatu hutan juga mempengaruhi pemilihan pohon
untuk dijadikan sebagai material sarang oleh orangutan Rijsken, 1978.
4.2. Pemilihan Pohon Sarang
Dari hasil penelitian karakteristik sarang orangutan Sumatera Pongo abelii berdasarkan pohon sarang di kawasan hutan sekunder Resort Sei Betung TNGL
yang telah dilakukan didapatkan hasil seperti pada Tabel 4.4 dan Lampiran C.
Universitas Sumatera Utara
29
Tabel 4.4 Dominasi Jenis Pohon Tempat Bersarang Orangutan Sumatera Pongo abelii di Kawasan Hutan Sekunder Resort Sei Betung
TNGL
No Family
Spesies Nama Lokal
Persen tase
Tinggi Pohon
m
1 Annonaceae
Polyalthia sumatrana Kopi-Kopi
3,03 8-23
2 Dipterocarpaceae
Dipterocarpus sp. Keruwing
1,01 4-7
Shorea sp. Meranti Buaya
2,02 12-15
Vatica sp. Meranti
1,01 5-6
3 Euphorbiaceae
Endospermum diadenum Tapak Gaja
9,09 6-24
Macaranga hypoleuca Marak tiga jari
7,07 8-22
Macaranga indica Marak Biasa
5,05 8-10
Macaranga lowii Marak Batu
9,09 8-12
Mallotus sp. Medang Kapur
1,01 7-10
4 Fabaceae
Callerya atropurpurea Mata U
3,03 11-16
5 Fagaceae
Lithocarpus sp. Gecing
5,05 9-13
6 Lauraceae
Dillenia sp. Medang
Pisang 3,03
19-20 Litsea sp.
Medang 8,08
7-17 7
Malvaceae Hibiscus macrophylus
Sempuyung 1,01
9-13 8
Meliaceae Aglaia sp.
Setur 3,03
13-16 9
Moraceae Arthocarpus dada
Cempedak hutan
2,02 8-13
Ficus auriculata Beringin
Hutan 1,01
8-12 Sloetia elongata
Trempini 4,04
9-19 10
Myrtaceae Schima walichi
Puspa 2,02
15-19 Syzigium sp1.
Jambu bol 2,02
7-12 Syzigium sp2.
Pucuk Merah 5,05
6-15 11
Phylanthaceae Phylanthus sp.
CermeTuri- Turi
7,07 9-17
Bridelia glhocidion Kincit-Kincit
1,01 13-18
12 Rubiaceae
Antrocepalus sp. Seribu Naik
2,02 10-15
13 Sapindaceae
Pometia pinnata Pakam
8,08 6- 10
14 Tiliaceae
Commersenia batramina Endillo
3,03 9-14
15 Verbanaceae
Calicarpa petandra Tempe-Tempe
1,01 9-12
Jumlah 99,99
Secara keseluruhan dari 15 famili dan 27 jenis tumbuhan yang diidentifikasi jenis yang paling banyak digunakan sebagai pohon bersarang adalah Endospermum
diadenum 9,09 dan Macaranga lowii 9,09. Sementara itu Calicarpa petandra, Bridelia glocidion, Ficus auriculat, Hibiscus macrophylus, Mallotus
sp., Dipterocarpus sp. dan Vatica sp. merupakan jenis yang sedikit digunakan orangutan untuk bersarang. Jenis-jenis pohon ini kurang disukai orangutan
sebagai tempat membuat sarang karena diketahui bahwa pada saat penelitian ukuran jenis-jenis pohon ini masih berukuruan kecil dan rendah hal itu diduga
Universitas Sumatera Utara
30 menyebabkan orangutan tidak banyak membuat sarang pada jenis-jenis pohon
tersebut. Dari jenis tumbuhan yang diketahui sebagai tempat bersarang orangutan
jenis Macaranga indica, Callerya atropurpurea, Phylanthus sp., Pometia pinnata, Lithocarpus sp., Litsea sp., Polyalthia sumaterana, Anthrocepalus sp. dan
Macaranga lowii merupakan jenis pohon sarang yang digunakan orangutan membuat sarang baru kelas A pada saat penelitian.
Berdasarkan Gusnanda 2013, tumbuhan di hutan sekunder didominasi dari famili Euphorbiaceae, jenis-jenis dari famili Euphorbiaceae tersebut
diantaranya Macaranga sp., Endospermum sp. Baccaurea sp. jenis ini cukup banyak tersebar dihutan sekunder pada setiap habitatnya, hal ini karena hutan
sekunder ini hasil restorasi yang mana didominasi penanamannya dari famili Euphorbiaceae sebagai pohon pelindung. Selain itu famili Fabaceae, Rubiaceae
dan Lauraceae juga banyak ditemukan di hutan sekunder ini. Jenis Callerya atropurpurea dari famili Fabaceae merupakan jenis yang banyak ditemukan
jumlahnya. Tinggi pohon sarang orangutan di hutan sekunder bervariasi dari 4-24 m
dari permukaan tanah, namun ketinggian pohon yang berada diatas 20 m hanya sedikit saja didapatkan, ketinggian ini ditemukan pada jenis Endospermum
diadenum dan Macaranga hypoleuca pada umumnya ketinggian pohon sarang rata-rata berkisar antara 6-15 m dari permukaan tanah, Keliling pohon sarang
orangutan di hutan sekunder Resort Sei betung TNGL berkisar antara 15-131 cm, namun keliling pohon sarang yang diatas 100 cm sangat sedikit didapatkan dan
pada umumnya ditemukan di perbatasan hutan sekunder dan hutan primer. Keliling pohon sarang yang paling banyak ditemukan berkisar antara 30-80 cm.
Berdasarkan ukuran keliling pohon dan tinggi pohon sarang tersebut dapat diketahui bahwa tumbuhan yang berada di kawasan ini yang digunakan untuk
bersarang oleh orangutan masih tergolong muda. Kondisi hutan yang masih tergolong muda atau sekunder menyebabkan
orangutan jarang membuat beberapa sarang pada pohon yang sama, kecenderungan orangutan membuat satu sarang pada satu tumbuhan saja,
walaupun disaat penelitian ditemukan orangutan membangun sejumlah sarang
Universitas Sumatera Utara
31 pada suatu tumbuhan tertentu akan tetapi hanya ditemukan dalam jumlah yang
sedikit. Jenis-jenis vegetasi dengan nilai dominansi terbesar di hutan sekunder Resort Sei Betung TNGL berada pada wilayah yang memiliki kontur medan yang
relatif datar, pada beberapa kondisi yang memiliki tingkat kemiringan yang tinggi tidak ditemukan vegetasi dengan ukuran yang besar. Pada umumnya tumbuhan
yang berada pada lokasi ini masih tergolong kecil dan muda. Van Schaik et al.,1994, menyatakan bahwa orangutan dalam membuat
sarang, terutama orangutan semi liar dan liar kurang menyukai daerah yang terjal dan terbuka dan kurangnya didapatkan pohon pakan yang tinggi dan kuat, seperti
dari family Euphorbiaceae, lauraceae dan di pterocarpaceae menimbulkan ketidak nyamanan orangutan untuk beristirahat.
Menurut Rijksen 1978, Orangutan membangun sarang selalu dekat dengan pohon yang buahnya sedang berbuah dan matang. Beberapa jenis pohon
yang diketahui menjadi sumber pakan bagi orangutan hutan sekunder Resoert Sei Betung TNGL antara lain Arthocarpus dada, Callerya atropurpurea, Macaranga
sp. Pometia pinnata, Ficus sp.. Callerya atropurpurea namun hanya beberapa saja yang ditemukan berbuah. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan orangutan
lebih cenderung membuat sarang didekat pohon pakan berupa Callerya atropurpurea dan Arthocarpus dada..
Prasetyo 2006, menjelaskan bahwa terdapat indikasi pemilihan jenis pohon sarang tertentu yang dilakukan oleh orangutan, pemilihan jenis pohon
sarang bertujuan untuk mendapatkan kenyamanan di saat tidur dan penghematan energi pada saat proses membuat sarang. Berdasarkan pengamatan di lapangan,
pemilihan genus pohon sarang orangutan juga dipengaruhi oleh ketersediaan jenis pohon di kawasan penelitian meskipun pada akhirnya diketahui bahwa pemilihan
tersebut cenderung tidak berkaitan dengan genus pohon yang paling dominan. Dari keseluruhan famili yang didapatkan diketahui bahwa famili
Euphorbiaceae 31,31 diikuti oleh family Lauraceae 11,11 dan Myrtaceae 9,09 merupakan famili terbanyak digunakan orangutan sebagai pohon
bersarang, sedangkan yang paling sedikit digunakan orangutan sebagai pohon sarang dari famili Dipterocarpacease 1,01 dan Malvaceae 1,01, seperti
pada Tabel 4.5 berikut:
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 4.5 Dominasi Famili Pohon Tempat Bersarang Orangutan Sumatera Pongo abelii di Kawasan Hutan Sekunder Resort Sei Betung
TNGL No
Family Jumlah
Persentase
1 Annonaceae
3 3,03
2 Dipterocarpaceae
4 4,04
3 Euphorbiaceae
31 31,31
4 Fabaceae
3 3,03
5 Fagaceae
5 5,05
6 Lauraceae
11 11,11
7 Malvaceae
1 1,01
8 Meliaceae
3 3,03
9 Moraceae
7 7,07
10 Myrtaceae 9
9,09 11 Phylanthaceae
8 8,08
12 Rubiaceae 2
2,02 13 Sapindaceae
8 8,08
14 Tiliaceae 3
3,03 15 Verbanaceae
1 1,01
Jumlah 99
99,99
Seringnya penggunaan famili Euphorbiaceae sebagai material sarang diduga karena jenis pohon ini mempunyai ranting yang lentur dan daun yang
lebar. Sebagaimana Van Schaik 2006, menyebutkan bahwa orangutan akan memilih jenis pohon tertentu yang baginya dirasa kuat dan nyaman, terutama
dengan daun lebar dan tidak terlalu tinggi. Selain itu juga jumlah famili ini lebih mendominasi ditemukan disaat pengamatan jika dibandingkan dengan famili yang
lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Umri 2012 di hutan Marike, orangutan lebih
cenderung membuat sarang pada famili Dipterocarpaceae dan Lauracee, namun hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang didapatkan bahwa di famili
Dipterocarpaceae hanya sedikit ditemukan orangutan membuat sarang, hal ini karena jumlah jenis dari famili Dipterocarpaceae yang berada di hutan sekunder
ini sangat sedikit. Hasil ini mempunyai kesamaan dengan penelitian Fajria 2014 dimana family yang paling dominan digunakan orangutan di hutan primer Resort
Sei Betung TNGl adalah dari famili Euphorbiaceae.
Universitas Sumatera Utara
33
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a. Orangutan ditemukan beraktivitas dan bersarang dihutan sekunder Resort Sei Betung TNGL, berdasarkan jumlah sarang yang didapatkan sebanyak 104
sarang, orangutan menyukai hutan sekunder Resor Sei Betung sebagai tempat beraktivitas dan bersarang, dimana ditemukan 5 kelas sarang orangutan. Kelas
sarang yang paling banyak adalah kelas D 24, kemudian diikuti oleh sarang kelas E 22, dan kelas B 22 selanjutnya sarang kelas C 20,
sementara itu sarang yang paling sedikit ditemukan adalah kelas A 12. b. Orangutan lebih menyukai membuat sarang pada pucuk pohon atau posisi3
46, selanjutnya posisi 2 26 , posisi 1 20, dan posisi yang paling sedikit digunakan orangutan untuk membuat sarang adalah posisi 4 8 .
c. Orangutan lebih cenderung membangun sarang di hutan sekunder pada ketinggian rendah, disebabkan tumbuhan yang pada umumnya masih kecil,
dimana ketinggian sarang orangutan mulai dari 3 m sampai 25 m dari permukaan tanah, ketinggian sarang yang paling banyak berturut-turut adalah
pada ketinggian 6-10 m 54 sarang, 11-15m 28, 16-20m 9, 0-5m 8 dan terakhir 21-25m 2.
d. Pohon sarang orangutan didapatkan sebanyak 15 famili dan 27 spesies, famili tersebut yaitu Annonaceae, Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, Fabaceae,
Fagaceae, Lauraceae, Malvaceae, Meliaceae, Moraceae, Myrtaceae, Phylanthaceae, Rubiaceae, Sapindaceae, Tiliaceae dan Verbanaceae.
e. Spesies tumbuhan yang didapatkan sebanyak 27 spesies dengan jumlah individu sebanyak 99 individu, spesies yang dominan yang digunakan
orangutan untuk bersarang adalah Endospermum diadenum dan Macaranga lowii.
Universitas Sumatera Utara