Posisi Sarang Aktifitas Bersarang Orangutan Sumatera

22 Orangutan membuat sarang baru pada pohon setiap harinya terutama di waktu sore hari, sarang tersebut terdiri dari susunan dahan yang dibuat dalam beberapa menit pada tempat yang cocok misalnya di puncak pohon atau di cagak dahan. Orangutan terkadang juga menggunakan sarang-sarang lama dengan menggunakan cabang-cabang segar dari pohon sarang tersebut dan menggunakan sarang yang telah diperbaiki ini sebagai tempat bermalam Paulina et al., 2001.. Kelas sarang mempunyai kaitan yang erat dengan ketahanan sarang orangutan, dimana perubahan kelas sarang orangutan akan dipengaruhi oleh ketahanan sarang. Ketahanan sarang orangutan bergantung pada temperatur dan kelembaban udara di wilayah sarang berada. Hancur dan hilangnya sarang orangutan ditentukan oleh faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut, tipe ekosistem hutan atau habitat, temperatur, kelembapan, dan curah hujan Van Schaik et al., 1995. Ketahanan sarang tergantung pada teknik konstruksi, berat dan ukuran orangutan, suasana hati saat membangun sarang dan cuaca serta keberadaan satwa lain yang mungkin akan merusak sarang orangutan tersebut, dalam waktu 2,5 bulan sarang orangutan akan tetap terlihat sebelum pada akhirnya akan hancur dan tinggal ranting-rantingnya saja Rijksen, 1978. Menurut Rijksen 1978, kondisi vegetasi juga berpengaruh terhadap pembusukan sarang. Selanjutnya Yeager 1999, menambahkan posisi sarang di pohon, jenis pohon sarang, tinggi pohon sarang merupakan faktor yang mempengaruhi laju kerusakan sarang. Semakin tinggi dan kokoh jenis pohon, maka sarang akan semakin kuat dan awet. Posisi sarang yang berada ditengah pohon akan membuat sarang tidak cepat rusak, karena tidak langsung terkena cahaya matahari dan hujan. Van Schaick et al 1995, menyatakan bahwa di Sumatera rata-rata umur sarang orangutan 2,5 bulan dengan variasi antara 2 minggu atau lebih.

4.1.2. Posisi Sarang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan karakteristik sarang orangutan Sumatera Pongo abelii berdasarkan posisi sarang di kawasan hutan sekunder Resort Sei Betung TNGL, seperti pada Gambar 4.2 dan Lampiran C. Universitas Sumatera Utara 23 Tabel 4.2 Posisi Sarang Orangutan Sumatera Pongo abelii di Kawasan Hutan Sekunder Resort Sei Betung TNGL No Posisi Transek Jumlah Persentase I II III IV V VI VII 1 1 - 1 6 6 4 3 1 21 20,19 2 2 - 4 1 9 5 7 1 27 25,96 3 3 - 7 7 15 8 5 6 48 46,15 4 4 - 1 1 2 2 - 2 8 7,69 Jumlah Total 104 99,99 Keterangan: Posisi 1 : Posisi sarang berada di batang utama pohon Posisi 2 : Posisi sarang berada di percabangan pohon Posisi 3 : Posisi sarang berada di pucuk pohon Posisi 4 : Posisi sarang berada antara dua pohon yang berbeda Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 4 posisi sarang orangutan sumatera Pongo abelii yang diamati di hutan sekunder Resort Sei Betung TNGL didapatkan hasil yang bervariasi, dimana didominasi oleh posisi 3 46,15, selanjutnya posisi 2 25,96 dan posisi 1 20,19, sedangkan posisi yang paling sedikit digunakan orangutan adalah posisi 4 7,69 . Berdasarkan hasil yang didapatkan diketahui bahwa orangutan di hutan sekunder Resort Sei Betung TNGL lebih mendominasi posisi sarang yang berada dipucuk pohon posisi 3 jika dibandingkan dengan posisi sarang yang lain, hal ini berbeda dengan MacKinnon 1974, yang mengatakan bahwa orangutan lebih sering membangun sarangnya di dekat batangutama posisi 1 dari pada di posisi lain. Diasumsikan perbedaan tersebut karena pada hutan sekunder kebanyakan kondisi pohon bersarang orangutan yang masih tergolong rendah dengan dahan dan ranting yang masih lemah untuk menopang sarang orangutan jika sarang dibangun di percabangan pohon, sehingga posisi yang paling memungkinkan untuk membuat sarang pada hutan sekunder adalah di pucuk pohon. Pemilihan posisi sarang juga ditentukan oleh banyak faktor, seperti keuntungan dari tidak terhalangnya pandangan mata yang dapat menjangkau sebagian besar penjuru hutan. Posisi sarang yang berada antara dua pohon posisi 4 merupakan posisi yang paling sedikit digunakan orangutan untuk bersarang dihutan sekunder. Diantara penyebabnya karena kondisi kanopi tumbuhan yang jarang dan jarak antara satu pohon dengan pohon yang lainnya berjauhan dan kontur medan yang Universitas Sumatera Utara 24 berbukit-bukit pada sebahagian lokasi, sehingga sulit bagi orangutan untuk membuat sarang pada posisi ini. Sarang orangutan pada posisi 4 pada umumnya ditemukan pada kondisi pohon yang rapat antara satu dengan yang lainnya, posisi ini dapat ditemukan pada jenis Macaranga sp., Polyalthia sumaterana, Aglaia sp. dan Litsea sp. Posisi sarang di pucuk pohon posisi 3 merupakan posisi yang paling ideal bagi orangutan untuk meletakkan sarang di hutan sekunder Resort Sei Betung TNGL, karena pada lokasi ini didominasi oleh tumbuhan muda dengan batang yang masih rendah dan dahan percabangan yang belum cukup kuat untuk menopang sarang orangutan sehingga untuk meletakkan sarang yang paling aman berada dipucuk pohon, Pujiyani 2008, menjelaskan bahwa kelebihan dari sarang yang berada di puncak pohon posisi 3 adalah pandangan dari posisi tersebut lebih leluasa sehingga memudahkan orangutan untuk memperhatikan daerah sekitarnya. Namun juga terdapat kelemahan pada posisi ini sarang orangutan yang berada di puncak pohon akan lebih mudah terkena terpaan angin dan hujan. Pembagian posisi sarang orangutan pada setiap transeknya juga bervariasi, dimana antara satu transek dengan transek yang lain memiliki perbedaan jumlah posisi. Pada setiap transek posisi yang paling banyak ditemukan adalah posisi 3, kecuali pada transek VI posisi yang paling banyak ditemukan adalah posisi 2, sementara itu posisi sarang di antara dua pohon posisi 4 merupakan posisi yang paling sedikit ditemukan pada setiap transeknya. Kondisi tumbuhan yang berbeda pada setiap transeknya membuat posisi sarang orangutan bervariasi, pada transek dua II kondisi tumbuhan didominasi oleh famili Euphorbiaceae dengan ukuran yang masih muda, pada umumnya tumbuhan di transek ini memiliki batang yang lurus dengan cabang dan ranting yang masih lemah. Kondisi medan di transek II relatif datar jika dibandingkan dengan transek yang lainnya, namun jarak antar tumbuhan di lokasi ini tergolong jarang. Pada transek ini posisi 3 merupakan posisi yang paling banyak ditemukan dan hanya 1 sarang saja yang ditemukan pada posisi di cabang utama pohon posisi 1. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan transek VII, dimana kondisi tumbuhan pada kedua transek ini tidak jauh berbeda hanya saja kontur medan pada transek VII berbukit-bukit. Universitas Sumatera Utara 25 Posisi sarang pada batang utama Posisi 1 lebih banyak ditemukan pada transek III dan IV, pada kedua transek ini banyak ditemukan tumbuhan dalam kategori besar, dengan percabangan yang sudah kuat untuk menopang sarang orangutan sehingga banyak ditemukan sarang orangutan pada posisi di batang utama posisi 1 dan di percabangan pohon posisi 2, Transek III berada di tengah hutan sekunder dan transek IV berada di perbatasan antara hutan sekunder dengan hutan primer sekunder tua, akan tetapi pada kedua transek ini posisi sarang pada pucuk pohon posisi 3 merupakan posisi sarang yang paling banyak ditemukan dibandingkan dengan posisi sarang yang lainnya. Posisi sarang diantara dua pohon posisi 4 tidak ditemukan pada transek VI, Posisi ini memerlukan dua pohon bagi orangutan untuk membangun sarang, kondisi vegetasi pada transek ini tergolong rapat jika dibandingkan dengan transek lain, akan tetapi medan yang berbukit dengan kemiringan yang tinggi menyebabkan orangutan akan kesulitan untuk membangun sarang menggunakan dua pohon posisi 4 sehingga pada transek ini tidak ditemukan sama sekali sarang pada posisi tersebut. Kawasan hutan sekunder merupakan kawasan yang kurang ideal bagi orangutan untuk beraktifitas karena berdasarkan teori persediaan makanan lebih sedikit dibandingkan dengan hutan primer, selain itu kondisi kanopi yang jarang akan menyulitkan orangutan dalam pembuatan dan penentuan posisi sarang yang akan dibuat. Penentuan pembuatan sarang pada orangutan sangat penting. Menurut Rijksen 1978, orangutan akan membuat sarang dengan menyesuaikan kondisi lingkungan, sarang dibangun di posisi dan lokasi yang menguntungkan baik dari segi keamanan maupun kenyamanan.

4.1.3. Ketinggian Sarang