Pengertian pemimpin Tipe Kepemimpinan

Universitas Sumatera Utara Pemimpin transformasional adalah seseorang yang memotivasi bawahan untuk mengerjakan lebih dari yang diharapkan semula dengan meningkatkan rasa pentingnya bawahan dan nilai pentingnya pekerjaan Masmuh, 2010:261.

2.2 Pemimpin

A. Pengertian pemimpin

Pemimpin adalah orang–orang yang menentukan tujuan, motivasi dan tindakan kepada orang lain. Pemimpin adalah orang yang memimpin. Pemimpin dapat bersifat resmi formal dan tidak resmi non formal. Menurut Fidler pemimpin adalah seseorang yang berada dalam kelompok sebagai pemberi tugas atau sebagai pengarah dan mengkoordinasikan kegiatan kelompok yang relevan serta dia sebagai penanggung jawab utama Dalam Masmuh, 2010:247. Pemimpin adalah orang-orang yang menentukan tujuan motivasi dan tindakan kepada orang lain. Pemimpin adalah orang yang memimpin dapat bersifat resmi formal dan tidak resmi non formal.

B. Tipe Kepemimpinan

Seorang pemimpin harus mempunyai kapasitaskemampuan untuk memahami dan membaca situasi yang dihadapinya dalam organisasi yang dipimpinnya secara tepat. Hal ini dimaksud kan agar pemimpin dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar sesuai dengan tuntutan situasi organisasi yang dipimpinnya. Penyesuaian-penyesuaian tertentu memang merupakan kenyataan kehidupan manajerial seseorang yang menduduki jabatan pimpinan, logis apabila dikenali terlebih dahulu tipe-tipe pemimpin yang dikenal dewasa ini. Logis karena penyesuaian yang perlu dilakukan menyangkut perubahan dari satu tip eke tipe Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara yang lain. Suatu perubahan yang mungkin hanya selama berlangsungnya situasi tertentu menuntut penyesuaian tersebut Siagian, 2003:27. Siagian 2003:27 menyatakan bahwa terdapat lima tipe kepemimpinan yang mempunyai ciri masing-masing, yaitu: a. Tipe Otokratik Kepemimpinan otokratik adalah seorang pemimpin yang memiliki ciri- cirikarakteristik yang pada umumnya negatif. Dilihat dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang egois. Egoismenya yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikan kenyataan dan kebenaran sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterpretasikannya sebagai kenyataan. Misalnya, dalam menginterpretasikan disiplin para bawahan organisasi. Seorang pemimpin yang otokratik akan menerjemahkan disiplin kerja yang tinggi yang ditunjukkan oleh para bawahannya sebagai perwujudan kesetiaan para bawahan itu kepadanya, padahal sesungguhnya disiplin kerja itu didasarkan kepada ketakutan, bukan kesetiaan. Seorang pemimpin yang otoriter akan menunjukkan berbagai sikap yang menonjolkan “ke-akuan-nya” antara lain dalam bentuk: a. Kecenderungan memperlakukan para bawahan sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka b. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahan c. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan dengan cara memberitahukan kepada para bawahan tersebut bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahan itu diharapkan dan bahkan dituntut untuk melaksanakannya saja. Harus diakui bahwa apabila hanya efektivitas semata-mata yang diharapkan dari seorang pemimpin dalam mengemudikan jalannya organisasi, tipe otokratik mungkin saja mampu menyelenggarakan berbagai fungsi kepemimpinannya dengan “baik”. “Baik” hanya dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan oleh pimpinan. Yang menjadi masalah utama ialah bahwa keberhasilan mencapai tujuan itu semata-mata karena takutnya para bawahan terhadap pimpinannya dan bukan berdasarkan keyakinan bahwa tujuan yang telah ditentukan itu wajar dan layak untuk dicapai dan disiplin kerja yang terwujud pun hanya karena para bawahan selalu dibayang-bayangi ancaman seperti pengenaan tindakan disiplin yang keras, penurunan pangkat, dan bahkan pemecatan tanpa kesempatan membela diri. b. Tipe Paternalistik Persepsi seorang pemimpin paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para pengikutnya kepadanya. Harapan itu pada umumnya berwujud keinginan agar pemimpin Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan yang layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk. Ditinjau dari segi nilai-nilai organisasional yang dianut, biasanya seorang pemimpin yang paternalistik mengutamakan kebersamaan. Berdasarkan nilai kebersamaan itu, dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang paternalistik kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol pula. Sikap kebapakan memang menyebabkan hubungan atasan dan bawahan lebih bersifat informal, ketimbang hubungan formal yang biasanya terdapat antara seorang pemimpin yang otokratik dengan para bawahannya. Hanya saja hubungan yang lebih bersifat informal tersebut dilandasi oleh pandangan bahwa para bawahan itu belum mencapai tingkat kedewasaan sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat dibiarkan bertindak sendiri. Sikap seorang pemimpin yang paternalistik yaitu tercermin dalam perilaku pemimpin yang bersangkutan. Yang dimaksud ialah, tindak-tanduk yang menggambarkan bahwa hanya pemimpin yang bersangkutanlah yang mengetahui segala sesuatu mengenai seluk beluk kehidupan organisasional. Oleh Karena itu, tidak mustahil terjadi pemusatan pengambilan keputusan dalam diri pimpinan yang bersangkutan sedangkan para bawahan tinggal melaksanakannya saja. c. Tipe Kharismatik Tipe kepemimpinan kharismatik memiliki karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi. Sesungguhnya sangat menarik untuk memperhatikan bahwa para pengikut seorang pemimpin yang kharismatik tidak mempersoalkan nilai-nilai ynag dianut, sikap dan perilaku serta gaya yang digunakan oleh pemimpin yang diikutinya itu. Bisa saja seorang pemimpin yang kharismatik menggunakan gaya yang otokratik atau dictatorial, para pengikutnya tetap setia kepadanya. Mungkin pula seorang pemimpin yang kharismatik menggunakan gaya yang paternalistic, tetapi ia tidak kehilangan daya pikatnya. Daya tariknya pun tetap besar bila ia menggunakan gaya yang demokratik atau partisipatif. d. Tipe Laissez Faire Persepsi seorang pemimpin yang laissez faire tentang peranannya sebagai seorang pemimpin berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancer dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional. Nilai-nilai yang dianut oleh seorang pemimpin yang laissez faire dalam menyelenggarakan fungsi-fungsi kepemimpinannya biasanya bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia pada dasarnya memiliki rasa solidaritas dalam kehidupan bersama, mempunyai kesetiaan kepada sesame dan kepada organisasi, taat kepada Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara norma-norma dan peraturan yang telah disepakati bersama, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap tugas yang harus diembannya. Nilai yang terdapat dalam hubungan atasan-bawahan adalah nilai yang didasarkan kepada saling mempercayai yang besar. Sikap seorang pemimpin yang laissez faire dalam memimpin organisasi dan para bawahannya biasanya adalah sikap yang permisif, dalam arti bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan bisikan hati nuraninya asal saja kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisasi tetap tercapai. Dengan sikap yang permisif, perilaku seorang pemimpin yang laissez faire cenderung mengarah kepada tindak-tanduk yang memperlakukan bawahan sebagai rekan sekerja, hanya saja kehadirannya sebagai pimpinan diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi. e. Tipe Demokratik Persepsi seorang pemimpin yang demokratiktentang peranannya sebagai seorang pemimpinberkisar pada peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Karena itu pendekatannya dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya adalah pendekatan yang holistic dan integralistik. Seorang pemimpin yang demokratik biasanya menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi. Akan tetapi dia mengetahui pula bahwa perbedaan tugas dan kegiatan tidak boleh dibiarkan menimbulkan cara berpikir dan cara bertindak yang berkotak-kotak. Seorang pemimpin yang demokratik melihat bahwa dalam perbedaan-perbedaan yang merupakan kenyataan hidup, harus terjamin kebersamaan. Nilai-nilai yang dianut oleh seorang pemimpin yang demokratik berangkat dari filsafat hidup yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Mengakui dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia antara lain berarti bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas hanya pada kebutuhan yang bersifat kebendaan. Terdapat kebutuhan manusia yang bersifat politik, social budaya, kebutuhan prestise dan kebutuhan untuk memperoleh kesempatan mengembangkan potensi terpendam yang terdapat dalam dirinya. Pemuasan berbagai kebutuhan itu akan menuntut perlakuan manusia sebagai mahkluk individu dengan jati diri yang khas. Nilai-nilai demikian berarti bahwa seprang pemimpin demokratik memperlakuakn organisasi sebagai wahana untuk mencapai tujuan bersama. Perlu diperhatikan bahwa pendekatan yang manusiawi, cara bertindak yang mendidik bukanlah kelemahan, melainkan sebagai salah satu sumber kekuatan pemimpin demokratik. Karena dengan sikap demikian ia menjadi seorang pemimpin yang disegani dan dihormati, bukan pemimpin yang ditakuti. Perilaku seorang pemimpin yang demokratik mendorong para bawahannya menumbuhkan dan mengemabngkan daya inovasi dan kreativitasnya. Dengan sungguh-sungguh ia mendengarkan pendapat, saran dan bahkan kritik orang lain, terutama para bawahannya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2.3 Komunikasi Organisasi A. Pengertian Komunikasi Organisasi Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Berbicara tentang komunikasi organisasi tidak terlepas dari dua konsep utama yaitu komunikasi dan organisasi, ketika kita memahami komunikasi maka kita juga harus memahami organisasi dengan baik. Komunikasi terjadi dalam lingkup yang mempunyai struktur, karakteristik, serta fungsi tertentu yang mungkin mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri. Adanya pemahaman, interaksi, relasi dan transaksi yang terjadi antar manusia dalam organisasi itulah yang disebut komunikasi organisasi. Komunikasi merupakan bagian terpenting yang perlu mendapat perhatian ekstra bagi pemimpin ketika ingin mempengaruhi orang lain untuk mau mengerjakan perintahnya ataupun dalam proses pengambilan keputusan. Keberhasilan pemimpin sangatlah ditentukan dalam keterampilan berkomunikasi Masmuh, 2010:279. Goldhaber 1986 memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian Dalam Muhammad, 2009:67. Organisasi sebagai kerangka kerja dari suatu manajemen menunjukkan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas antara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pimpinan dan karyawan. Oleh karena itu, komunikasi organisasi sangat mempengaruhi keberlangsungan suatu organisasi.

B. Fungsi Komunikasi Organisasi