perbaikan. Sebagai hasilnya, komplikasi oral dapat terjadi seperti mukositis,
kandidiasis, xerostomia,
dysgeusia, karies
gigi, osteoradionekrosis, dan nekrosis pada jaringan lunak.
22
Komplikasi pada mulut terjadi selama pemberian radioterapi hingga radioterapi telah selesai. Komplikasi ini tergantung pada volume dan daerah
yang diradiasi, dosis total, fraksinasi, umur,dan kondisi klinis pasien yang berhubungan dengan perawatan radioterapi. Hanya dengan sedikit kenaikan
pada dosis sudah dapat menaikkan insidens komplikasi oral secara signifikan. Komplikasi akut yang dapat terjadi adalah mukositis,
kandidiasis, dysgeusia dan xerostomia mulut kering, sedangkan yang bersifat kronis adalah karies gigi, osteoradionekrosis, dan nekrosis pada
jaringan lunak.
22
2.5 Hubungan Radioterapi dengan Penurunan Berat Badan Pasien KNF
Selain keuntungan yang diperoleh dari radioterapi ini, juga terdapat kerugian yang didapat berupa komplikasi atau efek samping akut maupun
kronis khususnya pada bagian mulut dari pasien karsinoma nasofaringyang menjalani radioterapi.
Salah satu komplikasi akut yang terjadi pada pasien karsinoma nasofaring yang mendapatkan terapi adalah mukositas oral yakni inflamasi
pada mukosa mulut berupa eritema dan ulser.
5
Keadaan ini dapat mengakibatkan keluhan pada pasien berupa rasa sakit pada rongga mulut.
Hal ini mengakibatkan pasien menjadi sulit untuk makan, minum, sakit saat menelan disfagia dan berbicara.
Efek samping yang lain adalah Xerostomia mulut kering, ini diakibatkan pengaruh radioterapi terhadap kelenjar penghasil saliva di
rongga mulut sehingga menurunkan produksi saliva dan akhirnya menurunkan laju aliran saliva pada mulut pasien.
24
Dysgeusia juga dapat terjadi pasca radioterapi yakni hilangnya rasa pengecapan pada pasien
sehingga pasien sering kehilangan nafsu makan.
22
Universitas Sumatera Utara
Beberapa efek samping ini dapat mengurangi konsumsi secara oral pada pasien. Keadaan ini jika berlangsung terus akan dapat mempengaruhi status
nutrisi pada pasien. Dimana hal ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya dimana ditemukan penurunan status nutrisi pada pasien
karsinoma nasofaring yang mendapat radioterapi. Hal ini dapat dilihat dari penurunan berat badan pada pasien karsinoma nasofaring yang mendapat
radioterapi dan terdapat perbedaan bermakna dari BMI pasien sebelum dan setelah radioterapi.
5,6
Penurunan berat badan pada pasien yang lebih dari 20 dapat meningkatkan toksisitas dan mortalitas selama terapi. Penurunan berat
badan yang terus menerus akan dapat mengakibatkan malnutrisi pada pasien dimana akan berakibat pada penurunan proses penyembuhan luka
pada pasien, pasien juga mengalami penurunan sistem imun akibat kurangnya asupan gizi yang dapat mengakibatkan pasien rentan untuk
terkena infeksi atau penyakit yang lain seperti kandidiasis oral yang juga diakibatkan penurunan produksi dari saliva mulut pasien.
24
Penurunan berat badan juga mengakibatkan penurunan toleransi terhadap radioterapi.
Hal ini dapat mengakibatkan pasien dapat tidak melanjutkan radioterapi dan akhirnya membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama.
5,22
Penurunan berat badan juga dapat mempengaruhi kualitas hidup pada pasien dimana pada penelitian di Universitas Brawijaya ditemukan bahwa
pasien yang mengalami penurunan status nutrisi yang dapat dilihat dari BMI memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan nutrisi
yang baik.
22
Selain itu penurunan berat badan ini juga berpengaruh pada prognosis pasien ini kedepannya. Dimana seperti pada penelitian
sebelumnya ditemukan bahwa pasien dengan penurunan berat badan yang besar memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan
penurunan berat badan sedikit.
6,7
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Karsinoma nasofaring merupakan keganasan kepala-leher yang tumbuh