Defenisi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Universitas Sumatera Utara Secara administrasi pulau Nipa termasuk ke dalam wilayah Desa Pomping. Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini terletak di Selat Singapura dan berbatasan dengan negara tetangga yaitu Singapura. Sedangkan secara geografis plau Nipa terlatak pada koordinat 01˚09’13” dan 103˚39’11” T. Pulau Nipa memiliki luas sekitar 0,5 Ha sebelum reklamasi, namun setelah reklamasi luasnya mencapai 60 Ha. Pulau Nipa mempunyai nilai yang sangat strategis karena berada di jalur pelayaran internasional dari dan menuju Pelabuhan Jurong Singapura. 34

B. Defenisi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Undang-Undang Pokok Agraria UUPA sebagai peraturan pokok mengenai pertanahan di tanah air tidak memberikan defenisi secara langsung mengenai wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta pengaturan lebih lanjut mengenai tanah yang berada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Namun secara eksplisit sebagaimana pada Pasal 1 UUPA sebagai doktrin Wawasan Nusantara dimana Prof. A.P. Parlindungan menyatakan dengan doktrin Wawasan Nusantara inilah dapat kita artikan sebagai hubungan yang bersifat abadi antara bangsa Indonesia dengan bumi, air dan ruang angkasa demikian juga hubungan dengan tubuh bumi baik yang berada dibawah air, perairan dalam maupun laut teritorial bangsa dan negara Indonesia. 35 Hal ini dapat menjadi penjelasan bahwa wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil juga 34 http:www.ppk-kp3k.kkp.go.iddirektori-pulauindex.phppublic_cpulau_info456 diakses pada tanggal 16 April 2016 35 Prof.A.P.Parlindungan, Op. Cit., hlm.40 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara termasuk didalam kesatuan Wawasan Nusantara Negara Indonesia yang diatur didalam UUPA. Defenisi terkait wilayah pesisir secara jelas dapat kita temukan didalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil bahwa: 36 a. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antar-sektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu penge-tahuan dan manajemen untuk mening-katkan kesejahteraan masyarakat. b. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. c. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km 2 dua ribu kilometer persegi beserta kesatuan ekosistemnya. d. Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 seratus meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Pada dasarnya, tidak seorangpun di Indonesia yang belum pernah mendengar kata wilayah pesisir. Baik di daerah perkotaan hingga ke daerah 36 Pasal 1 angka 1, 2, 3, dan 21 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pedesaan tentu pernah melihat daerah pesisir. Namun pada masyarakat kita terdapat defenisi kata wiayah pesisir yang beragam bergantung pada pengetahuan yang diperoleh oleh masing-masing. Untuk menengahi hal tersebut, telah terdapat kesepakatan umum akan arti dari wilayah pesisir sebagaimana tertulis didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI sebagai kamus bahasa indonesia resmi bahwa pesisir adalah tanah datar berpasir di pantai atau laut, pesisir basah adalah daerah antara garis pantai waktu air laut surut dan pantai waktu air laut pasang, selanjutnya yang terlebih bersifat khusus pesisir kering adalah daerah antara garis pantai waktu air laut pasang dan garis pantai tertinggi yang dapat dicapai oleh air laut pada waktu topan melanda. 37 Pengelolaan wilayah pesisir telah menjadi perhatian pemerintah pusat karena daerah wilayah pesisir yang rentan akan kerusakan oleh aktivitas manusia dengan memfaatkan sumber dayanya dan akibat bencana alam serta keunikan dari wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut yang rentan berkembangnya konflik dan terbatasnya akses pemanfaatan bagi masyarakat pesisir dan pulau- pulau kecil, perlu dikelola secara baik agar dampak aktivitas manusia dapat dikendalikan dan sebagian wilayah pesisir dipertahankan untuk konservasi. 38 Penyerahan pengelolaan wilayah pesisir juga dilakukan oleh pemerintah pusat dengan asas desentralilsasi pada pemerintahan daerah. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengatur kewenangan daerah Provinsi 37 http:kbbi.web.idpesisir diakses pada tanggal 2 Januari 2016 38 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara atas pengelolaan wilayah pesisir dan pulau kecil sejauh 12 mil dari garis pasang surut pantai. 39 Menurut Soegiarto bahwa : 40 Definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ke arah wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Secara umum, menurut Sugeng Budiharsono wilayah didefenisikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian- bagiannya bergantung secara internal. Wilayah dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu : 41 1. Wilayah Homogen Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu aspek kriteria mempunyaisifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Sifat-sifat dan ciri-ciri kehomogenan itu misalnya dalam hal ekonomi seperti daerah dengan struktur produksi dan konsumsi yang homogen, daerah dengan tingkat pendapatan rendah, dan lain-lain, geografi seperti wilayah yang mempunyai tipografi atau iklim yang sama, agama, suku dan sebagainya. 39 Pasal 27 ayat 3 UU 27 Tahun 2007 40 Rokhmin Dahuri, Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Laut Secara Terpadu , Jakarta, Penerbit Pradnya Paramita, 2004, hlm.8. 41 Sugeng Budiharsono, Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir Dan Lautan, Cetakan Kedua, Jakarta, Penerbit PT. Pradnya Paramitha, 2005, hlm.18. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2. Wilayah Nodal Wilayah nodal nodal region adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat inti dan daerah belakangnya hinterland. Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan jasa, ataupun komunikasi dan transportasi. 3. Wilayah Administratif Wilayah administrasi adalah wilayah yang batas-batasnya ditentukan berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik, seperti provinsi, kabupaten, kecamatan desa atau keluarahan, RTRW. 4. Wilayah Perencanaan Boudeville dalam Glasson, 1978 mendefenisikan wilayah perencanaan sebagai wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan- keputusan ekonomi. Wilayah perencanaan dapat dilihat sebagai wilayah yang cukup besar untuk memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan penting dalam penyebaran penduduk dan kesempatan kerja, namun cukup kecil untuk memungkinkan persoalan-persoalan perencanaannya dapat dipandang sebagai suatu kesatuan. Wilayah pesisir dan lautan menurut Sugeng Budiharsono, dapat termasuk dalam keempat jenis wilayan tersebut. Sebagai wilayah homogen, wilayah pesisir merupakan wilayah yang memproduksi ikan, namun bisa juga dikatakan sebagai wilayah dengan tingkat pendapatan penduduknya yang tergolong di bawah garis Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara kemiskinan. Sebagai wilayah nodal, wilayah pesisir seringkali sebagai wilayah belakang, sedangkan daerah perkotaan sebagai intinya. Bahkan seringkali wilayah pesisir dianggap sebagai halaman belakang yang merupakan tampat membuang segala macam limbah. Sebagai wilayah belakang, wilayah pesisir merupakan penyedia input pasa input bagi inti, dan merupakan pasar bagi barang-barang jadi output dari inti. Sebagai wilayah administrasi, wilayah pesisir dapat berupa wilayah administrasi yang relatif kecil yaitu kecamatan atau desa, namun juga dapat berupa kabupatenkota pada kabupatenkota yang berupa pulau kecil. Sedangkan sebagai wilayah perencanaan, batas wilayah pesisir sering melewati batas-batas satuan wilayah administratif. Sebagai contoh adalah wilayah pesisir Kabupaten karawang, apabila nelayan atau petambak di Kabupaten Karawang menebang habis pohon bakau yang ada di pantainya untuk dijadikan tambak udang, maka dampak negatifnya tidak hanya dirasakan oleh daerah tersebut tetapi akan berdampak terhadap wilayah pesisir Kabupaten Bekasi maupun Kabupaten Inderamayu. Kondisi tersebut terjadi karena wilayah pesisir pantai utara Jawa Barat bahkan Laut Jawa,yang merupakan suatu kesatuan wilayah perencanaan. 42 Selanjutnya Dahuri, Rais, Ginting dan Sitepu juga menyatakan defenisi terkait wilayah pesisir bahwa konsep wilayah pesisir dan lautan dari sudut pandang ilmu perancanaan pembangunan wilayah tentunya berbeda dengan ilmu kelautan yang berorientasi kepada aspek fisik saja. Definisi yang dikembangkan dari aspek fisik bukan definisi fungsional, melainkan definisi yang bersifat kaku 42 Ibid, hlm.21 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dan lebih berorientasi fisik. Definisi yang dikembangkan juga bervariasi tergantung negaranya. Sebagai contoh negara Costa Rica mendefinisikan batas wilayah pesisir adalah jarak secara sembarang ke arah darat dari pasang surut dan batas ke arah laut adalah rata-rata pasang terendah atau rata-rata pasang tertinggi. 43 Sedangkan m enurut Beatley, “wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut pasang surut dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua”. 44 Keunikan geografis dari wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diungkapkan oleh Griffith dan Inniss 1992 serta Beller 1990 yang dikutip dalam Artikel Garasi, pulau-pulau kecil memiliki karakteristik yang sangat menonjol yaitu antara lain : 45 a. Terpisah dari habitat pulau induk sehingga sangat insuler; b. Memiliki persediaan air tawar yang terbatas, termasuk air tanah atau air permukaan; c. Rentan terhadap gangguan eksternal, baik alami maupun akibat kegiatan manusia; d. Memiliki spesies endemik yang memiliki fungsi ekologi yang tinggi; e. Tidak mempunyai daerah hinterland. 43 Ibid , hlm.22 44 Rokhmin Dahuri, Op. Cit,. hlm.9 45 http:garasi.inhak-pengusahaan-perairan-pesisir-hp-3.html diakses pada tanggal 3 Januari 2016 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Ruang lingkup pengaturan Wilayah Pesisir dalam Undang-Undang Pesisir, yakni ruang lautan yang masih dipengaruhi oleh kegiatan di daratan dan ruang daratan yang masih terasa pengaruh lautnya, serta Pulau-Pulau Kecil dan perairan sekitarnya yang merupakan satu kesatuan dan mempunyai potensi cukup besar yang pemanfaatannya berbasis sumber daya, lingkungan, dan masyarakat. 46 Sehingga pentingnya pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang benar dengan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA, Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

C. Bentuk dan Sistem Kegiatan Reklamasi