Fungsi: Ornamen ini dianggap sebagai simbol kekuatan penangkal setan dan persatuan masyarakat. Selain itu, ornamen ini berfungsi untuk memperkuat
ikatan antar dinding fungsi konstruksi. i. Penga lo-ngalo bendi-bendi
Bentuk: Pengalo-ngalo bendi-bendi merupakan ukiran sebagai hiasan daun pintu. Apabila masuk ke dalam rumah, pengalo-ngalo ini harus dipegang
untuk menjaga keseimbangan karena pintu rumah adat lebih kecil dari pintu rumah biasanya. Hiasan ini sebagai lambang kesopanan antara orang yang datang
tamu dengan penghuni rumah. Fungsi: Fungsi ornamen ini sebagai penyambut pengalo-ngalo tamu.
3.5. Upaya Penyelamatan dan Makna Rumah Adat Karo Saat Ini
Ketika melihat kondisi Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu yang saat ini ada sangat lah memperihatinkan. Beberapa dari bagian bangunan sudah dirubah,
namun sayangnya tidak mempertahankan bentuk aslinya. Padahal bangunan Rumah Adat Sepuluh Dua JAbu merupakan salah satu bangunan warisan budaya
Karo yang saat ini sudah sangat jarang dijumpai. Bahkan Rumah Adat Karo merupakan salah satu diantara 10 rumah adat di Indonesia yang hampir punah.
Menurut Donald G. MacLeod 1977, seorang pakar pengelolaan sumberdaya budaya dari Kanada, upaya pelestarian warisan atau pusaka budaya
akan dapat dilakukan secara maksimal apabila melibat tiga kubu utama, yaitu Akademia, Pemerintah, dan Masyarakat. Sarjana ini menggambarkan ketiga kubu
tersebut berada dalam satu lingkaran bersama sebagai kesatuan yang sinergis
Universitas Sumatera Utara
lihat diagram di bawah. Apabila sinergi tiga kubu ini tidak berjalan dengan baik, proses pengelolaan dan pelestarian sumberdaya budaya akan menghadapi
ancaman kegagalan. Dalam proses bersinergi, setiap kubu harus mempunyai kesadaran akan
peran dan potensinya masing-masing. Akademia mempunyai kekuatan dalam pengajian ilmiah dan kemampuan untuk mengungkapkan pengetahuan berkaitan
dengan sumberdaya budaya. Kubu ini berperan dalam pengajian ilmiah dan menemukan pengetahuan tentang warisan atau pusaka budaya dan menyajikan
kepada masyarakat luas melalui berbagai media sebagai wujud tanggung- jawabnya. Mereka juga harus memberikan masukan kepada pemerintah dalam
pengelolaan sumberdaya budaya, di antaranya dengan menentukan nilai relatif sumberdaya, menaksir potensi sumberdaya, dan mengusulkan prioritas
pemanfaatan sumberdaya. Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu saat ini posisinya dalam kebudayaan Karo
sudah tidak ada lagi. Hal ini dapat peneliti buktikan dengan realita yang ada di lapangan, dimana Rumah Adat kehilangan fungsinya sebagai lambing dan cirri
khas kebudayaan Karo. Bangunan Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu yang saat ini tinggal satu-satunya saja di Kabupaten Karo bahkan dunia kini kondisinya sangat
memperihatinkan. Apabila dahulu Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu digunakan sebagai simbol kebesaran dari suatu keluarga, kini terbalik menjadi simbol
kemiskinan. Hal ini terjadi karena orang-orang yang menempatinya saat ini lekat dengan kondisi yang tidak baik-baik saja.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah mempunyai kekuasaan yang besar untuk mengatur dan mengoordinasi-kan pengelolaan sumberdaya budaya seperti Rumah Adat Sepuluh
Dua Jabu ini. Kubu Pemerintah mempunyai kekuatan hukum dan dana untuk melaksanakan pengelolaan. Pemerintah mempunyai mandat untuk menetapkan
perangkat hukum atau perundang-undangan sebagai landasan kerja pengelolaan sumberdaya budaya serta upaya penegakan hukum tersebut. Sesuai dengan
perannya, pemerintah harus mendukung dan memberikan fasilitas bagi program- program pendidikan masyarakat yang berkaitan dengan apresiasi terhadap
sumberdaya budaya, baik melalui penyelenggaraan museum, pameran, publikasi, maupun cara-cara penyampaian informasi lainnya. Sementara itu, masyarakat
pada hakekatnya adalah kubu yang berdaulat dan memegang hak atas pemanfaatan sumberdaya budaya. Masyarakat lah yang akan memberi arti dan
memberi nilai suatu sumberdaya budaya. Bagi masyarakat, sumberdaya itu dapat saja dipandang sebagai sarana
hiburan dan rekreasi, pelampiasan kesenangan atau hobby, atau bisa jadi dipandang sebagai bagian industri pariwisata yang dapat mendatangkan banyak
uang. Namun, sumberdaya budaya dapat pula diberi makna yang lebih berbobot sebagai wahana pendidikan, bahan kajian ilmu, model inspirasi untuk masa kini,
bahkan ada kalanya dianggap sebagai jatidiri suatu komunitas atau kelompok masyarakat lihat Cleere, 1989.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KEHIDUPAN PENGHUNI RUMAH ADAT SEPULUH DUA JABU