Landasan Hukum Pelaksanaan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Universitas Sumatera Utara

BAB III STATUS HAK ATAS TANAH HASIL REKLAMASI WILAYAH PESISIR

DAN PULAU-PULAU KECIL

A. Landasan Hukum Pelaksanaan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Peraturan Presiden No.122 Tahun 2012 sebagai Peraturan pelaksana yang khusus mengatur Reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil melalui Undang-undang No.27 Tahun 2007. Landasan hukum pelaksanaan reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil untuk saat ini adalah Perpres No 1222012 tentang Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pengaturan mengenai reklamasi pertama sekali adalah dengan ditetapkannya Keputusan Presiden No.52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta hanya berlaku hanya untuk kawasan pantai utara jakarta . Perpres yang dimaksudkan sebagai instruksi yang harus diikuti pejabat pelaksana dalam rangka pelaksanaan reklamasi di seluruh wilayah nasional Negara Republik Indonesia yaitu diseluruh wilayah pesisir dimaksudkan memperjelas pengaturan pelaksanaan reklamasi tidak hanya sektoral. Undang-Undang nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan pasal 13 menyebutkan bahwa materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintah.

1. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, pemerintah perlu melaksanakan pembagunan, mewujudkan kesejahteraan umum untuk mencapai keadilan sosial masyarakat. Negara berwenang mengatur dan menyelengarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa sebagai satu kesatuan wilayah nasional negara republik Indonesia. Penataan ruang yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dilaksanakan oleh pemerintah dengan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pokok-pokok yang diatur dalam undang-undang penataan ruang, antara lain : 1. pembagian wewenang antara Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupatenkota dalam penyelenggaraan penataan ruang untuk memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab masingmasing tingkat pemerintahan dalam mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. 2. pengaturan penataan ruang yang dilakukan melalui penetapan peraturan perundang-undangan termasuk pedoman bidang penataan ruang sebagai acuan penyelenggaraan penataan ruang. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 3. pembinaan penataan ruang melalui berbagai kegiatan untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan penataan ruang. 4. pelaksanaan penataan ruang yang mencakup perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang pada semua tingkat pemerintahan. 5. pengawasan penataan ruang yang mencakup pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang, termasuk pengawasan terhadap kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang melalui kegiatan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. 6. hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang untuk menjamin keterlibatan masyarakat, termasuk masyarakat adat dalam setiap proses penyelenggaraan penataan ruang. 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Dalam rangka melaksanakan pembangunan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum dengan melalui pengadaan tanah dengan cara pelepasan hak atas tanah dengan pemberian ganti kerugian atas tanah, bangunan, tanaman, danatau benda-benda lain yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara berkaitan dengan tanah. Pokok-Pokok yang diatur dalam undang-undang pengadaan tanah untuk kepentingan umum, antara lain : 1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya tanah untuk Kepentingan Umum dan pendanaannya. 2. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan sesuai dengan : a. Rencana Tata Ruang Wilayah; b. Rencana Pembangunan NasionalDaerah; c. Rencana Strategis; dan d. Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah. 3. Pengadaan Tanah diselenggarakan melalui perencanaan dengan melibatkan semua pemangku dan pengampu kepentingan. 4. Penyelenggaraan Pengadaan Tanah memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat. 5. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum dilaksanakan dengan pemberian Ganti Kerugian yang layak dan adil.

3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Negara melaksanakan pengelolaan serta peruntukan penggunaan tanah hingga ke wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang tersebar diseluruh nusantara. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang rentan mengalami kerusakan akibat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara aktivitas Orang dalam memanfaatkan sumber dayanya atau akibat bencana alam. Selain itu, akumulasi dari berbagai kegiatan eksploitasi yang bersifat parsialsektoral di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil atau dampak kegiatan lain di hulu wilayah pesisir yang didukung peraturan perundangundangan yang ada sering menimbulkan kerusakan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Peraturan perundangundangan yang ada lebih berorientasi pada eksploitasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil tanpa memperhatikan kelestarian sumber daya. Sementara itu, kesadaran nilai strategis dari Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara berkelanjutan, terpadu, dan berbasis masyarakat relatif kurang. Serta kurang dihargainya hak masyarakat adatlokal dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, terbatasnya ruang untuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menunjukkan bahwa prinsip pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil terpadu belum terintegrasi dengan kegiatan pembangunan dari berbagai sektor dan daerah. Sehingga perlunya diatur mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam peraturan perundang-undangan dengan pokok-pokok sebagai berikut : 1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bersinergi dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 2. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan : a. Perencanaan b. pemanfaatan, c. pengawasan, dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara d. pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan Masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia 3. Pemanfaatan perairan pesisir diberikan dengan Hak Pengusahaan Perairan Pesisir HP3 4. Hak Pengusahaan Perairan Pesisir dapat diberikan kepada Orang perseorangan warga negara Indonesia, Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan Masyarakat Adat. 5. Dalam rangka meningkatkan manfaat dan nilai tambah Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dapat dilaksanakan Reklamasi dengan meninjau aspek teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi. 6. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan melibatkan peran serta masyarakat.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah

Dalam rangka pemanfaatan ruang, maka perlu dikembangkan penatagunaan tanah yang disebut juga pola pengelolaan penguasaan, penggunaan, dan pamanfaatan tanah. Kegiatan di bidang pertanahan merupakan satu kesatuan dalam siklus agraria, yang tidak dapat dipisahkan, meliputi pengaturan penguasaan dan pemilikan tanah, penatagunaan tanah, pengaturan hak-hak atas tanah, serta pendaftaran Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara tanah. Penatagunaan tanah sebagai sub sistem penataan ruang yang bertujuan agar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Dengan Pokok- Pokok Peraturan Pemerintah ini antara lain : 1. Peraturan Pemerintah tentang Penatagunaan Tanah ini meliputi kebijakan penatagunaan tanah dan penyelenggaraan penatagunaan tanah. 2. Kebijakan penatagunaan tanah meliputi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung dan kawasan budidaya sebagai pedoman umum penatagunaan tanah di daerah. 3. Dalam rangka penetapan kegiatan penatagunaan tanah dilakukan inventarisasi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah; penetapan neraca penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah; penetapan pola penyesuaian penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah serta kajian kondisi fisik wilayah. 4. Dalam rangka penyelenggaraan penatagunaan tanah dilaksanakan pembinaan dan pengendalian. 5. Pembinaan dilaksanakan melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, dan arahan. Sedangkan pengendalian dilaksanakan melalui pengawasan yang diwujudkan melalui supervisi, pelaporan, dan penertiban. 6. Penatagunaan tanah merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenKota yang telah ditetapkan. Bagi KabupatenKota yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara belum menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah, penatagunaan tanah merujuk pada rencana tata ruang lain yang telah ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan untuk daerah bersangkutan.

5. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengeloaan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup mengandung makna yang sangat luas dan tentunya tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan lingkungan hidup, ekosistem, pelestarian fungsi lingkungan hidup, daya dukung lingkungan hidup, pelestarian daya dukung lingkungan hidup, daya tampung lingkungan hidup, pelestarian daya tampung lingkungan hidup. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Pokok-pokok yang diatur dalam Undang- Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, antara lain : a. keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup. b. kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah. c. penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup. d. penguatan instrumen pencegahan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup, yang meliputi instrumen kajian lingkungan hidup strategis, tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, amdal, upaya pengelolaan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis risiko lingkungan hidup, dan instrumen lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. e. pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian. f. pendayagunaan pendekatan ekosistem. g. kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan lingkungan global. h. penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan serta penguatan hakhak masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. i. penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas. j. penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih efektif dan responsif. k. penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan penyidik pegawai negeri sipil lingkungan hidup. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 6. Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil. Secara khusus pengaturan reklamasi di wilayah pesisir dan pualu-pulau kecil diatur dalam Peraturan Peresiden Nomor 122 tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Dijelaskan dalam Pasal 1 butir 1 bahwa Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil merupakan amanat dari pelaksanaan amanat Pasal 34 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Hal-Hal Pokok yang diatur dalam Perpres tersebut, antara lain : 1. Keharusan kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan setiap orang yang akan melaksanakan reklamasi wajib membuat perencanaan reklamasi yang memuat penentuan lokasi, penyusunan rencana induk, studi kelayakan dan penyusunan rancangan detail yang selanjutnya diberikan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan. 2. Pelaksanaan reklamasi harus sesuai dengan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil RZWP-3-K Provinsi, KabupatenKot, Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, KabupatenKota. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 3. Perizinan reklamasi dilakukan dengan Izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi dikeluarkan oleh Menteri Kelautan Perikanan Gubernur, atau BupatiWalikota. Izin lokasi reklamasi berlaku untuk jangka waktu 2 dua tahun dan dapat diperpanjang paling lama 2 dua tahun. Sedangkan izin pelaksanaan reklamasi berlaku untuk jangka waktu paling lama 5 lima tahun dan dapat diperpanjang paling lama 5 lima tahun. 4. Reklamasi dilakukan dengan cara antara lain, pengurugan, pengeringan lahan dan drainase. 5. Monitoring dan evaluasi reklamasi dilakukan oleh Menteri Kepautan Perikanan, Menteri Lingkungan Hidup, Gubernur, BupatiWalikota atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan kewenangannya. Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini maka tercantum didalam ketentuan peralihannya bahwa izin lokasi reklamasi dan izin pelaksanaan reklamasi yang diajukan sebelum ditetapkannya Peraturan Presiden ini diproses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebelum ditetapkannya Peraturan Presiden ini yaitu Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta, dan Izin lokasi reklamasi dan izin pelaksanaan reklamasi yang telah diterbitkan sebelum ditetapkannya Peraturan Presiden ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan jangka waktu izin berakhir. 69 69 Lihat Pasal 32 Perpres 122 tahun 2012 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

7. Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 tahun 1960

Hak-hak yang terdapat atas tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria UUPA terdiri dari: “Hak Bangsa Indonesia, Hak menguasai dari negara, Hak Ulayat Masyarakat, Hukum Adat dan Hak- Hak PeroranganIndividual ”. 1 Dalam Undang-Undang Pokok Agraria UUPA, hak-hak atas tanah bersumber dari Hak Bangsa Indonesia, karena hak ini merupakan hak penguasaan atas tanah yang tertinggi. Sebagaimana disebutkan pada Pasal 1 ayat 1 Undang- Undang Pokok Agraria UUPA yang berbunyi: “Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa Indonesia “. 2 Dari pasal tersebut dapat di ambil pengertian bahwa wilayah Negara Indonesia sebagai kepemilikan bangsa Indonesia. Dalam hal ini Negara hadir dengan Hak Menguasai Negara dengan dimana Negara sebagai organisasi tertinggi dari seluruh masyarakat Indonesia memiliki wewenang atas wilayah Indonesia untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia UUD 1945 yang berbunyi: “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya untuk kepentingan rakyat”. Mengenai hak menguasai dari negara ini secara lebih rinci dalam tingkatan tertinggi : 70 70 Lihat Penjelasan UUPA Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya. b. menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas bagian dari bumi, air dan ruang angkasa. c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antar ornag- orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. 3 Dalam hak penguasaan tanah, keberadaan masyarakat adat tidak dapat dihilangkan karena UUPA dalam pelaksanaannya adalah berdasarkan hukum adat yang selama ini hidup ditengah masyarakat Indonesia. UUPA juga lahir dengan mengamanatkan akan diakuinya keberadaan masyarakat hukum adat seta hak ulayatnya dengan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 UUPA: “Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam undang-undang ini, dan dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang berstandar pada hukum agama”. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

B. Status Hak Atas Tanah Sebelum Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil