Adapun  angka  harapan  hidup  penderita  karsinoma  nasofaring  dalam waktu 5 tahun five year survival rate menurut American Joint Commitee
on Cancer AMJC Cancer Staging Manual edisi ke-7:
8
Stadium Angka Harapan Hidup
I 72
II 64
III 62
IV 38
Tabel 2.3.11 Prognosis Pasien KNF
2.4     Radioterapi pada Karsinoma Nasofaring 2.4.1  Definisi  Radioterapi
Radioterapi  atau  terapi  radiasi  adalah  metode  pengobatan  penyakit- penyakit
malignansi dengan
menggunakan radiasi
ion, dengan
meningkatkan  proses  ionisasi  pada  daerah  tertentu  yang  bertujuan  untuk mematikan sel-sel tumor sebanyak mungkin dan memelihara jaringan sehat
di  sekitar  tumor  agar  tidak  menderita  kerusakan  terlalu  berat.  Karsinoma nasofaring  bersifat  radioresponsif  sehingga  radioterapi  tetap  merupakan
terapi terpenting.
22
2.4.2  Mekanisme Kerja
Radiasi  ion  bekerja  pada  DNA  sel  kanker  untuk  menghilangkan kemampuan reproduktifitas sel.  DNA sel  berduplikasi selama mitosis, sel
dengan  tingkat  aktifitas  mitotik  yang  tinggi  lebih  radiosensitif dibandingkan  dengan  sel  dengan  tingkat  aktifitas  mitotik  yang  lebih
rendah. Radioterapi  bekerja dengan merusak sel  DNA kanker. Kerusakan ini  disebabkan  oleh  photon,  elektron,proton,  neutron,  atau  sinar  peng-ion
yang  secara  langsung  ataupun  tidak  langsung  mengionisasi  atom  yang membentuk rantai DNA.
22
Universitas Sumatera Utara
2.4.3  Dosis Radiasi a. Radiasi eksterna
Dosis  diberikan  180-200  cGy  per  fraksi,  yang  diberikan  5  kali
seminggu  sehingga  dosis  mencapai  66-70  Gy  dengan  memperhatikan lapangan radiasi.
23
b. Radiasi Interna brakiterapi Untuk  kasus  primer  yang  telah  memperoleh  radiasi  eksterna
sebanyak 60 Gy maka dosis  brakhiterapi  tambahan adalah 300  cGy per fraksi,  2  fraksi  per  hari  dengan  interval  enam  jam  selama  3  hari.
Sedangkan  bila  radiasi  ekseterna  70  Gy  maka  brakiterapi  diberikan hanya 2 hari dengan 2 fraksi per hari 300 cGy.
23
2.4.4 Teknik Radioterapi
Ada 2 cara utama pemberian radioterapi, yaitu : a. Radiasi eksterna  teleterapi
Radiasi eksterna merupakan metode pengobatan dengan radioterapi di  mana  terdapat  jarak  antara  sumber  radiasi  dengan  pasien.  Jarak  ini
dapat  berbeda,  tergantung  pada  peralatan  yang  dipakai,  tujuan pengobatan,  metode  pengobatan,  serta  berbagai  modifikasi  yang  akan
dilakukan.
22
Pada  radiasi  eksterna  cakupan  daerah  yang  memperoleh  radiasi cukup  luas,  meliputi  bukan  hanya  tumor  primer  dan  jaringan  sehat
sekitarnya saja tetapi juga kelenjar getah bening setempat. Namun makin luas  cakupan  radiasi  makin  banyak  jaringan  sehat  yang  terikut  serta
terkena radiasi, dan ini tentunya tidak menguntungkan bagi pasien. Pada umumnya  efek  samping  radiasi  dikaitkan  dengan  terkenanya  jaringan
sehat yang terkena radiasi.
21
b. Radiasi interna  brakiterapi Sumber radiasi dimasukkan ke dalam rongga nasofaring pada tempat
tumor  berada  atau  berdekatan  dengan  tumor  guna  memberikan  dosis
Universitas Sumatera Utara
maksimal  pada  tumor  primer  tetapi  tidak  menimbulkan  cedera  yang serius pada jaringan sehat di sekitarnya. Terapi ini diberikan pada kasus
yang  telah  memperoleh  dosis  radiasi  eksterna  maksimum  tetapi  masih dijumpai sisa jaringan kanker atau pada kasus kambuh lokal yang masih
terbatas pada daerah nasofaring.
22
2.4.5  Respon Radiasi
Setelah diberikan terapi radiasi, maka dilakukan evaluasi berupa respon terhadap radiasi. Respon dinilai dari pengecilan kelenjar getah bening leher
dan  pengecilan  tumor  primer  di  nasofaring.  Penilaian  respon  radiasi berdasarkan kriteria WHO, yaitu:
22
- Complete Response  : menghilangkan seluruh kelenjar getah bening yang besar
- Partial Response     : pengecilan kelenjar getah bening sampai 50 atau lebih
- No Change               : ukuran kelenjar getah bening yang menetap -  Progressive  disease  :  ukuran  kelenjar  getah  bening  membesar  25  atau
lebih
2.4.6  Komplikasi Oral Radioterapi pada Kanker Nasofaring
Radioterapi  memegang  peranan  penting  pada  perawatan  kanker nasofaring.  Daerah  yang  diradiasi  melibatkan  keseluruhan  nasofaring  dan
kelenjar  getah  bening  pada  leher.  Tidak  dapat  dihindari,  daerah  yang diradiasi  juga  melibatkan  rongga  mulut,  maksila,  mandibula,  dan  kelenjar
saliva.  Bagaimanapun,  radioterapi  ini  memberikan  manfaat  pada  jaringan, tetapi juga memiliki efek samping yang tidak dapat dihindarkan.
22
Rongga  mulut  mempunyai  resiko  yang  tinggi  terhadap  perawatan radioterapi,  sebab  radioterapi  yang  digunakan  untuk  merusak  sel  kanker
juga  dapat  merusak  sel  normal  rongga  mulut  dengan  menghentikan pertumbuhan sel-sel secara cepat dan mencegah reproduksi sel-sel di dalam
mulut,  sehingga  akan  sulit  bagi  jaringan  mulut  untuk  mengadakan
Universitas Sumatera Utara
perbaikan.  Sebagai  hasilnya,  komplikasi  oral  dapat  terjadi  seperti mukositis,
kandidiasis, xerostomia,
dysgeusia, karies
gigi, osteoradionekrosis, dan nekrosis pada jaringan lunak.
22
Komplikasi  pada  mulut  terjadi  selama  pemberian  radioterapi  hingga radioterapi telah selesai. Komplikasi ini tergantung pada volume dan daerah
yang  diradiasi,  dosis  total,  fraksinasi,  umur,dan  kondisi  klinis  pasien  yang berhubungan dengan perawatan radioterapi. Hanya dengan sedikit kenaikan
pada  dosis  sudah  dapat  menaikkan  insidens  komplikasi  oral  secara signifikan.  Komplikasi  akut  yang  dapat  terjadi  adalah  mukositis,
kandidiasis,  dysgeusia  dan  xerostomia  mulut  kering,  sedangkan  yang bersifat  kronis  adalah  karies  gigi,  osteoradionekrosis,  dan  nekrosis  pada
jaringan lunak.
22
2.5     Hubungan Radioterapi dengan Penurunan Berat Badan Pasien KNF