Latar Belakang Tinjauan Tentang Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Menurut Putusan Mahkamah Agung Nomor 12PK/TUN/2011

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat dilepaskan dari tanah. Tanah telah menjadi kebutuhan pokok dari manusia yaitu dimulai dari kebutuhan akan tempat tinggal, kebutuhan akan makanan yang tumbuh dan berada di atas tanah hingga aktivitas manusia sehari-hari dalam mememenuhi kebutuhan lainnya dengan melaksanakan kegiatan pembangunan. Kebutuhan akan tanah yang semakin meningkat setiap harinya sejalan dengan pertumbuhan masyarakat yang semakin padat. Sedangkan tanah bersifat statis yaitu tetap keadaannya tidak bertambah luas, sehingga hal ini yang menjadi permasalahan pokok akan pembangunan suatu negara yaitu ketersediaan lahan tanah yang semakin sempit dengan kebutuhan akan tanah akibat pertumbuhan masyarakat yang padat. Terlebih pula daerah perkotaan, dimana pusat kegiatan berada baik kegiatan ekonomi, sosial dan budaya yang membutuhkan pula pembangunan yang mengiringinya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Adanya permintaan demand atas tanah yang semakin besar, khususnya di daerah-daerah perkotaan disebabkan faktor berikut ini. 1 1. Faktor sosial budaya dan politik meliputi: a. pertambahan penduduk baik secara alamiah maupun karena imigrasi; b. daya tarik perkotaan terhadap penduduk dari wilayah pedesaan; c. adanya situasi gangguan keamanan di wilayah pedesaan; d. adanya pembebasan tanah untuk kepentingan umum yang berskala besar di daerah perkotaan. 2. Faktor sosial ekonomi meliputi: a. usaha pembangunan fisik yang terkonsentrasi di daerah perkotaan; b. perkembangan kegiatan usahaindustri di wilayah perkotaan yang membuka kesempatan kerja; c. berkurangnya lokasi pertanian di beberapa wilayah pedesaan. 3. Faktor prasarana fisik meliputi: a. adanya usaha-usaha perbaikan kualitas lingkungan hidup di wilayah perkotaan yang menarik penduduk untuk berpindah ke kota besar; b. adanya perbaikan utilitas umum dan fasilitas kota; Problematika pertanahan terus mencuat dalam dinamika kehidupan bangsa kita. Oleh karena itu, pada tanggal 24 September 1960, pemerintah 1 Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 346 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara kemudian menerbitkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Ketentuan Konversi yang lebih dikenal sebagai Undang-Undang Pokok Agraria selanjutnya disingkat UUPA. UUPA ini lahir bersumber dari Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa ”Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Indonesia merupakan negara kepulauan, terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang tersusun dalam ribuan pulau besar dan kecil, yang terhubung oleh berbagai selat dan laut. Menurut data Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional saat ini pulau negara Republik Indonesia yang terdaftar dan berkoordinat berjumlah 13.466 pulau. 2 Sepanjang wilayah pesisir nusantara terdapat pula berbagai adat-istiadat masyarakat serta lingkungan serta sumberdaya wilayah pesisir yang beragam. Penguasaan tanah atas masyarakat adat di lingkungan pesisir yang telah berlangsung lama dengan bergantung pada pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir. Penguasaan tanah dapat dibagi menjadi dua aspek yaitu aspek yuridis dan aspek fisik, Penguasaan tanah secara yuridis dilandasi oleh suatu hak yang dilindungi oleh hukum dan umumnya memberikan kewenangan kepada 2 Informasi tersebut ini dikatakan Kepala Badan Informasi Geospasial Asep Karsidi kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, saat serah terima perangkat pendukung infrastruktur informasi geospasial di Gedung Sapta Pesona Kemenparekraf Jakarta, pada 7 Mei 2014. jumlah tersebut sudah diakui dunia internasional dan tercatat di PBB. Melalui United Nations Group of Experts on Geographical Names UN GEGN. http:www.bakosurtanal.go.idberita-surtashowindonesia-memiliki-13-466-pulau-yang-terdaftar- dan-berkoordinat diakses pada tanggal 11 April 2016 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pemegang hak menguasai tanah tersebut secara fisik. 3 Hak penguasaan atas tanah sebagai objek hukum tanah nasional terdiri atas : 1. Hak Bangsa Indonesia, merupakan tanah yang berada dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia. 2. Hak Menguasai Negara, merupakan hubungan hukum negara dengan tanah sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat Indonesia dalam memimpin dan mengatur tanah di seluruh wilayah Republik indonesia untuk mencapai tujuan negara. 3. Hak Ulayat Masyarakat Adat, merupakan kewenangan masyarakat hukum adat yang berhubungan dengan tanah di wilayahnya. 4. Hak-Hak Perorangan Atas Tanah yang dapat diberikan dan dipunyai oleh perseorangan atau badan hukum. Pasal 2 ayat 2 UUPA dikemukakan bahwa hak menguasai negara adalah memberikan kewenangan kepada negara untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa. Hak menguasai negara bukanlah berarti negara yang memiliki tanah, namun dalam arti negara sebagai organisasi tertinggi dalam masyarakat yang berwenang dalam memimpin dan mengatur peruntukan tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk tercapainya tujuan negara. Tujuan Negara Indonesia 3 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukkan UUPA dan Pelaksanaannya, Jakarta: Djambatan, 2008, hlm. 23. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara tertuang dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, 4 bahwa dalam pembukaan tujuan negara Indonesia salah satunya adalah memajukan kesejahteraan umum. Mencapai kesejahteraan umum dengan Negara menguasai bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam sebagai Anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa untuk sebesar besarnya kemakmuran masyarakat. Selanjutnya dalam Pasal 14 ayat 1 UUPA dijelaskan bahwa dalam rangka penerapan paham sosialisme di Indonesia, pemerintah berwenang untuk mengatur persediaan, peruntukan, dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Wewenang tersebut dengan kata lain adalah wewenang untuk melakukan penataan ruang. Termasuk melaksanakan perencanaan penataan ruang pada wilayah pesisir, dimana mengingat dalam pemanfaatan wilayah pesisir yang terjadi adalah pemanfaatan hanya dalam satu sektor saja yaitu baik sebagai kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan pemukiman, pelabuhan, tambak dan lain-lain. Sehingga hal ini menimbulkan konflik kepentingan antar sektor yang berkepentingan yang melakukan aktivitas pembangunan pada wilayah pesisir. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional pemerintah daerah membantu pemerintah pusat dengan kewenangan otonomi daerah. Otonomi daerah adalah wewenang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk mengurus sendiri urusan-urusan yang bersifat khas spesifik sebagai 4 Tujuan Negara Indonesia yaitu “..... melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial .....” Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara urusan atau kekuasaan urusan rumah tangga daerahnya tanpa perlu diatur oleh Pemerintah Pusat. 5 Selanjutnya dalam rangka otonomi daerah, pertanahan sebagai salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh kabupatenkota sebagaimana didalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah pelimpahan pelaksanaan hukum tanah nasional, tidak harus dicerna bahwa wewenang bidang tersebut secara utuh berada di kabupatenkota. Wewenang yang berada di kabupatenkota mengenai pertanahan sebatas yang bersifat lokalitas, dan tidak bersifat nasional. 6 Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 mengatur tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana sebagai peraturan pelaksana dari Undang-Undang Pesisir yaitu Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.. Kegiatan reklamasi tanah pantai dilaksanakan dengan mengubah air laut menjadi daratan atau lahan. Reklamasi merupakan salah satu upaya manusia untuk memaksimalkan pemanfaatan alam yang terbatas. Salah satu faktor positif yang mendorong pendekatan ini adalah pesatnya pembangunan yang mengakibatkan kebutuhan akan lahan di satu pihak dan harus menghadapi kelangkaan ketersediaan lahan di pihak lain. 7 Kegiatan reklamasi sangat penting dilaksanakan 5 Faisal Akbar Nasution, Dimensi Hukum Dalam Pemerintahan Daerah, Medan : Pustaka Bangsa Press, 2003, hlm. 45. 6 Pendapat Hutagalung dalam bukunya Tebaran Pemikiran, dikutip dalam Ny. Arie Sukanti hutagalung dan Markus Gunawan , Kewenangan Pemerintah Di Bidang Pertanahan, Jakarta : Rajawali Pers, 2009 hlm. 112. 7 Hasni, Op. Cit., hlm. 352 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara sebuah negara dalam pembangunan nasional namun dengan mempertimbangkan keseimbangan lingkungan, sosial dan ekonomi dalam pelaksanaannya. Beberapa hal yang menyebabkan pentingnya reklamasi pesisir adalah : 8 1. Merupakan solusi permasalahan keterbatasan lahan untuk pengembangan kawasan industri dan pembangunan, 2. Keperluan lahan untuk perlindungan dari bencana pesisir, seperti greenbelt pelindung pantai, 3. Perbaikan kerusakan pesisir akibat abrasi 4. Perlindungan dataran rendah di pesisir, 5. Upaya menambah persentase ruang terbuka hijau RTH. Reklamasi tidak hanya menimbulkan dampak yang positif namun pula dapat menimbulkan dampak negatif akibat pembangunannya. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari dilaksanakannya kegiatan reklamasi tanah pantai adalah kerusakan lingkungan hidup di sekitar pantai, ekosistem pantai baik terumbu karang, hutan mangrove, serta membahayakan kehidupan satwa laut yang masih berada di wilayah tersebut.Tentunya hal ini dapat dihindari apabila melaksanakan reklamasi berdasarkan peraturan yang berlaku. Saat ini kegiatan reklamasi telah berlangsung di Jakarta tepatnya pada pantai utara jakarta. DKI Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia, terletak pada 5° 19 12 - 6° 23 54 LS dan 106° 22 42 - 106° 5818BT dengan jumlah 8 http:www.bappedakotasibolga.comindex.phpcomponentcontentarticle1-berita53- reklamasi-wilayah-pesisir-dan-pulau-pulau-kecil diakses pada tanggal 18 Desember 2015 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara penduduk pada tahun 2011 sebanyak 10.187.595 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 15.381 jiwa per km 2 . 15-5 Ibu kota suatu negara merupakan sasaran utama dalam pembangunan nasional hingga tercapai pembagunan yang merata. Pembangunan nasional yang berkelanjutan sustain development membutuhkan tanah yang semakin hari semakin besar, baik sebagai wadah pelaksanaan pembangunan maupun sebagai faktor produksi untuk menghasilkan komoditas- komoditas perdangangan yang sangat diperlukan untuk meningkatkan pendapatan nasional. 9 Reklamasi pantai utara Jakarta telah berlangsung sejak tahun 1995 yaitu dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 52 tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta Pantura oleh Presiden Soeharto. Pada tahun 1998 Presiden Soeharto turun Reklamasi pantai utara mejadi permasalahan karena dianggap tidak layak sehingga dikeluarkannya Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana Kegiatan Reklamasi dan Revitalilasi Pantai Utara Jakarta. Perusahaan Pengembang yang tidak menerima dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2003 tentang Ketidaklayakan Rencana Kegiatan Reklamasi dan Revitalilasi Pantai Utara Jakarta tersebut mengajukan tutuntan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Dilema polemik perizinan reklamasi pantai utara jakarta yang berlarut-larut dengan pro-kontra hingga Peninjauan Kembali oleh Mahkamah 9 Hasni, Op. Cit., hlm.345 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Agung dengan Putusan Mahkamah Agung No. 12 PKTUN2011 melegalkan kegitan reklamasi pantai utara jakarta tersebut.

B. Permasalahan