Peran dan Fungsi Kepemimpinan

Universitas Sumatera Utara 2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan support atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompokorganisasi. Beberapa definisi yang dianggap cukup mewakili defenisi kepemimpinan sebagai berikut: 1. James J. Cribbin 1990:12 mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan memperoleh konsensus dan keikatan pada sasaran bersama, melampaui syarat- syarat organisasi, yang dicapai dengan pengalaman sumbangan dan kepuasan di pihak kelompok kerja 2. Miftah Thoha 1993:9 mendefenisikan kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok 3. James A.F. Stoner mengatakan bahwa kepemimpinan manajerial adalah suatu proses pengarahan dan pemnerian pengaruh kepada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya Dalam Masmuh, 2010:246. Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, baik dengan cara memimpin membimbing, membina, mengarahkannya untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

B. Peran dan Fungsi Kepemimpinan

Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang mampu mengelola dan mengatur organisasi secara efektif serta mampu melaksanakan kepemimpinan secara efektif pula. Untuk itu seorang pemimpin harus betul-betul dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang pemimpin. Fungsi kepemimpinan ialah: memandu, menuntun, membimbing, membangun atau memberi motivasi-motivasi kerja, mengemudikan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara organisasi,menjalankan jaringan jaringan komunikasi yang baik, memberikan suvervisi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan Kartono, 2003:81. Sehubungan dengan luasnya kegiatan manusia modern pada zaman sekarang, diperlukan adanya pemimpin-pemimpin yang efektif dan baik pekertinya. Berkaitan dengan masalah ini perlu bagi kita untuk memahami fungsi kepemimpinan. Menurut Nawawi 2004:74 menjabarkan beberapa fungsi kepemimpinan sebagai berikut: 1. Fungsi Instruktif Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa isi perintah, bagaimana cara mengerjakan perintah, bilamana waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya dan dimana tempat mengerjakan perintah agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Fungsi orang yang dipimpin anggota kelompokorganisasi hanyalah melaksanakan perintah. Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan pimpinan tidak akan n ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menerjemahkannya menjadi instruksiperintah. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu, sejalan dengan pengertian kepemimpinan, intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkannya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan menggerakkan dan memotivasi orang lain agar melaksanakan perintah. Untuk itu perintah harus jelas, baik mengenai apa yang harus dikerjakan isi perintah maupun dari segi bahasa sesuai dengan tingkat kemampuan orang yang menerima dan harus melaksanakannya. 2. Fungsi Konsultatif Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah, meskipun pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pemimpin. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi tersebut dilakukannya secara terbatas hanya dengan orang yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan. Di samping itu mungkin pula konsultasi dilakukan untuk mendengarkan pendapat dan saran, apabila suatu keputusan yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara direncanakan di tetapkan. Selanjutnya konsultasi dapat pula dilakukan secara meluas melalui pertemuan dengan sebagian besar atau semua anggota kelompokorganisasinya. Konsultasi seperti itu dilakukan apabila keputusan yang akan ditetapkan sifatnya sangat prinsipiil penting, baik bagi kelompokorganisasi maupun sebagian besarseluruh anggotanya. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik feed back, yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Konsultasi dapat dilakukan melalui arus sebaliknya, yakni dari orang- orang yang dipimpin kepada pemimpin yang menetapkan keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya. Dengan menjalankan fungsi konsultatif diharapkan keputusan-keputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif. 3. Fungsi Partisipatif Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan dan sesama orang yang dipimpin. Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisijabatan masing-masing. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Fungsi partisipasi hanya mungkin terwujud jika pemimpin mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan dalam memecahkan masalah-masalah yang akan dimanfaatkan untuk mengambil keputusan. Sehubungan dengan itu, musyawarah menjadi sangat penting. Di sisi lain fungsi partisipasi berarti juga kesediaan pemimpin untuk tidak berpangku tangan pada saat orang yang dipimpin melaksanakan keputusannya. Pemimpin tidak boleh sekedar mampu membuat keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya, tetapi juga ikut dalam proses pelaksanaannya, dalam batas-batas tidak menggeser dan mengganti petugas yang bertanggung jawab melaksanakannya. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana. 4. Fungsi Delegasi Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuatmenetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Pemimpin harus bersedia dan dapat mempercayai orang lain, sesuai dengan posisijabatannya, apabila diberi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pelimpahan wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara kepercayaan itu dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab. Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan kelompokorganisasinya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan pada orang yang dipimpinnya agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu musyawarah dan konsultasi ikut berperan, terutama untuk memberikan kesempatan bagi para penerima delegasi, agar selalu berorientasi pada kebijaksanaan umum dari pimpinan. Di samping itu musyawarah dan konsultasi penting artinya bagi penerima delegasi, apabila harus membuat keputusan yang bersifat prinsipiil. Keputusan-keputusan seperti itu sebelum ditetapkan tidak boleh tidak dikonsultasikan, guna memperoleh petunjuk dan pengarahan pimpinan. Setelah proses seperti itu dilakukan, penetapannya sebagai keputusan sebaiknya tetap dipercayakan pada penerima delegasi. Kondisi seperti itu akan semakin mengokohkan dan memantapkan kebersamaan dalam mewujudkan eksistensi kelompokorganisasi, karena penerima delegasi merasa telah mendapat kepercayaan dan tanggung jawab yang besar dan penting. Bersamaan dengan itu tumbuh dan berkembanglah dedikasi dan loyalitas secara wajar, tidak saja pada kelompokorganisasi tetapi juga pada pimpinan. 5. Fungsi Pengendalian Fungsi ini cenderung bersifat komunikasi satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat dapat dilakukan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota kelompokorganisasinya. Bimbingan dan pengarahan yang dilkukan selama kegiatan kelompokorganisasi berlangsung pada dasarnya bersifat pengawasan preventif. Dengan melakukan kegiatan tersebut berarti pemimpin berusaha mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan setiap unit atau perseorangan dalam melaksanakan volume dan beban kerjanya atau perintah dari pimpinannya. Koordinasi sebagai kegiatan pengendalian dalam kepemimpinan bermaksud mewujudkan pelaksanaan kegiatan yang saling menunjang dan saling isi-mengisi antar setiap unit atau secara perseorangan. Koordinasi bermaksud mencegah suatu kegiatan dikerjakan oleh banyak unit atau perseorangan secara terpisah, sedang kegiatan lain tudak ada atau terlalu sedikit anggota yang mengerjakannya. Dengan demikian tidak akan terjadi tumpang tindih pelaksanaan kegiatan, yang akan member dampak meningkatnya efisiensi dan efektivitas usaha pencapaian tujuan kelompokorganisasi. Fungsi pengendalian selanjutnya dapat dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan kontrol terhadap pelaksanaan perintah pimpinan. Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara pemeriksaan dan pemantauan terhadap kegiatan anggota yang sedang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara berlangsung, yang dilaksanakan oleh pemimpin sendiri. Pengawasan tidak langsung dilakukan pemimpin dari jarak jauh, melalui laporan-laporan yang disampaikan anggota dalam melaksanakan tugas-tugas pokoknya atau perintah pimpinannya. Pengawasan oleh pimpinan tidak boleh dijadikan alat untuk mencari kesalahan yang kemudian akan diiringi dengan pemberian sanksi atau hukuman. Pengawasan yang digunakan untuk keperluan tersebut akan kehilangan fungsinya sebagai pengendali dalam kegiatan kepemimpinan. C. Teori-teori kepemimpinan Setiap manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan. Ada beberapa teori tentang kepemimpinan yang akan dijelaskan berikut ini: 1. Teori Sifat Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, ciri-ciri atau perangai yang dimiliki pemimpin itu. Teori ini berkesimpulan bahwa kepemimpinan didasarkan atas sifat-sifat yang dibawa sejak lahir, jadi merupakan sesuatu yang diwariskan. Teori ini dikenal juga dengan teori genetis, artinya pemimpin-pemimpin adalah dilahirkan dan tidak dibentuk. 2. Teori Lingkungan Teori ini berasumsi bahwa munculnya pemimpin merupakan hasil dari waktu, tempat dan keadaan atau situasi dan kondisi. Situasi dan kondisi tertentu melahirkan tantangan-tantangan tertentu dan dengan sendirin ya diperlukan orang-orang yang memiliki sifat-sifat tertentu. Sejalan dengan teori ini adalah teori sosial, yang menyatakan bahwa pemimpin-pemimpin dibentuk bukan dilahirkan. 3. Teori Pribadi dan Situasi Teori ini berasumsi bahwa kepemimpinan merupakan produk dari terkaitnya tiga faktor yaitu: a perangai sifat-sifat pribadi dari pemimpin, b sifat dari kelompok dan anggota-anggotanya, dan c kejadian-kejadian masalah- Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara masalah yang dihadapi oleh kelompok. Seseorang akan berhasil melaksanakan kepemimpinan jika ia pada waktu lahir memiliki bakat-bakat atau sifat-sifat kepemimpinan yang kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman. 4. Teori interaksi dan harapan Teori ini berasumsi bahwa semakin terjadi interaksi dan partisipasi dalam kegiatan bersama semakin meningkat perasaan saling menyukai atau menyenangi satu sama lain dan semakin memperjelas pengertian atas norma-norma kelompok. Demikian pula, semakin tinggi seseorang dalam kelompok, semakin mendekati kesesuaian kegiatannya dengan norma-norma, semakin luas jangkauan interaksinya dan semakin besar jumlah anggota kelompok yang tergerak. 5. Teori humanistik Teori ini berasumsi bahwa seorang pemimpin bisa dikatakan berhasil mengelola suatu organisasi jika ia mampu memperdayakan orang-orang yang ada didalamnya. Dengan kata lain, ia mampu membuat organisasi sedemikian rupa sehingga memberikan sedikit kebebasan dan kelonggaran kepada invidu untuk mewujudkan motivasinya sendiri yang potensial untuk memenuhi kebetuhan- kebutuhannya dan pada saat bersamaan memberikan sumbangan bagi pencapaian organisasi. Dalam kaitannya dengan ini nampaknya teori x dan teori y yang dikemukakan oleh McGrogor masih relevan. Karena kedua teori ini sesunggunya membicarakan tentang bagaimana manusia dimotivasi untuk mau terlibat aktif dalam kegiatan organisasi. 6. Teori tukar-menukar Teori ini berasumsi bahwa interaksi sosial menggambarkan suatu bentuk tukar-menukar dimana anggota-anggota kelompok memberikan kontribusi dengan pengorbanan mereka sendiri dan menerima imbalan dengan pengorbanan- pengorbanan kelompok atau anggota-anggota yang lain. 7. Teori kepemimpinan psikoanalisis Menurut Sigmund Freud, seseorang berperilaku karena ingin memenuhi kebutuhan bawah sadarnya. Kebutuhan tersebut bahkan tidak disadari oleh yang bersangkutan. Teori ini mengatakan bahwa manusia sangat kompleks. Penampilan luar tidak dapat dijadikan pegangan. Analisis perlu kembali pada alam alammanusia yang paling dasar untuk memahami perilaku manusia atau pemimpin yang sangat kompleks. 8. Teori kepemimpinan romantis Teori ini mengatakan bahwa pemimpin ada karena ada pengikutnya. Para pengikut ini mengembangkan pandangan “romantis” ideal mengenai adanya seorang pemimpin yang dapat membantu mereka mencapai tujuannya atau memperbaiki hidup mereka. 9. Teori kepemimpinan transformasional atau karismatik Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Pemimpin transformasional adalah seseorang yang memotivasi bawahan untuk mengerjakan lebih dari yang diharapkan semula dengan meningkatkan rasa pentingnya bawahan dan nilai pentingnya pekerjaan Masmuh, 2010:261.

2.2 Pemimpin

A. Pengertian pemimpin