BAB III DESKRIPSI RUMAH ADAT SEPULUH DUA JABU DI
DESA BEGANDING
3.1. Sejarah Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu
Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu yang terletak di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo merupakan perwujudan dari sifat
kebersamaan dan gotong royong dalam masyarakat Karo pada masa lampau. Rumah adat Sepuluh Dua Jabu biasa juga disebut Rumah Persada Ari, yang
menurut informan peneliti artinya “Rumah Persatuan”. Dari artinya saja sudah dapat dilihat bahwa rumah tersebut penuh dengan nilai-nilai luhur dalam
kebersamaan suatu kelompok masyarakat. Peneliti melakukan penelitian langsung ke lokasi dimana Rumah Adat
Sepuluh Dua Jabu berada yaitu Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Peneliti menjumpai beberapa informan yang sampai saat ini
masih tinggal di Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu tersebut. Salah satunya adalah bapak Terang Ukur Sitepu yang saat ini sudah berusia 68 tahun. Beliau
merupakan penunggu asli yang tinggal di Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu semenjak lahir hingga sekarang. Peneliti memakai istilah penunggu asli karena
saat ini sebagian penghuni bukan merupakan keluarga asli dari keturunan keluarga yang mendirikan bangunan. Beliau bekerja sebagai petani palawija dan sudah
menikah dan memiliki seorang cucu.
Universitas Sumatera Utara
Foto 1: Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu
Sumber: Peneliti. Data Penelitian Tahun 2016. Dari penuturan bapak Sitepu didapati bahwa Rumah Adat Sepuluh Dua
Jabu ini didirikan pada tahun 1958, namun beliau tidak mengetahui pasti tanggal dan bulan berapa Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu ini didirikan.namun, dari
penuturan orangtuanya dahulu, Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu ini didirikan pada tahun 1958 akhir. Pada awalnya Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu hanya lah rumah
kecil milik satu keluarga saja yaitu dari keluarga Merga Ginting. Setelah keluarga tersebut memiliki anak, dan kemudian tumbuh dewasa anak-anak mereka tadi pun
menjadi dewasa dan berumah tangga. Setelah anak-anaknya menikah, keluarga dari Marga Ginting memutuskan
untuk mengajak sanak saudara dan keluarganya untuk tinggal bersama dalam satu
Universitas Sumatera Utara
rumah. Gagasan tersebut pun dimusyawarahkan di dalam satu pertemuan, dimana didalam pertemuan tersebut hadir pihak-pihak dari 5 merga yang terdiri dari :
1. Merga Ginting
2. Merga Sitepu
3. Merga Tarigan
4. Merga Sembiring
5. Merga Sinuhaji
Akhirnya pembangunan rumah pun dilakukan dengan bergotong-royong. Pembangunan rumah Adat Sepuluh Dua Jabu ini memakan waktu selama hampir
satu tahun. Rumah adat Sepuluh Dua Jabu ini didirikan dengan bentuk yang cukup besar dan juga tinggi ke atas. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir
kegiata-kegiatan adat seperti pesta pernikahan ataupun Kerja Tahun, dimana pada masa itu belum ada Zambur balai acara untuk tempat mengadakan pesta. Pada
saat ini rumah Adat Sepuluh Dua Jabu ini hak warisnya dimiliki oleh keluarga dari Merga Ginting sebagai merga pertama yang memprakarsai pembangunan
Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu ini.
3.2. Tahapan Pembangunan Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu