Jika X
min
BKB dan X
max
BKB, maka data tidak seragam
3.3.4. Menghitung Jumlah Data Pengamatan yang Diperlukan N’
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil dari lapangan telah mencukupi untuk digunakan dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada. Uji kecukupan data dapat dihitung dengan menggunakan rumus umum sebagai berikut:
2 2
2
i i
i
X X
X N
s k
N
Keterangan : N
= Jumlah pengamatan yang dilakukan N’
= Jumlah pengamatan yang harus dilakukan ΣX
i
= Jumlah seluruh data ΣX
i 2
= Jumlah kuadrat data K = Nilai absis pada tabel distribusi normal untuk luasan sebesar tingkat
kepercayaan s
= Tingkat ketelitian
Apabila N’ N, maka jumlah data pengamatan sudah mencukupi dan
apabila N’ N, maka jumlah data pengamatan belum mencukupi.
3.3.5. Menentukan Waktu Terpilih, Waktu Normal dan Waktu Standar
Waktu terpilih yang digunakan adalah harga rata-rata data yang telah seragam dan cukup di tiap stasiun kerja. Harga rata-rata tersebut diperoleh dari
data pengamatan waktu siklus operasi yang telah berada pada batas kontrol yang ditentukan seperti yang terlihat pada perhitungan sebelumnya. Untuk menghitung
waktu normal Wn dilakukan dengan menggunakan rumus:
Universitas Sumatera Utara
Wn = Waktu terpilih x Rating Factor Untuk menentukan Rf Rating Factor digunakan metode Westinghouse system of
rating yang terdiri dari empat faktor yang mempengaruhi penentuan rating yaitu
keterampilan, kondisi kerja, usaha dan konsistensi. Penentuan Rf Rating Factor adalah sebagai berikut:
Rf = 1 + Westinghouse factor Waktu baku dihitung setelah mengetahui allowance. Persentase allowance
merupakan kelonggaran untuk istirahat yang diberikan kepada tenaga kerja.
Allowance Wn
Wb 100
100
3.3.6. Penyesuaian dan Kelonggaran
Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang diitujukkan operator.
8
Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena
menjumpai kesulitan-kesulitan seperti kondisi ruangan yang buruk. Penyebab seperti diatas mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau
terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja
baku yang diselesaikan secara wajar. 1.
Konsep tentang bekerja wajar Ketidakwajaran pekerja harus diwajarkan untuk mendapatkan waktu normal.
Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana yang disebut wajar itu. Dengan
8
Iftikar. Z. Sutalaksana .op.cit.
hal 138-150
Universitas Sumatera Utara
standar apa pengukur menilai wajar tidaknya kerja seorang operator. Biasanya, melalui pengamatan pengukur dapat melihat cara kerja operator. Dalam
kehidupan sehari-hari pun hal ini sering bisa dirasakan, yaitu bila suatu waktu melihat seorang yang sedang bekerja. Dalam waktu yang tidak terlalu lama,
dapat menyatakan bahwa orang tersebut bekerja dengan lambat atau sangat cepat. Ketepatan pengukur akan lebih teliti apabila dia telah cukup
berpengalaman bagi jenis pekerjaan yang sedang diukur. Semakin berpengalaman seseorang pengukur, indera yang dimiliki akan semakin peka
melakukan penyesuaian. Untuk memudahkan pemilihan konsep wajar, seorang pengukur dapat mempelajari cara kerja seorang operator yang dianggap
normal yaitu jika seorang operator yang dianggap berpengalaman, bekerja tanpa usaha-
usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Disamping
konsep-konsep yang dikemukakan oleh International Labour Organization ini, terdapat juga konsep yang lebih terperinci yaitu yang dikemukakan oleh Lawry,
Maynard, dan Stegemarten melalui cara penyesuaian
Westinghouse. Ada empat faktor yang menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu
keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Walaupun usaha-usaha membakukan konsep bekerja wajar telah dilakukan, namun penyesuaian tetap
tampak sebagai hal yang subjektif. 2.
Cara Menentukan Faktor Penyesuaian Cara Westinghouse Westinghouse Factors mengarahkan penilaian pada 4
faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Setiap faktor
Universitas Sumatera Utara
terbagi dalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing. Keterampilan atau skill
didefenisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ke tingkat
tertentu saja, tingkat yang merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Keterampilan juga dapat menurun, yaitu
bila terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut. Atau karena sebab- sebab lain seperti karena kesehatan yang terganggu, rasa fatigue yang
berlebihan, pengaruh lingkungan sosial dan sebagainya. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah konsistensi atau consistency. Faktor ini perlu diperhatikan
karena pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-
ubah dari siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Selama ini masih dalam batas kewajaran, masalah tidak timbul tetapi jika
variabilitisnya tinggi maka hal tersebut harus diperhatikan. Sebagaimana halnya faktor-faktor lain, konsistensi juga dibagi enam kelas yaitu perfect,
ex CEllent, good, average, fair dan poor. Westinghouse factors dilihat pada
Tabel 3.1.Iftikar Z Sutalaksana,2005
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Westinghouse Factors Faktor
Kelas Lambang
Penyesuaian
Keterampilan Superskill
A1 +
0,15 Ex
cellent A2
+ 0,13
B1 +
0,11 Good
B2 +
0,08 C1
+ 0,06
Average C2
+ 0,03
D 0,00
Fair E1
- 0,05
Poor E2
- 0,10
F1 -
0,16 Usaha
Ex cessive
F2 -
0,22 A1
+ 0,13
Ex cellent
A2 +
0,12 B1
+ 0,1
Good B2
+ 0,08
C1 +
0,05 Average
C2 +
0,02 D
0,00 Fair
E1 -
0,04 E2
- 0,08
Poor F1
- 0,12
F2 -
0,17 Kondisi Kerja
Ideal A
+ 0,06
Ex CEllenty
B +
0,04 Good
C +
0,02 Average
D 0,00
Fair E
- 0,03
Poor F
- 0,07
Konsistensi Perfect
A +
0,04 Ex
CEllenty B
+ 0,03
Good C
+ 0,01
Average D
Fair E
- 0,02
Poor F
- 0,04
Universitas Sumatera Utara
3. Kelonggaran Allowance Kelonggaran allowance diberikan kepada tiga hal yaitu untuk kebutuhan
pribadi, menghilangkan kelelahan dan hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya merupakan hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja selama
pengamatan karenanya setelah mendapatkan waktu normal perlu ditambahkan kelonggaran. Dalam menghitung besarnya allowance, keadaan yang dianggap
wajar diambil harga allowance=100 . Sedangkan bila terjadi penyimpangan dari keadaan ini, allowance harus ditambah dengan faktor-faktor berpengaruh
terhadap kegiatan kerja yang dilakukan. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu:
a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi personal
Yang termasuk didalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, berbicara
dengan teman untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam bekerja.
b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique
Fatique merupakan hal yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai akibat
dari melakukan suatu pekerjaan. c.
Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan delay Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar
kekuasaan kendali pekerja.
Universitas Sumatera Utara
3.4. Cross Entropy