Pembahasan .1 Karakteristik Subjek Penelitian

5.1.6.3. Persentase Penurunan Berat Badan Berdasarkan Stadium Klinis Pada Pasien Karsinoma Nasofaring Sebelum dan Sesudah Radioterapi. Tabel 5.16 Penurunan Berat Badan Berdasarkan Stadium Klinis Stadium Klinis Frekuensin Rata-rata Penurunan BB I 4 2.5 II 4 4 III 15 4.6 IV 19 7.7 Berdasarkan tabel 5.16 dapat kita lihat bahwa penurunan berat badan tertinggi didapat pada stadium IV yakni 7.7 dan penurunan berat badan terendah didapat pada stadium I yakni sebesar 2.5. Dari tabel ini dapat kita lihat perbedaan persentase penurunan berat badan setiap stadium dimana semakin tinggi atau lanjut stadiumnya persentase penurunan berat badan akibat radioterapi juga semakin besar. Rata-rata persentase penurunan berat badan pada seluruh pasien karsinoma nasofaring adalah sebesar 5.74. 5.2 Pembahasan 5.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian Pada penelitian ini, jumlah seluruh sampel penelitian adalah 42 orang dimana terdiri dari 31 laki-laki dan 11 perempuan. Berdasarkan Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa penderita karsinoma nasofaring yang didapatkan lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 31 orang 73.8 dibandingkan perempuan sebanyak 11 orang 26.2. Hal ini sesuai dari beberapa laporan penelitian serupa yakni Munir 2007, Yovi 2014, Atikha 2015 yang menyatakan bahwa laki-laki lebih banyak menderita karsinoma nasofaring dibanding perempuan. Hal ini dapat berhubungan dengan adanya faktor gaya hidup, pekerjaan, dan lain-lain. 3,9,11 Universitas Sumatera Utara Pada tabel 5.2. diperoleh bahwa kelompok usia terbanyak yang terkena karsinoma nasofaring adalah kelompok 40-49 tahun sebanyak 15 kasus 35.7, sedangkan kelompok yang paling sedikit terkena adalah kelompok usia 20 tahun sebanyak 1 orang 2.4. Hal ini sesuai dengan penelitan Delfitri Munir 2007, Wulan 2012, Atikha 2015, Fathimah 2015 yang menemukan hasil yang serupa yaitu penderita karsinoma nasofaring terbanyak berada pada kelompok umur 41-50 tahun dan yang paling sedikit kelompok umur 11-20 tahun. 1-3,9 Pada tabel 5.4. ditemukan bahwa petani merupakan jenis pekerjaan penderita karsinoma nasofaring terbanyak yakni sebanyak 13 orang 30,9, sedangkan yang paling sedikit ialah pensiun dengan jumlah kasus sebanyak 1 orang 2.4. Munir D 2007 dalam penelitiannya juga menemukan hal yang sama dimana dari 55 penderita KNF, 20 diantaranya adalah petani. Dari sini dapat kita ketahui bahwa penderita KNF kebanyakan berasal dari masyarakat dengan ekonomi kurang. 3 Pada tabel 5.5 suku terbanyak yang menderita karsinoma nasofaring adalah Suku Batak sebanyak 25 kasus 59,5. Dapat dilihat juga frekuensi yang terendah yaitu dari suku cina sebanyak 1 kasus 2,4. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nasution 2008, Aditya 2014, Atikha 2015, yang menemukan bahwa penderita karsinoma nasofaring di Sumatera Utara terbanyak berasal dari Suku Batak. 9,16,28 Dari hasil penelitian pada tabel 5.6 didapatkan hampir seluruh pasien KNF mengalami keluhan benjolan dileher 71.4. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wulan 2012 dan Rajeswhari 2013, bahwa sebagian besar penderita KNF datang kerumah sakit atau dokter spesialis THT dengan mengeluhkan adanya benjolan di leher. Gejala pembesaran kelenjar getah bening ini biasa ditemukan ketika stadium lanjut sedangkan gejala pada saat stadium dini tidak khas. Ini mengakibatkan pasien banyak terdiagnosa ketika stadium lanjut. 1,18 Pada tabel 5.7 pasien karsinoma nasofaring paling banyak ditemui ketika stadium klinis IV yakni 19 orang 35.7, dan paling sedikit ditemui dalam Universitas Sumatera Utara stadium klinis I dan II sebanyak 4 orang tiap stadiumnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Wulan 2012 dimana dari 151 kasus didapatkan 75 kasus berada pada stadium IV. Dari hasil ini dapat kita ketahui bahwa penderita KNF sering ditemui ketika stadium lanjut. 1 Dari tabel 5.8 dapat kita ketahui bahwa berdasarkan gambaran klasifikasi histopatologi WHO pada pasien karsinoma nasofaring, didapati kasus paling banyak adalah klasifikasi WHO II Non-Keratinizing Squamous Cell Carcinoma yaitu sebanyak 20 orang 47.6, dan paling sedikit adalah klasifikasi WHO I Keratinizing Squamous Cell Carcinoma sebanyak 10 orang 23.8. Hasil ini sesuai dengan penelitian Dewi 2011, Merza2012, Fathimah 2015 yang menemukan hasil yang serupa, dimana tipe WHO II paling banyak ditemukan dibandingkan tipe histopatologi yang lain. 2,17,29 Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa tipe histopatologi WHO I paling sedikit yang ditemukan yakni 10 dari 42 kasus, dan 7 diantaranya dimiliki oleh wanita. Belum banyak penelitian sebelumnya yang membahas akan hubungan antara jenis kelamin dan gambaran histopatologi, namun dalam penelitian Munir didapati tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan gambaran histopatologi. 30 Peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut akan hubungan stadium dengan gambaran histopatologi yang didapat.

5.2.2 Berat Badan Pasien KNF Sebelum dan Setelah Radioterapi

Dari hasil penelitian ini berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa berat badan pasien KNF rata-rata mean sebelum menjalani radioterapi di RSUP Haji Adam Malik adalah 59.21 kg dan rata-ratamean berat badan pasien KNF setelah menjalani radioterapi adalah 55.93 kg yang berarti rentang antara sebelum dan sesudah adalah 3,28 kg. Berdasarkan tabel 5.14 setelah dilakukan analisa dan interpretasi data mengenai perbedaan berat badan pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2015, maka dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara terdapatnya perbedaan berat badan pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi, dimana pengobatan radioterapi mengakibatkan penurunan berat badan yang cukup bermakna pada pasien KNF, dimana dari hasil uji t pair test diperoleh nilai p value=0,0001 p0.05 yang berarti adanya perbedaan berat perbedaan berat badan pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2015. Di Indonesia sendiri belum terlalu banyak penelitian tentang hal ini, namun dari beberapa penelitian hasil penelitian ini sejalan dengan yang sebelumnya, dimana Shen, dkk pada tahun 2013 pada penelitian sebelumnya juga menemukan adanya penurunan berat badan pada pasien KNF sebelum dan sesudah menjalani radioterapi, yakni rata-rata penurunan 4.33 kg. 6 Pada penelitian ini ditemukan bahwa pasien rata-rata mengalami penurunan berat badan pada radioterapi ke 16, dan penurunan berat badan ini bisa semakin meningkat dengan terus berjalannya siklus radioterapi. Penurunan Berat badan ini tersendiri diakibatkan karena efek samping dari radioterapi tersebut yang dapat mempengaruhi jaringan sehat terutama di daerah oral penderita. Beberapa efek samping yang muncul seperti mukositis oral, xerostomia, dysgeusia dan sebagainya. Keadaan ini akhirnya mempengaruhi asupan oral dari penderita dan pada akhirnya mempengaruhi status gizinya. 22

5.2.3 BMI dan status Gizi Pasien KNF Sebelum dan Setelah Radioterapi

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa BMI pasien KNF rata-rata mean sebelum menjalani radioterapi di RSUP Haji Adam Malik adalah 23.07 dan rata-rata mean BMI pasien KNF setelah menjalani radioterapi adalah 21.77 yang berarti rentang antara sebelum dan sesudah adalah 1.29. Berdasarkan tabel 5.15 dapat kita lihat setelah dilakukan analisis dan interpretasi data mengenai perbedaan BMI pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi di RSUP Haji Adam Malik Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2012-2015, maka dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapatnya perbedaan BMI pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi, dimana pengobatan radioterapi mengakibatkan perubahan BMI yang cukup bermakna pada pasien KNF, dimana dari hasil uji t pair test diperoleh nilai p value=0,0001 p0.05 yang berarti adanya perbedaan BMI pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi di RSUP Haji Adam Malik Medan.Hal ini sesuai dengan penelitian Fransiska pada tahun 2012 yang juga menemukan adanya perbedaan BMI pada pasien KNF sebelum dan setelah radioterapi. 5 Dari tabel 5.11 dan 5.12 juga dapat kita lihat perubahan dari BMI pasien karsinoma nasofaring sebelum dan setelah radioterapi dimana terjadinya kenaikan jumlah pasien yang memiliki BMI underweight setelah radioterapi, dimana menurut penelitian Fuadiyah, dkk BMI atau status gizi menentukan kualitas hidup dari pasien dimana pasien keganasan kepala leher dengan BMI kurang Underweight memiliki kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien yang BMI Normal atau Obes. 22 Keadaan Underweight menandakan adanya malnutrisi pada pasien dan ini dapat mengakibatkan prognosis yang buruk pada pasien dan membuat pasien rentan untuk terkena infeksi serta respon terhadap terapi pun berkurang. 6,7

5.2.4 Persentase Penurunan Berat Badan Berdasarkan Stadium

Pada penelitian ini juga dapat dilihat bahwa penurunan berat badan pada penderita juga dipengaruhi oleh stadium, ini bisa kita lihat dari persentase penurunan berat badannya yang diperlihatkan dalam tabel 5.16 dimana semakin tinggi atau lanjut stadiumnya, persentase penurunan berat badannya juga semakin tinggi. Hal ini dapat diakibatkan oleh besarnya tumor dan luasnya metastasis dari tumor tersebut. 6,7 Namun kekuatan atau hubungan stadium dengan terjadinya penurunan berat badan yang bermakna belum dapat kita lihat sehingga diperlukan uji atau penelitian berikutnya untuk melihat kekuatan hubungan keduanya. Universitas Sumatera Utara

Bab 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan