17 d.
Posisi 4 empat, posisi sarang yang terletak diantara dua pohon yang berbeda.
3.6.3. Ketinggian sarang
Setiap jenis sarang yang dijumpai di area garis transek diukur tinggi sarang berdasarkan jarak dari bawah pohon tempat orangutan meletakkan sarang
sampai tempat sarang berada. Pengukuran ketinggian sarang dilakukan dari setiap kelas dan posisi sarang yang ditemukan. Pengukuran ketinggian sarang dilakukan
dengan cara pengukuran langsung menggunakan halgaaltimeter, namun apabila pohon tempat bersarang terlalu tinggi maka pengukuran sarang dilakukan dengan
menggunakan cara estimasi. Untuk penentuan ketinggian sarang dengan menggunakan estimasi dilakukan dengan perkiraan dan perbandingan dengan
pohon.
3.6.4. Pohon Tempat Bersarang
Semua jenis pohon tempat bersarang orangutan akan dicatat tanpa membedakan umur sarang dan individu orangutan pembuat sarang. Pohon yang
digunakan orangutan sebagai tempat bersarang dilakukan identifikasi lapangan. Jenis Pohon sarang diidentifikasi dengan menggunakan buku acuan The Flora of
Malaya, A manual for Forest Volume 1 dan 2 Whitemore, 1972, A field Guide to Common Sumateran Trees Phil, 1978.
3.7 Analisis Data
Data yang didapatkan tentang karakteristik sarang orangutan Sumatera Pongo abelii ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Analisis untuk mengetahui
persentase kelas sarang, posisi sarang, ketinggian sarang digunakan rumus yang diberikan oleh Van Schaik et al,. 1994, sebagai berikut:
Persentase Kelas Sarang =
Jumlah Kelas Sarang Jumlah Keseluruhan Sarang
x 100
Persentase Posisi Sarang =
Jumlah Posisi Sarang Jumlah Keseluruhan Sarang
x 100
Universitas Sumatera Utara
18 Persentase Ketinggian Sarang
=
Ketinggian Sarang Jumlah Keseluruhan Sarang
x 100 Analisis untuk mengetahui dominasi pohon tempat bersarang dilakukan
perhitungan dengan didasarkan jumlah pohon sarang yang paling banyak digunakan oleh orangutan Sumatera sebagai tempat bersarang, selanjutnya
dihitung persentase dominasi jenis pohon sarangnya dengan rumus sebagai berikut:
Dominasi Jenis Pohon Sarang
=
Jumlah individu Jenis Pohon Sarang Jumlah individu jenis Keseluruhan Pohon Sarang
x 100 Sumber: Van Schaik et al,. 1994.
Universitas Sumatera Utara
19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Aktifitas Bersarang Orangutan Sumatera
Pongo abelii
4.1.1. Kelas Sarang
Dari hasil penelitian karakteristik sarang orangutan Sumatera Pongo abelii berdasarkan kelas sarang di kawasan hutan sekunder Resort Sei Betung, TNGL
yang telah dilakukan, didapatkan jumlah sarang orangutan Sumatera Pongo abelii sebanyak 104 sarang, dimana didominasi oleh sarang kelas D 24,05,
kemudian diikuti oleh sarang kelas E 22,11, kelas B 22,11 selanjutnya sarang kelas C 20,19, sementara itu sarang kelas A 11,53 merupakan
sarang yang paling sedikit ditemukan, seperti pada Tabel 4.1 dan Lampiran C. Tabel 4.1 Kelas Sarang orangutan Sumatera
Pongo abelii di Kawasan Hutan Sekunder Resot Sei Betung TNGL
No Kelas Transek
Jumlah Persentase
I II
III IV
V VI
VII
1 A
- 3
- 5
3 -
1 12
11,53
2 B
- 1
3 9
5 1
4 23
22,11
3 C
- 5
1 4
6 2
3 21
20,19
4 D
- 2
3 10
2 7
1 25
24,05
5 E
- 2
8 4
3 5
1 23
22,11 Jumlah Total
104 99,99
Keterangan: Kelas A : Sarang yang baru dan masih hijau
Kelas B : Sarang yang sebagian sudah berobah menjadi warna coklat Kelas C : Semua sarang sudah berwarna coklat
Kelas D : Alas sarang sudah berlobang dan tidak utuh lagi Kelas E : Sarang sudah tinggal kerangka atau ranting saja
Dari tujuh transek yang dilakukan pengamatan terdapat satu transek yang tidak ditemukan sarang sama sekali yaitu pada transek I, hal ini karena transek ini
terdapat di pinggiran hutan sekunder yang berbatasan langsung dengan kebun kelapa sawit PT Putri Hijau. Selain letak, kanopi tumbuhan yang terdapat di
transek ini tergolong jarang, dimana jarak antara satu pohon dengan pohon yang lainnya berjauhan sehingga orangutan kesulitan untuk berpindah dari satu pohon
ke pohon yang lainnya. Kondisi tumbuhan di sekitar transek juga tidak ditemukan dalam musim berbuah atau berdaun muda sehingga orangutan tidak ditemukan
Universitas Sumatera Utara