Universitas Sumatera Utara
“Tinjauan tentang Reklamasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Menurut Putusan Mahkamah Agung Nomor 12
PKTUN2011”. Untuk
mengetahui keaslian penulisan, setelah melakukan penulusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada katalog skripsi departemen hukum
agraria Fakultas Hukum USU, tidak menemukan judul yang sama. Melalui surat tertanggal 23 Oktober 2015 yang dikeluarkan oleh Perpustakaan
Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera UtaraPusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara menyatakan bahwa tidak ada judul yang sama maupun berkaitan.
Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan hak menguasai negara, reklamasi dan putusan
Mahkamah Agung Nomor 12 PKTUN2011, baik melalui literatur yang
diperoleh dari pemikiran para praktisi, refrensi buku-buku, makalah, hasil seminar, media cetak, media elektronik seperti internet serta bantuan dari
berbagai pihak yang berdasarkan pada asas keilmuan yang jujur, rasional, dan terbuka. Bila dikemudian dari ternyata terdapat judul yang sama atau telah
ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal itu dapat diminta pertanggungjawabannya.
E. Tinjauan Kepustakaan
Tinjauan pustaka penelitian memiliki arti yaitu peninjauan kembali pustaka-pustaka. Sesuai dengan arti tersebut, sebuah tinjauan pustaka
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
penelitian memiliki fungsi sebagai peninjauan kembali atau review pustaka mengenai masalah yang berkaitan.
11
Berikut adalah beberapa teori tinjauan kepustakaan yang berkaitan dengan pembahasan :
1. Pengertian Tanah Sebutan tanah dalam bahasa kita dapat dipakai dalam berbagai arti.
Sehingga daripadanya dalam penggunaannya perlu diberi batasan, agar diketahui dalam arti apa istilah tersebut digunakan. Undang-Undang Pokok
Agraria sebagai dasar hukum pertanahan nasional dalam Pasal 4 ayat 1 menyebutkan :
“Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi,
yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang
lain serta badan- badan hukum”.
Ini menunjukan bahwa istilah tanah yang di dalam Hukum Tanah Nasional adalah tanah dalam pengertian yuridis yaitu permukaan bumi yang
dapat dihaki oleh seseorang. Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang dengan hak-hak yang disediakan oleh UUPA, adalah untuk digunakan atau
dimanfaatkan.
12
11
http:www.informasi-pendidikan.com201308penjabaran-tinjauan-pustaka- penelitian.html?m=1 diakses pada tanggal 27 Maret 2016
12
Boedi Harsono, Op. Cit., hlm.18
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan pengertian istilah tanah tersebut Budi Harsono memberi batasan tentang pengertian tanah berdasarkan apa yang dimaksud
dalam Pasal 4 UUPA, bahwa : “Dalam hukum tanah, kata tanah dipakai dalam arti yuridis sebagai
suatu pengertian yang telah diberi batasan resmi oleh UUPA sebagaimana dalam Pasal 4 bahwa hak menguasai dari negara
ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah
”.
13
Didalam penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan hak-hak atas tanah tidak akan bermakna jika penggunaannya terbatas hanya pada tanah
permukaan bumi saja namun juga terkait dengan pemanfaatan sebagian tubuh bumi yg berada dibawahnya dan air serta ruang angkasa yang ada diatasnya
sebagai satu kesatuan sebagaimana yang tercantum didalam Pasal 4 ayat 2 Undang Undang Pokok Agraria :
“Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian
tubuh bumi dan air serta ruang angkasa yang ada diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan
penggunaan tanah itu, dalam batas-batas menurut undang-undang ini peraturan-per
aturan hukum lain yang lebih tinggi”
13
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dimana demikian menurut Tampil tanah tidak sama dengan bumi, tetapi tanah adalah salah satu dari komponen bumi.
14
Yaitu tubuh bumi dan air serta ruang yang dimaksudkan itu bukan kepunyaan pemegang hak atas tanah
yang bersangkutan adalah diperbolehkan menggunakannya dengan batasan- batasan dalam Pasal 4 ayat 2 UUPA tersebut.
15
Selanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal 1 ayat 2
yaitu bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang yang berbatas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional 2008, tanah yaitu :
a. permukaan bumi atau lapisan bumi yg di atas sekali; b. keadaan bumi di suatu tempat;
c. permukaan bumi yg diberi batas; d. daratan;
e. permukaan bumi yg terbatas yg ditempati suatu bangsa yg diperintah suatu negara atau menjadi daerah negara; negeri; negara;
f. bahan-bahan dari bumi; bumi sbg bahan sesuatu pasir,napal, cadas, dsb;
g. dasar warna,cat, dsb;
14
Tampil Anshari Siregar, Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Bagan, Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan :USU Press, 2001, hlm.38
15
Boedi Harsono, Op. Cit., hlm.19
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2. Pengertian Hak Atas Tanah Hak dalam arti sempit adalah yang berkorelasi dengan kewajiban,
timbulnya hak adalah akibat dari adanya kewajiban kepada seseorang. K.Bertens dalam bukunya yang berjudul Etika memaparkan bahwa dalam
pemikiran Romawi Kuno, kata ius-iurus Latin: hak hanya menunjukkan hukum dalam arti objektif. Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan
undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat demi kepentingan umum hukum dalam arti Law,
bukan right. Pada akhir Abad Pertengahan ius dalam arti subjektif, bukan benda yang dimiliki seseorang, yaitu kesanggupan seseorang untuk sesuka hati
menguasai sesuatu atau melakukan sesuaturight, bukan law. Akhirnya hak pada saat itu merupakan hak yang subjektif merupakan pantulan dari hukum
dalam arti objektif.
16
Hak atas tanah adalah hak yang memberikan wewenang untuk memakai tanah yang diberikan kepada orang atau badan hukum. Pada
dasarnya, tujuan memakai tanah adalah untuk diusahakan dan tempat membangun sesuatu.
17
Hak atas tanah dalam UUPA yang disebutkan dalam Pasal 16 dibedakan menjadi :
a. Hak Milik b. Hak Guna Usaha
16
https:id.wikipedia.orgwikiHak diakses pada tanggal 1 April 2016
17
Ny. Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Op. Cit., hlm.29
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
c. Hak Guna Bangunan d. Hak Pakai
e. Hak Sewa f. Hak Membuka Hutan
g. Hak Memungut Hasil Hutan h. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas
yang akan ditetapkan dalam undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam pasal 53.
3. Konsepsi Hak Menguasai Negara Hak Menguasai Negara lahir diamanatkan secara langsung oleh
Undang- Undang Dasar 1945 dimana Pasal 33 ayat 3 yaitu “Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”. Hubungan hukum yang selanjutnya dirumuskan oleh Undang-Undang Dasar 1945 tersebut
selanjutnya ditegaskan sifatnya sebagai hubungan hukum publik oleh Undang- Undang Pokok Agraria dalam Pasal 2. Dalam pasal 2 ayat 2 UUPA diberikan
rincian kewenangan Hak Menguasai dari Negara berupa kegiatan : 1. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang-angkasa; 2. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-peerbuatan hukum yang mengenai
bumi, air dan ruang angkasa; Dengan rincian mengatur, menentukan, dan menyelenggarakan
berbagai kegiatan dalam Pasal 2 tersebut, oleh UUPA diberikan suatu interpretasi otentik mengenai Hak Menguasai dari Negara yang dimaksudkan
oleh UUD 1945 adalah sebagai hubungan hukum yang bersifat publik semata- mata. Dengan demikian tidak akan ada lagi tafsiran lain atas pengertian
dikuasai dalam pasal UUD tersebut.
18
Bangsa Indonesia atau negara tidaklah bertindak sebagai pemilik tanah. Hal ini dimana juga sesuai dengan penjelasan
UUPA tersebut sehingga negara sebagai suatu organisasi tertinggi kekuasaan seluruh rakyat bertindak sebagai badan penguasa atas bumi, air, ruang angkasa
dan kekayaan yang terkandung didalamnya. Dengan demikian negara sebagai organisasi kekuasaan “mengatur”
sehingga membuat peraturan, kemudian “menyelenggarakan” artinya melaksanakan axecution atas penggunaanperuntukan use, persediaan
reservation dan pemeliharaannya yang terkandung di dalamnnya. Juga untuk menentukan dan mengatur dengan menetapkan dan membuat peraturan-
18
Boedi Harsono, Op. Cit., hlm.292
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
peraturan mengenai hak-hak apa saja yang dapat dikembangkan dari Hak Menguasai Negara tersebut.
19
4. Tentang Otonomi Daerah Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang berarti
sendiri dan nomos yang berart peraturan. Oleh karena itu, secara harafiah otonomi berarti peraturan sendiri atau undang-undang sendiri, yang
selanjutnya berkembang menjadi pemerintahan sendiri.
20
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan dalam
Pasal 1 ayat 6, pengertian otonomi daerah adalah : “Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik indonesia”.
Menurut Wayong, “otonomi daerah sebenarnya merupakan bagian
dari pendewasaan politik rakyat di tingkat lokal dan proses menyejahterakan rakyat”, sedangkan menurut Thoha, otonomi daerah adalah penyerahan
sebagian urusan rumah tangga dari pemerintah yang lebih atas kepada
19
Prof. .A.P. Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung, Penerbit Mandar Maju, 2008, hlm.44
20
Ny. Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Op. Cit., hlm.99
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pemerintah di bawahnya dan sebaliknya pemerintah dibawahnya yang menerima sebagian urusan tersebut telah mampu melaksanakannya.
21
Di dalam otonomi daerah ini, sebenarnya terdapat kebebasan dan kemandirian dalam melaksanakan sesuatu urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah yang menerima penyerahan otonomi tersebut, bahkan dapat dikatakan bahwa kebebasan dan kemandirian itu merupakan hakekat isi
otonomi Bagir Manan:1993. Tetapi kebebasan dan kemandirian itu bukanlah berarti sebagai suatu kemerdekaan, meskipun pada kemerdekaan terdapat juga
dua hal tersebut, namun antara otonomi dan kemerdekaan itu sesungguhnya terdapat pula perbedaan. Perbedaan yang paling mendasar adalah terletak pada
masalah kedaulatan. Pada prinsipnya kedaulatan itu dimiliki Pemerintah Pusat dan tidak diberikan kepada Pemerintah-pemerintah daerah. Kalaupun ada
Pemerintah Daerah menjalankan dalam rangka kedaulatan Negara terbatas pada malaksanakan urusan-urusan rumah tangganya saja otonomi, yang pada
tingkat terakhir harus pula dipertanggungjawabkan kepada Pemerintah pusat.
22
F. Metode Penulisan