4.4. Aktifitas Seksual Penghuni Rumah
Salah satu yang menarik juga didalam kehidupan penghuni rumah adat Sepuluh Dua Jabu adalah kehidupan seks mereka. Bagaimana cara mereka para
pasutri untuk berhubungan suami isteri di ruangan yang sangat terbatas dan di kiri kanan mereka adalah saudara mereka yang hanya terpisah oleh sekat dinding.
Menurut pak Terang keadaan tersebut diatasinya dengan cara mencuri-curi waktu. Maksud dari mencuri-curi waktu ini adalah dengan melihat keadaan di malam hari
jika pada saat lewat tengah malam suasana sudah dirasa sepi maka dirinya dan isteri akan melakukan hubungan seksual.
“ . . . Ketika pertama kali dibangun kamar Cuma satu, artinya masih bisa melakukan hubungan seksual di dalam rumah. Tetapi
setelah rumah itu dibangun menjadi besar akhirnya setiap pasangan mencuri-curi kesempatan untuk berhubungan seksual. Namun
akhirnya pasutri tidak merasakan kenikmatan seksual. Mereka mencuri-curi ketika waktu sudah tengah malam dan juga
menggunakan lampu minyak . . .”
Namun diantara sekian banyak cara, bapak Terang mengatakan cara yang paling aman untuk melakukan hubungan suami isteri adalah dengan
melakukannya di ladang. Sebab melakukan hubungan suami isteri di rumah hanya bisa dilakukan bila pasutri belum memiliki anak, atau paling tidak anaknya masih
dibawah umur lima tahun. Apabila anak sudah menginjak usia sekolah tentu pertimbangan untuk melakukan hubungan seksual antara suami isteri akan sangat
berat. Hal itu lah yang menjadi alasan mengapa melakukan hubungan seksual di
kebun menjadi pilihan yang terbaik. Sebab menurut pak Terak sama sekali tidak
Universitas Sumatera Utara
ada resiko bila melakukannya di ladang atau kebun. Sebab kebun yang mereka garap juga adalah kebun milik mereka sendiri, kemudian mereka dapat
melakukannya pada siang hari tanpa takut harus ketahuan oleh orang lain. Walaupun mereka memiliki anak yang sudah besar, namun hal tersebut
tidak menjadi masalah karena biasanya pak Terang melakukan hubungan seksual pada saat anaknya sedang sekolah. Sehingga dirinya dan isteri dapat melakukan
hubungan seksual dengan bebas. Walaupun demikin pak Terang tidak dapat membenarkan bahwa semua pasutri di dalam rumah adat melakukan hal yang
sama seperti dirinya. Sebab hal tersebut sebenarnya tidak layak diperbincangkan dan merupakan rahasia masing-masing.
4.5. Menuju Kepunahan