Sebelum tahun 1974 mata pencaharian masyarakat Desa Lau Kapur menanam padi, cengkeh, tembakau, dan pisang adalah sebagai tanaman tambahan saja. Tingkat
perekonomian yang hanya mengandalkan pertanian biasanya memiliki kehidupan perekonomian yang tergolong rendah. Pertanian yang seperti ini juga terkadang
bergantung pada kondisi alam untuk mempertahankan hasil panen. Masyarakat Desa Lau Kapur dengan kondisi yang masih tertinggal melakukan pertanian dengan
mengandalkan tenaga keluargaaron dan hanya menggunakan alat pertanian yang sederhana. Seperti cangkul, sabit, dan yang lainnya, sedangkan untuk membajak
persawahan hanya menggunakan tenaga seadanya seperti tenaga hewan yaitu tenaga kerbau. Pengetahuan tentang pertanian juga masih berdasarkan pengalaman dari
masyarakat setempat ataupun nenek moyang mereka. Berikut ini ada beberapa tanaman pokok yang dijadikan masyarakat sebagai
mata pencaharian utama :
2.2 Pertanian Padi
Tanaman padi adalah merupakan tanaman yang sangat diperlukan oleh masyarakat Desa sebagai kelangsungan hidup mereka. Pertanian padi yang ada di
Desa Lau Kapur ini tidak diketahui tepatnya kapan dimulai tetapi jelas diketahui bahwa pertanian padi ini sudah turun-temurun dan mendarah daging di kehidupan
masyarakatnya bahkan dari nenek moyang mereka. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat desa ini sudah tidak nomaden lagi. Masyarakat sudah menetap dan
Universitas Sumatera Utara
melakukan pertanian selama berpuluh-puluh tahun yang lalu sekalipun pertanian yang dilakukan tersebut masih secara tradisional.
Padi merupakan tanaman yang sangat penting bagi masyarakat. Padi juga merupakan tanaman pokok dan jenis tanaman yang dapat langsung dikonsumsi
masyarakat tanpa melalui pasar karena padi ditanam sendiri oleh masyarakat tersebut sebagai petani subsisten . Biasanya padi ditanam sekali dalam satu tahun di lahan
yang kering sedangkan padi yang di tanam di daerah persawahan ditanam dua kali dalam setahun oleh masyarakat Desa Lau Kapur. Selain menanam padi masyarakat
juga menanam tembakau, cengkeh, dan pisang sebagai tanaman tambahan. Tujuan penanaman tanaman tambahan ini bukan saja sebagai aktivitas ketika menunggu padi
siap untuk di panen namun juga untuk makanan tambahan. Sudah menjadi suatu kebiasaan bagi masyarakat Karo untuk menanam padi sebagai tanaman pokok
mereka, untuk lauknya biasanya masyarakat di desa ini pergi memancing dan terkadang juga berburu ke hutan. Masyarakat Desa Lau Kapur ini juga memelihara
hewan ternak seperti ayam, babi, kerbau, kambing,dll. Hewan ini bukan untuk dijual melainkan untuk dikonsumsi sendiri. Jadi ketika masyarakat di desa ini kedatangan
tamu, mereka tidak kewalahan harus pergi ke pasar untuk membeli hewan karena sudah ada hewan peliharaan mereka sebagai persediaan lauk mereka.
Di Desa Lau Kapur terdapat dua jenis penanaman padi yaitu penanaman padi pada lahan kering dan penanaman pada sawah. Tanaman padi yang di tanam di
daerah lahan kering ditanam sekali dalam satu tahun, biasanya masyarakat menanam
Universitas Sumatera Utara
jenis padi seperti padi Udang, padi Siantar, dll. Penanaman ini sekitar bulan Juli sampai Agustus. Dan musim panen sekitar bulan November sampai Desember. Dan
ada juga padi yang di tanam dua kali dalam setahun yang berada di daerah persawahan. Biasanya masyarakat menanam jenis padi yang berumur sekitar 4-5
bulan. Jenis padi yang ditanam seperti padi GR 64. Musim penanaman padi di lahan persawahan terjadi di bulan Februari sampai Maret, dan musim panen itu sekitar
bulan April sampai Mei. Kemudian lahan padi yang sudah di panen di diami selama satu sampai dua bulan untuk menggemburkan tanah tersebut supaya hasil padi yang
di tanam pun semakin bertambah. Kemudian berlanjut dengan penanaman lagi pada bulan Juli tahun itu juga
14
. Hal inilah salah satu cara yang dilakukan masyarakat supaya hasil panen mereka bertambah setiap panen. Pada saat itu, harga pupuk sangat
tinggi dan masyarakat setempat tidak sanggup membeli pupuk untuk menyuburkan tanah. Meskipun pupuk kandang tersedia namun tidak bisa sepenuhnya untuk
menyuburkan tanah karena jika areal persawahan memakai pupuk kandang ke daerah persawahan maka padi yang masih berumur 2 minggu itu akan habis di makan oleh
hama yang berasal dari pupuk kandang tersebut. Padi tersebut akan rusak dan timbul bercak-bercak pada daun padi. Masyarakat sering menyebut keadaan padi tersebut
dengan istilah mati otok dan werengan
15
14
Wawancara: M. Br Sebayang, Lau Kapur, 30 Mei 2014
15
Mati otok adalah kerusakan yang diakibatkan hama tanaman dengan tanda-tanda timbulnya bercak-bercak kuning di pucuk daun padi yang membuat padi bisa mati dan itu hanya
terjadi pada beberapa tanaman padi saja. Werengan adalah nama penyakit pada tanaman padi yang bisa menyebabkan padi tidak membuahkan hasil karena tanaman padi tersebut bisa mati semua.
.
Universitas Sumatera Utara
Dalam mengerjakan lahan pertanian mulai dari penanaman sampai dengan panen masyarakat Desa Lau Kapur biasanya melakukannya dengan sistem Aron,
yaitu saling membantu dengan perjanjian tenaga diganti dengan tenaga
16
Dalam hal pemupukan tanaman padi masyarakat desa ini hanya melakukan sekedar saja dan biasanya hanya sekali pemupukan. Hal ini dikarenakan oleh
tingginya harga pupuk sedangkan masyarakat tidak sanggup untuk membeli pupuk. Saat itu pupuk yang tersedia adalah pupuk non subsidi karena pupuk subsidi
pemerintah baru muncul di tahun 1982. Untuk lahan seluas setengah hektar . Dalam
pengolahan lahan pertanian masyarakat Desa Lau Kapur masih belum menggunakan traktor melainkan dengan tenaga kerbau untuk membajak lahan pertanian. Lahan
yang digunakan oleh masyarakat sebagai lahan untuk persawahan hanyalah lahan yang bisa dialiri oleh sungai dan yang agak landai. Dengan sedikitnya lahan yang bisa
digunakan untuk penanaman padi membuat masyarakat desa ini tetap menanam pisang sebagai tanaman tambahan. Mengingat pada waktu itu, jajanan yang instan
belum ada ditemui di Desa Lau Kapur. Lahan yang di tanami padi adalah lahan-lahan yang dialiri sungai untuk
mempermudah pengairan ke sawah –sawah tersebut karena pada saat itu sistem irigasi masih sangat minim. Pada saat itu pompa air untuk mengaliri lahan yang
kering juga belum ada, sehingga masyarakat menghindari resiko gagal panen juga.
16
Aron adalah sebuah istilah dengan bahasa setempat masyarakat yang artinya saling tolong menolong dengan cara bergantian ke ladang petani dalam setiap penanaman maupun panen. Hal ini
dilakukan sendiri oleh petani yang mempunyai lahan.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat hanya menggunakan pupuk sekitar 8-10 kg dari mulai menanam sampai panen
17
. Masyarakat sering mengalami kegagalan panen karena tidak mampu mengatasi masalah kekurangan pupuk untuk kesuburan tanah. Kalaupun ada
masyarakat yang mampu membeli pupuk namun mereka pasti enggan untuk melakukan pemupukan karena jika gagal panen maka hasil yang didapatkan tidak
sesuai dengan pengeluaran yang sudah ada. Selama pertumbuhan tanaman padi, sangat dianjurkan pemupukan yang ideal. Ketika padi yang kekurangan salah satu
unsur pokok pada pertumbuhan akan menyebabkan tanaman padi tumbuh tidak normal seperti pertumbuhan terhambat, anakan padi berkurang, rentan terhadap
penyakit dan hama tanaman. Oleh karena itu komposisi pemberian pupuk yang tepat adalah nitrogen, fosfor,dan kalium
18
17 Wawancara: B.Ginting, Lau Kapur , 17 Mei 2014
18 Suparyono dan Agus Setyono, Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi, Jakarta: Penebar Swadaya,1997, hal
49.
. Pemberian komposisi pupuk ini terkandung dalam jenis pupuk Urea, pupuk
TSP dan pupuk KCL. Pemupukan yang ideal itu biasanya dilakukan dengan beberapa tahap seperti satu hari sebelumsesudah tanam, kira-kira satu bulan setelah tanam, 45
hari setelah tanam. Sementara di Desa Lau Kapur ini, pemupukan tanaman padi hanya dilakukan sekali saja dan ada sebagian masyarakat yang hanya memupuk
tanamannya dengan satu jenis pupuk saja, sehingga hasil pertanian kurang memuaskan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk pengolahan lahan masyarakat tidak perlu banyak mengeluarkan biaya karena mereka melakukan sistem aron dan ada juga yang mengajak sanak saudara
supaya lebih menghemat biaya dan cara kerjanya pun lebih cepat karena itu dilakukan untuk bergantian dengan lahan saudara yang mempunya sawah juga. Selain resiko
gagal panen diakibatkan oleh kurangnya pupuk untuk kesuburan tanah dan ada juga resiko lain yaitu serangan hama tanaman seperti tikus yang dapat merusak tanaman
padi tersebut dan sering juga terjadi karena kondisi alam. ketika padi sudah mulai merunduk tiba-tiba datang angin kencang dalam bahasa setempat dikenal dengan
lapat yang dapat merusak tanaman padi dan membuat padi rusak dan berjatuhan. Hal ini yang bisa membuat gagal panen. Apabila panen berhasil masyarakat biasanya
menghasilkan padi yang banyak . Untuk setengah hektar luas lahan, atau sekitar dua rantai persawahan membutuhkan bibit kurang lebih 30 kaleng padi. Namun apabila
masyarakat mengalami gagal panen, hasil yang didapat tidak sebanding dengan bibit dan tenaga serta biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk yang dibutuhkan.
Jika gagal panen biasanya dengan bibit 30 kaleng padi itu hanya memperoleh hasil sekitar 50-60 kaleng padi. Hal ini tidak sesuai lagi dengan biaya dan tenaga yang
sudah dikeluarkan. Hasil yang didapatkan ini tentu saja tidak mencukupi untuk persediaan selama setahun untuk satu keluarga. Oleh sebab itu masyarakat menanam
tanaman tambahan seperti pisang. Dari tahun ke tahun produksi padi di Desa Lau Kapur mengalami penurunan
dan semakin lama masyarakat semakin tidak bisa mempertahankan hasil panen padi
Universitas Sumatera Utara
saja. Tanaman padi yang menjadi tanaman inti di desa ini menjadi merosot dan menghantar masyarakat mengalami kesulitan. Keadaan yang rendah tingkat
perekonomian ini akan mengancam kelangsungan hidup masyarakat apabila masyarakat tidak segera menemukan solusi yang tepat dan menemukan tanaman lain
yang lebih mampu meningkatkan kehidupan mereka. Tanaman padi yang ditanam secara serentak pada bulan November belum tentu bisa mendapat hasil sesuai dengan
hati para petani, dan tidak dapat dipastikan hasil setiap tahunnya. Akibat penurunan hasil tanaman padi dalam pertanian masyarakat yang
cenderung tidak mampu untuk membiayai kebutuhan selama setahun, maka sulit bagi para petani untuk tetap bertahan dengan menanam padi saja. Masyarakat tidak jarang
hanya memakan sagu di pagi hari dan memakan nasi pada siang harinya untuk menghemat beras tersebut
19
Keterbatasan ekonomi di Desa Lau Kapur sebelum tahun 1974 sangat jelas kelihatan. Ini terlihat dari tingkat pendidikan yang rendah. Sebelum tahun 1974
pendidikan di Desa Lau Kapur ini sangat rendah, masih banyak masyarakat yang . Hasil panen yang dihasilkan biasanya untuk
kelangsungan hidup selama setahun. Namun tidak jarang juga masyarakat harus menjual hasil panen sebagian untuk biaya sekolah anaknya, itupun jika hasil panen
bagus. Namun lain lagi jika para petani mengalami kegagalan panen, masyarakat harus berusaha menghemat dan menanam jagung dan ubi supaya bisa membantu
biaya untuk kehidupan sehari-hari.
19
Wawancara: Tomas Ginting, Lau Kapur, 21 Mei 2014
Universitas Sumatera Utara
menyekolahkan anaknya hanya sebatas sekolah dasar dan yang paling tinggi saat itu adalah hanya SLTP
20
20
Wawancara: Cakap Ginting, Lau Kapur,19 Mei 2014
. Rendahnya perekonomian masyarakat yang hanya mengandalkan tanaman padi sebagai mata pencaharian juga dapat dilihat dari bentuk-
bentuk rumah yang ada di Desa Lau Kapur. Rumah-rumah masih sangat sederhana seperti rumah si waluh jabu dan rumah yang memiliki lantai papan dan atap ijuk.
2.3 Pertanian Tembakau