e. Suku Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Suku
Suku Frekuensi n
Persentase
Aceh 6
14.3 Batak
25 59.5
Jawa 10
23.8 Cina
1 2.4
Total 42
100
Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa jumlah kasus karsinoma nasofaring terbanyak didapati pada pasien dengan suku batak
sebanyak 25 kasus 59.5, sedangkan yang paling sedikit didapati pada pasien dengan suku cina sebanyak 1 kasus 2.4.
f. Keluhan Utama Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Keluhan Utama
Keluhan Utama Frekuensin
Persentase
Benjolan dileher 30
71.4 Hidung sumbat
10 23.8
Hidung berdarah 7
16.7 Telinga berdengung
8 19
Nyeri kepala 2
4.7
Dari tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa dari 42 orang penderita karsinoma nasofaring terdapat 30 orang 71.4 memiliki
keluhan benjolan dileher, ini merupakan keluhan utama pasien terbanyak ketika datang ke dokter dan yang paling rendah dengan
keluhan nyeri kepala sebanyak 2 orang 4.7.
Universitas Sumatera Utara
g. Stadium Klinis Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Stadium Klinis
menurut AJCC Stadium
Frekuensi n Persentase
I 4
9.5 II
4 9.5
III 15
35.7 IVA
7 16.7
IVB 11
26.2 IVC
1 2.4
Total 42
100
Dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa pasien karsinoma
nasofaring paling banyak ditemui ketika stadium klinis IV yakni 19 orang 45.2, dan paling sedikit ditemui dalam stadium klinis I dan
II sebanyak 4 orang 9.5. Berdasarkan stadium pasien paling banyak ditemukan dalam stadium lanjut yakni IV, ini menandakan
pasien sebagian besar datang ke dokter ketika stadium lanjut.
h. Klasifikasi Histopatologis WHO Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Penderita Karsinoma Nasofaring
Berdasarkan Klasifikasi Histopatologi WHO Klasifikasi Histopatologi
Frekuensin Persentase
WHO I Keratinizing Squamous Cell Carcinoma
10 23.8
WHO II Non-Keratinizing Squamous Cell Carcinoma
20 47.6
WHO III Undifferentiated Squamous Cell Carcinoma
12 28.6
Total 42
100
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 5.8 dapat kita ketahui bahwa berdasarkan gambaran
klasifikasi histopatologi WHO pada pasien karsinoma nasofaring, didapati kasus paling banyak adalah klasifikasi WHO II Non-
Keratinizing Squamous Cell Carcinoma yaitu sebanyak 20 orang
47.6, diikuti klasifikasi WHO III Undifferentiated Squamous Cell Carcinoma
sebanyak 12 orang 28.6, dan WHO I Keratinizing Squamous Cell Carcinoma
sebanyak 10 orang 23.8.
Tabel 5.9 Distribusi Klasifikasi Histopatologi WHO Menurut Jenis Kelamin pada Pasien KNF
Klasifikasi Histopatologi Jenis kelamin
Total Laki-laki
Perempuan
WHO I Keratinizing Squamous Cell Carcinoma
WHO II Non-Keratinizing Squamous Cell Carcinoma
WHO III Undifferentiated Squamous Cell Carcinoma
3
18
10 7
2
2 10
20
12
Total 31
11 42
Berdasarkan tabel 5.9 dapat kita ketahui bahwa gambaran histopatologi WHO I Keratinizing Squamous Cell Carcinoma
kebanyakan ditemukan pada perempuan yakni dari 10 histopatologi WHO I, 7 ditemukan pada pasien perempuan dan 3 pada pasien laki-
laki. Dari hasil ini dapat kita lihat bahwa meskipun gambaran histopatologi tipe ini paling sedikit ditemukan dari histopatologi yang
lain namun sebagian besar gambaran ini banyak didapat pada pasien KNF perempuan yakni dari 11 orang perempuan 7 diantaranya
memiliki gambaran tipe jenis WHO I.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3 Berat Badan Pasien Karsinoma Nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Berat Badan Pasien KNF sebelum dan sesudah radioterapi
Berat Badan Rata-rataKg N Standar Deviasi
BB awal 59.21
42 10.464
BB akhir 55.93
42 10.821
Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa berat badan rata-rata
pasien karsinoma nasofaring sebelum menjalani radioterapi adalah 59.21 kg dan rata-rata mean berat badan pasien karsinoma nasofaring sesudah
menjalani radioterapi adalah 55.93 kg. Dari hasil ini dapat kita lihat rentang antara berat badan sebelum dan sesudah radioterapi adalah 3,28 kg.
5.1.4 Body Mass Index BMI Pasien Karsinoma Nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi BMI Pasien KNF sebelum dan sesudah radioterapi
Body Mass Index BMI
Rata-Rata N
Standar Deviasi
BMI Awal 23.07
42 3.838
BMI Akhir 21.77
42 3.908
Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa BMI rata-rata pasien karsinoma nasofaring sebelum menjalani radioterapi adalah 23.07 dan
rata-rata mean BMI pasien karsinoma nasofaring sesudah menjalani radioterapi adalah 21.77. Dari hasil ini dapat kita lihat rentang antara BMI
sebelum dan sesudah radioterapi adalah 1.29.
Universitas Sumatera Utara
5.1.5 Status Gizi Pasien Karsinoma Nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Status Gizi Pasien KNF sebelum radioterapi
Berdasarkan Tabel 5.12 dapat kita ketahui bahwa status nutrisi pasien karsinoma nasofaring terbanyak sebelum radioterapi adalah Normoweight
sebanyak 15 orang 35.7 dan yang paling sedikit adalah Obesitas II sebanyak 3 orang 7.1.
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Status Gizi Pasien KNF setelah radioterapi
Status Gizi Frekuensi N
Persentase
Normoweight 18
42.9 Overweight
9 21.4
Obesitas I 4
9.5 Obesitas II
2 4.8
Underweight 9
21.4
Total 42
100
Berdasarkan Tabel 5.13 dapat kita ketahui bahwa status nutrisi pasien karsinoma nasofaring terbanyak setelah radioterapi adalah
Normoweight sebanyak 18 orang 42.9 dan yang paling sedikit adalah
Obesitas II sebanyak 2 orang 4.8.
Status Gizi Frekuensi N
Persentase
Normoweight 15
35.7 Overweight
13 31
Obesitas I 6
14.3 Obesitas II
3 7.1
Underweight 5
11.9
Total 42
100
Universitas Sumatera Utara
5.1.6 Analisis Data Penelitian
Adapun data yang ingin dianaliss adalah apakah adanya perbedaan berat badan pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah
radioterapi. Karena penelitian ini dia bersifat numerik atau parametrik, maka data penelitian harus terdistribusi normal, maka sebelumnya kita
harus melakukan uji normalitas data. Dikarenakan data kita berjumlah 42 kurang dari 50 maka kita
menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Dan dari hasil uji didapatkan nilai p=0,287 untuk BB
awal dan p= 0.148 untuk BMI awal dan p=0,066 untuk BB akhir dan p=0.268 untuk BMI akhir, karena nilai p0,05 maka dapat kita simpulkan
bahwa data terdistribusi secara normal. Karena data terdistribusi secara normal maka kita dapat menggunakan
uji t pair test untuk melihat apakah ada perbedaan berat badan pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi.
5.1.6.1. Perbedaan Berat Badan Pada Pasien Karsinoma Nasofaring Sebelum dan Sesudah Radioterapi.
Tabel 5.14 Perbedaan Berat Badan Pada Pasien Karsinoma Nasofaring Sebelum dan Sesudah Radioterapi.
Berat Badan Mean
Kg sd
df t
pvalue IC=95
BB Sebelum
dan BB
Sesudah
3.286 1.757
41 12.119 0.0001 2.738-3.833
Berdasarkan tabel 5.14 diperoleh perbedaan rata-rata berat badan pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah menjalani
radioterapi adalah 3,286 kg. Hasil uji-t pair test didapatkan nilat t = - 12.119 dengan derajat kebebasan df n-1=42-1=41. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p-value = 0,0001 α=0,05. Maka dapat disimpulkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa ada perbedaan berat badan pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan
pada tahun 2012-2015.
5.1.6.2. Perbedaan BMI dan status gizi Pada Pasien Karsinoma Nasofaring Sebelum dan Sesudah Radioterapi.
Tabel 5.15 Perbedaan BMI Pada Pasien Karsinoma Nasofaring Sebelum dan Sesudah Radioterapi.
BMI Mean
SD df
t pvalue
IC=95 BMI Awal dan
BMI Akhir 23.07 0.757
41 11.114
0.0001 1.062-1.534
Berdasarkan tabel 5.15 diperoleh perbedaan BMI berat badan pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah menjalani radioterapi adalah
23.07. Hasil uji t pair test didapatkan nilat t = -11.114 dengan derajat kebebasan df n-1=42-1=41. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value =
0,000 1 α=0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan BMI
pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2015.
Berdasarkan tabel 5.12 dan 5.13 dapat kita lihat bahwa status gizi pasien KNF yang terbanyak baik sebelum dan setelah radioterapi adalah
Normal BMI dan yang paling sedikit baik sebelum maupun sesudah radioterapi adalah Obesitas II. Dari tabel tersebut juga dapat kita lihat
adanya perubahan dari status gizi pasien karsinoma nasofaring sebelum dan setelah menjalani radioterapi, dimana terjadi kenaikan jumlah pasien KNF
yang BMI normal dari 15 menjadi 18 orang, kemudian terjadi penurunan BMI pasien Obesitas baik I atau II dan terjadi peningkatan BMI pasien
underweight dari 5 menjadi 9 orang.
Universitas Sumatera Utara
5.1.6.3. Persentase Penurunan Berat Badan Berdasarkan Stadium Klinis Pada Pasien Karsinoma Nasofaring Sebelum dan Sesudah
Radioterapi. Tabel 5.16 Penurunan Berat Badan Berdasarkan Stadium Klinis
Stadium Klinis Frekuensin Rata-rata Penurunan BB
I 4
2.5 II
4 4
III 15
4.6 IV
19 7.7
Berdasarkan tabel 5.16 dapat kita lihat bahwa penurunan berat badan tertinggi didapat pada stadium IV yakni 7.7 dan penurunan
berat badan terendah didapat pada stadium I yakni sebesar 2.5. Dari tabel ini dapat kita lihat perbedaan persentase penurunan berat badan
setiap stadium dimana semakin tinggi atau lanjut stadiumnya persentase penurunan berat badan akibat radioterapi juga semakin besar. Rata-rata
persentase penurunan berat badan pada seluruh pasien karsinoma nasofaring adalah sebesar 5.74.
5.2 Pembahasan 5.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian