17
2.2 Kecerdasan Emosi 2.2.1 Defenisi Kecerdasan Emosional
Dalam Sumiyarsih, dkk 2012 menjelaskan bahwa istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey
dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emo-sional yang tampaknya penting bagi
keberhasilan individu. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan
memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk
mengembangkan pikiran dan tindakan. Definisi tersebut menjelaskan bahwa kecerdasan emosional berkaitan dengan pengarahan tindakan seseorang dalam
kehidupan pribadi maupun sosial. Bar-On Sumiyarsih dkk, 2012 mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi,
emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan.
Individu perlu memiliki kecerdasan emosional karena kondisi emosional dapat mempengaruhi pikiran, perkataan, maupun perilaku, termasuk dalam
pekerjaan. Individu yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu mengetahui kondisi emosionalnya dan cara mengekspresikan emosinya secara
tepat sehingga emosinya dapat dikontrol dan memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang cerdas secara akademik tetapi kurang
mempunyai kecerdasan emosional, ternyata gagal dalam meraih kesuksesan di
Universitas Sumatera Utara
18
tempat kerja. Kecerdasan emosional juga mampu menentukan potensi seseorang untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan praktis dan mendu-kung kinerja.
Menurut Goleman dalam Yanuarita,2014:10, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi,
menjaga keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Menurutnya koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan social yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati orang lain atau
dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan social serta
lingkungannya. Goleman juga mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan,
serta mengatur keadaan jiwa. Salovey dan Mayer dalam Naseer et al., 2011 mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai bagian dari kecerdasan sosial yang
melibatkan kemampuan untuk memonitor sendiri dan perasaan dan emosi orang lain , untuk membedakan antara mereka dan menggunakan informasi ini untuk
membimbing pikiran dan tindakan seseorang . model mereka termasuk fitur kecerdasan , penyesuaian dan dorongan. Menurut Stein dan Book, 2005: 69
Kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan didunia yang rumit, mencakup aspek pribadi, sosial dan
Universitas Sumatera Utara
19
pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari.
Menurut Robbins dan Judge 2009, 335 Kecerdasan emosional emotional intelligence adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta
mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Orang-orang yang mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi
orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Hal tersebut pada intinya adalah tema yang mendasari riset kecerdasan emosional akhir-akhir ini.
Kecerdasan Emosional terdiri ada lima dimensi: 1. Kesadaran Diri : sadar atas apa yang dirasakan.
2. Manajemen Diri : kemampuan mengelola emosi dan dorongan-dorongan diri sendiri.
3. Motivasi Diri : kemampuan bertahan dalam menghadapi kemunduruan dan kegagalan.
4. Empati : kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain. 5. Keterampilan Sosial : kemampuan menangani emosi-emosi orang lain.
Menurut Uno 2005:73 kecakapan emosi yang paling sering mengantar orang ke tingkat keberhasilan antara lain :
a. inisiatif, semangat juang, dan kemampuan menyesuaikan diri;
b. pengaruh, kemampuan memimpin tim dan kesadaran politis ;
c. empati, percaya diri dan kemampuan mengembangkan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
20
2.2.2 Kemampuan Utama Kecerdasan Emosional
Gardner dalam Yanuarita 2014:11-15 mendefenisikan kemampuan kecerdasan emosional menjadi lima kemampuan utama, yaitu:
a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar
dari kecerdasan emosional, yakni kesadaran orang akan emosinya sendiri. Kesadaran diri membuat seseorang lebih waspada terhadap suasana hati
maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada akan individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri tidak terbatas pada mengamati diri dan mengenali perasaan akan tetapi juga menghimpun kosa kata untuk perasaan dan mengetahui
hubungan antara pikiran, perasaan, dan reaksi. Menurut Goleman kesadaran seseorang terhadap titik lemah serta kemampuan pribadi
seseorang juga merupakan bagaian dari kesadaran diri. Kesadaran diri sangat penting dalam pembentukan konsep diri yang positif. Konsep diri
adalah pandangan pribadi terhadap diri sendiri, yang mencakup tiga aspek yaitu :
1. Kesadaran emosi, yaitu tahu tentang bagaimana pengaruhnya emosi
terhadap kinerja, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai untuk memandu pembuatan keputusan.
Universitas Sumatera Utara
21
2. Penilaian diri secara akurat, yaitu perasaan yang tulus tentang
kekuatankekuatan dan batas-batas pribadi, visi yang jelas tentang mana yang perlu diperbaiki, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman
orang lain. 3.
Percaya diri, yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangai perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteran emosi. Emosi
berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan. Kemampaun ini mencakup kemampuan untuk
menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditumbulkannya serta kemampuan
untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. c.
Memotivasi Diri Sendiri Motivasi merupakan suatu energy yang dapat menimbulkan tingkat
antusiasme dalam melaksanakan suatu aktivitas, baik yang bersumber dari dalam diri individi itu sendiri motivasi instrinsik maupun dari luar
individu motivasi ekstrinsik. Istilah motivasi mengacu pada sebab atau mengapa, suatu organsisme yang dimotivasi akan lebih efektif daripada
tidak dimotivasi.
Universitas Sumatera Utara
22
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, dorongan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Hal tersebut dapat dijelaskan
menjadi beberapa komponen utama yaitu : 1.
Kebutuhan : hal ini terjadi jika individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan.
2. Dorongan : kekuatan internal untuk melakukan kegiatan dalam rangka
memenuhi harapan yang timbul sebagai hasil dari kebutuhan biologis, seperti kebutuhan makan dan minum. Kondisi seperti ini akan memotivasi
pelaku untuk mengulangi kebutuhan tersebut. 3.
Tujuan : hal yang ingin dicapai seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental
atau kekuatan motivasi belajar dapat diperkuat dan dikembangkan. Selain itu yang berkaitan dengan motivasi adalah optimisme. Menurut
Goleman optimisme seperti harapan memiliki pengharapan yang kuat bahwa secara umum, segala sesuatu dalam kehidupan akan sukses kendati
ditimpa kemunduran dan frustasi. Dari titik pandang kecerdasan emosional, optimisme merupakan sikap yang menyangga orang agar
jangan sampai jatuh dalam keputusasaan atau depresi saat menghadapi kesulitan, karena optimisme membawa keberuntungan dalam kehidupan.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukan kemampuan empati seseorang. Individu yang
memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal social
Universitas Sumatera Utara
23
tersembunyi yang mengisyaratkan apa kebutuhan orang lain. Sehingga lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan
dan lebih mampu mendengarkan orang lain. Seseorang yang mampu membaca orang lain juga mempunyai kesadaran diri yang tinggi. Semakin
mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca
perasaan orang lain. Makna empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain serta
berpikir dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan persasaan orang mengenai berbagai hal. Menurut Goleman kemampuan indera
perasaan seseorang sebelumn yang bersangkutan mengatakannya merupakan intisari empati. Empati memahami cara-cara komunikasi yang
dibangun di atas kecakapan-kecakapan yang lebih mendasar, khususnya kesadaran diri self awareness dan kendali diri self control.
e. Keterampilan Sosial
Keterampilan social, adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca
situasi dan jaringan social, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah,
meyelesaikan perselisihan untuk bekerjasama dalam tim. Kemampuan ini dimulai dengan mengelola emosi diri sendiri dan
berlanjut pada kemampuan menangani emosi orang lain. Menurut Goleman, menangani emosi orang lain merupakan seni yang mantap untuk
Universitas Sumatera Utara
24
menjalin hubungan, membutuhkan kematangan dua keterampilan emosional lain, yaitu manajemen diri dan empati. Dengan kedua landasan
tersebut, keterampilan berhubungan dengan orang lain akan matang. Ini merupakan kecakapan social yang mendukung keberhasilan dalam
pergaulan dengan orang lain.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Yanuarita 2014;15 menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua
sumber yaitu: Segi Jasmani : faktor pisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan
kesehatan seseorang terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya.
Segi Psikologis : mencakup di dalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir dan motivasi.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi berlangsung. Faktor eksternal meliputi :
Stimulus itu sendiri : kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan
emosi tanpa distorsi.
Universitas Sumatera Utara
25
Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosi : objek lingkungan yang melatarbelakangi merupakan
kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.
2.2.4 Pendukung dan Penentang Kecerdasan Emosional
Robbin dan Judge 2009, 336-337 menjelaskan bahwa kecerdasan emosional memiliki beberapa hal pendukung, yaitu :
1. Daya tarik intuitif
Terdapat banyak daya tarik intuitif pada konsep kecerdasan emosional. Sebagian besar orang akan setuju bahwa adalah baik untuk memiliki
kecerdasan jalanan dan kecerdasan sosial. Orang-orang yang dapat mendeteksi emosi orang lain, dan mengendalikan emosi mereka sendiri, dan menangani
interaksi sosial dengan baik akan mempunyai kaki yang kuat untuk berdiri di dalam dunia bisnis, jadi pemikiran ini berlanjut.
2. Kecerdasan Emosional Meramalkan Kriteria yang Penting
Terdapat banyak bukti yang memperkuat bahwa kecerdasan emosional tingkat tinggi memengaruhi kinerja seseorang menjadi lebih baik dalam pekerjaannya.
Sebuah penelitian lainnya menemukan bahwa kemampuan mengenali emosi pada ekspresi pada wajah orang lain dan secara emosional dapat meramalkan
peringkat rekan kerja terhadap seberapa berharga orang-orang tersebut untuk organisasi mereka. Akhirnya, penelitian mengidentifikasi bahwa secara
keseluruhan EI berhubungan secara moderat dengan kinerja pada pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
26
3. EI Berbasis Biologis
Satu penelitian telah menunjukan bahwa orang-rang dengan kerusakan pada bagian otak yang mengatur pemrosesan emosioanl mempunyai nilai yang
secara siginifikan lebih rendah pada ujian-ujian EI. Meskipun orangorang dengan kerusakan otak tersebut tidak mempunyai nilai yang rendah ada
ukuran-ukuran standar kecerdasan dibandingkan orang-orang yabg tidak memiliki kerusakan otak yang sama, mereka tetap terganggu dengan
pengambilan keputusan normal. Hal ini menyatakan bahwa EI berbasis secara neurologi dalam sedemikian rupa yang tidak berhubungan dengan ukuran-
ukuran standar kecerdasan, dan orang-orang yang menderita kerusakan neurologi tersebut memiliki nilai lebih rendah pada EI dan membuat
keputusan yang lebih burur dibandingkan orang-orang yanglebih sehat dalam hal ini.
Dalam Robbin dan Judge 2009, 336-337 juga menjelaskan bahwa kecerdasan emosional juga memiliki beberapa hal yang menentangnya, yaitu :
1. EI adalah Sebuah Konsep yang Samar 2. EI Tidak Dapat Diukur
3. Validitas EI Masih Dipertanyakan
2.3 Keberhasilan Usaha 2.3.1 Defenisi Keberhasilan Usaha