Rumah Adat Tradisional Yang Ada Di Tanah Karo

Pemerintahan Desa yang ada di Kecamatan Simpang Empat masing- masing dikepalai oleh seorang Kepala Desa dibantu oleh seorang Sekretaris Desa Sekdes dan beberapa orang Kepala Urusan Kaur.

2.3. Rumah Adat Tradisional Yang Ada Di Tanah Karo

Suku Karo mempunyai bangunan tradisional sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia. Sebuah kesain kepenghuluan biasanya memiliki bangunan tradisional yang terdiri dari beberapa buah rumah adat, jambur, geriten dan lesung. Rumah adat tradisional karo adalah suatu rumah yang didiami oleh beberapa keluarga yang telah diatur menurut adat dan kebiasaan suku karo. Kerangka bangunan rumah adat dipasang sedemikian rupa tanpa menggunakan paku tetapi menggunakan kayu yang diikat dengan rotan atau ijuk. Penghuni rumah adat karo ini pada umumnya terdiri dari delapan keluarga, namun ada juga yang sepuluh, dua belas, dan bahkan ada yang mencapai enam belas keluarga. Susunan keluarga di dalam rumah adat mempunyai tempat dan hak yang tertentu menurut adat tertentu pula. Satu bagian dari rumah yang ditempati dalam bahasa karo disebut jabu. Rumah adat tradisioanl karo biasanya disebut rumah siwaluh jabu, karena pada umumnya rumah adat tersebut didiami oleh delapan keluarga. Sitanggang, 1994: 24-25. Rumah adat tradisional karo juga memiliki bentuk, susunan jabu serta oranamen-ornamen unik yang membuat rumah adat tersebut mempunyai ciri khas tersendiri. Universitas Sumatera Utara Desa Dokan Desa Dokan yang terletak di Kecamatan Merek Kabupaten Karo Sumatera Utara adalah salah satu lokasi yang sudah dijadikan kawasan agrowisata. Di tempat ini wisatawan bisa melihat rumah adat tradisional Karo sambil mencicipi jeruk siam madu segar yang langsung di petik di kebun. Dokan bisa di tempuh sekitar 15 menit dari Kabanjahe. Wisata budaya dan sejarah ini bisa ditemui jika mengunjungi rumah-rumah adat Suku Karo Dokan bisa dikatakan menjadi salah satu desa yang beruntung karena masih memiliki rumah adat tradisional Karo sejumlah 6 rumah tradisional dan tinggal 5 rumah yang masih digunakan, namun sebagian rumah tersebut tidak dirawat. Di Desa Dokan rumah adat yang tersisa tinggal 6 rumah dan hanya satu yang tidak dipakai lagi. Rumah Adat Karo dikenal dengan sebutan Siwaluh Jabu berasal dari kata waluh yang artinya delapan dan jabu yang artinya rumah. Jadi Siwaluh jabu adalah rumah yang dihuni oleh delapan keluarga. Rumah Adat Karo ini memiliki keunikan tersendiri dan kaya akan seni arsitektur yang tinggi. Bangunan yang dibangun ini memiliki struktur bangunan yang tahan gempa dan proses pembuatannya tidak menggunakan paku untuk menyatukannya. Melihat potensi budaya dan sejarah yang besar ini sayang sekali jika pemerintah daerah mengabaikannya begitu saja. Jika dikelola lebih baik dan digarap seperti objek wisata budaya yang menjual daya tarik wisata berupa rumah adat tradisional seperti Oma Hada di Tumeri, Nias Utara, Kete Kesu di Toraja, Desa Lingga, Barus Jahe, Peceren, Universitas Sumatera Utara Melas dan desa-desa lainnya di Kabupaten Karo bisa menjadi tujuan wisata yang diminati oleh wisatawan lokal bahkan mancanegara Saiful Azhar, 2010. Desa Melas Desa Melas adalah sebuah desa kecil yang terletak di kecamatan Dolat Rakyat, lebih kurang 4 km dari kota Berastagi. Masyarakat desa Melas umumnya adalah petani yang bercocok tanam tanaman seperti buah-buahan dan sayuran. Masyarakat desa Melas juga masih memegang teguh serta menjalankan adat dan budaya Karo dalam setiap kegiatan kehidupannya sehari-hari, misalnya: upacara adat perkawinan, upacara 7 bulanan bayi dalam kandungan, upacara adat kematian, dan lain-lain. Umumnya kegiatan-kegiatan adat dan budaya tersebut sebagian besar masih dipakai dan dijalankan oleh masyarakat Desa Melas. Semua potensi alam, budaya dan kehidupan masyarakat Desa Melas merupakan modal utama yang cukup menarik untuk diberdayakan sebagai daya tarik wisata dalam meningkatkan kepariwisataan di Kabupaten Karo. Desa Melas memiliki tinggalan dua buah bangunan rumah adat. Satu sudah roboh karena gempa akibat letusan gunung Sinabung dan satu lagi masih utuh namun tidak ditempati lagi sejak 30 tahun yang lalu. Rumah adat inilah yang akan direnovasi dengan tetap mempertahankan keasliannya sehingga dapat dihuni kembali. Jumlah penduduk yang hanya kurang lebih 30 kepala keluarga bisa jadi merupakan faktor pendukung dikembangkannya kepariwisataan di Desa Melas. Di samping itu, antusias penduduk untuk merevitalisasi rumah adat yang ada di Universitas Sumatera Utara Desa Melas sangat tinggi, terbukti dengan keikutsertaan masyarakat dalam memperbaiki rumah adat dengan cara bergotong royong. Karena belum mendapat simpati dari pemerintah, karang taruna Desa Melas mulai memperbaiki rumah adat tahap pertama tanggal 14 Januari 2010 dengan membersihkan debu dan kotoran yang ada di dalam rumah adat tersebut dengan dana dari hasil pengumpulan koin yang sudah diterima. Perbaikan tahap kedua dilaksanakan pada tanggal 4, 5 dan 6 Maret 2011 dengan mengganti atap atau ijuk yang ada di rumah adat tersebut. Desa Lingga Pada saat sekarang rumah adat yang tersisa di Desa Lingga tinggal 4 rumah lagi yang masih berpenghuni, sedangkan rumah-rumah adat lainnya sudah tidak ditempati lagi. Pada awalnya rumah adat yang ada di Desa Lingga berjumlah 18 rumah, akan tetapi seiring perkembangan waktu rumah-rumah tersebut akhirnya hancur termakan waktu. Bahkan sekarang yang menempati rumah adat tersebut tidak lagi terdiri dari 8 keluarga, karena masing-masing penghuninya sudah banyak yang mendirikan rumah sendiri, sehingga rumah adat tersebut disewakan kepada orang yang mau menempatinya. Bagi keluarga yang tinggal atau yang mengontrak di rumah adat itu harus membayar kepada bena kayu atau bangsa tanah sebesar Rp 50.000 per tahun, biasanya orang yang masih tinggal di rumah adat ini adalah keluarga yang perekonomiannya lemah atau rendah. Rumah adat Siwaluh Jabu ini dapat bertahan selama 200 tahun lebih. Beberapa faktor yang menyebabkan rumah adat karo sudah jarang dihuni antara lain: Universitas Sumatera Utara 1. Karena sudah mendirikan rumah masing-masing. 2. Karena sudah memiliki perekonomian yang cukup. 3. Karena kemajuan teknologi. 4. Karena kayu-kayu yang mau ditebang di hutan sudah berkurang atau tidak ada lagi. 5. Karena sering terjadi perselisihan atau pertengkaran. Sementara itu ada beberapa rumah adat yang masih dapat ditempati diantaranya ialah: 1. Rumah adat marga SinulinggaBelang Ayo 2. Rumah adat marga Sinulinggagerga 3. Rumah adat marga GintingBangun 4. Rumah adat marga Manik Manik

2.4. Budaya Karo