Perkembangan Pertanian Jagung Desa Lau Kapur

memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung berumur panjang dengan waktu panen 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya dibuat 40x100 cm 2 biji lubang. Dan Jagung berumur sedang panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm 1 bijilubang. Pada tahun 1980, masyarakat desa lebih fokus lagi untuk menanam tanaman jagung saja karena pada masa itu tanaman jagung sudah semakin tumbuh berkembang dan jenis bibit yang semakin banyak dengan merk-merk berbeda yang di keluarkan oleh pemerintah dan dijual oleh kios- kios untuk lebih mudah mendapatkannya. Kadang ada juga bantuan buat masyarakat oleh pemerintah sehingga masyarakat membeli bibit dan pupuk tidak terlalu mahal. Pekerjaan petani hanya merawat tanaman jagung saja dan memperhatikan perkembangannya. Walaupun cara kerjanya yang tidak susah tetapi masyarakat sangat memperhatikan perkembangan jagung mereka supaya membuahkan hasil. Sekalipun begitu masyarakat tetap menanam padi untuk dikonsumsi sendiri.

3.2 Perkembangan Pertanian Jagung Desa Lau Kapur

Pada tahun 1980 perkembangan pertanian jagung ini sangat pesat di Desa Lau kapur. Masyarakat semakin banyak yang membudidayakan tanaman Jagung. Setelah 6 tahun masyarakat melakukan percobaan terhadap pertanian jagung, tanaman jagung pun berbuah dan menghasilkan hasil yang cukup maksimal. Hal ini menambah semangat masyarakat Desa Lau Kapur untuk membudidayakan tanaman jagung lebih Universitas Sumatera Utara banyak lagi. Banyak masyarakat yang berlomba-lomba untuk menanam jagung di Desa Lau Kapur. Walau pun proses penanaman jagung ini sangat mudah tetapi masyarakat sangat memperhatikan perkembangannya karena masyarakat melihat keuntungan yang didapat dari hasil pertanian Jagung. Semakin lama pertanian jagung semakin meningkat dan masyarakat sangat antusias untuk menanam jagung dan membuka lahan yang dulu nya merupakan hutan. Alasan yang melatarbelakangi petani lebih banyak untuk menanam jagung karena penanamannya lebih praktis dibandingkan dengan pertanian sebelumnya. Kemudian petani bisa memanen jagung dengan waktu yang tidak lama. Dan menjualkan hasil panen mereka kepada tauke dengan harga yang setiap harinya berbeda-beda. Maka dari itu harga jagung masyarakat pun saat itu bisa berbeda-beda karena waktu panen yang berbeda-beda juga 28 . Peningkatan pembudidayaan terhadap tanaman Jagung oleh masyarakat Desa Lau Kapur tentu berdampak pada jumlah tanaman jagung yang ditanam serta luas lahan yang bertambah digunakan. Peningkatan luas lahan ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini : 28 Wawancara : Jeukur Ginting, Lau Kapur, 15 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara Perkembangan Luas Lahan yang digunakan dari Tahun ke Tahun No Tahun Luas lahan ha 1 1974 30 2 1979 45 3 1984 65 4 1991 85 5 2000 92 Sumber : Wawancara dengan B Ginting, Rejeki Ginting, Kira Ginting, serta data dari kantor Kecamatan Tigabinanga, Mei 2014. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hingga tahun 2000 masih terjadi perluasan lahan untuk penanaman jagung di Desa Lau Kapur. Tabel diatas dikerjakan oleh 80 kepala keluarga pada saat itu. Kepemilikan lahan untuk pertanian jagung biasanya dimiliki oleh marga Ginting yang ada di desa tersebut. Ada masyarakat yang mempunyai lahan yang luas ada juga yang hanya sedikit, hal ini tergantung dengan warisan yang dimiliki setiap keluarga yang ada di desa ini. karena luas lahan mempengaruhi pendapatan masyarakat 29 Dengan perkembangan zaman maka cara tanam jagung pun semakin mudah, bibit juga sudah banyak di jual di pasaran sehingga masyarakat lebih mudah membeli dan pupuk sudah banyak juga di tawarkan di pasaran seperti SP36, Urea , Kcl, Za, . 29 Wawancara: Berto Tarigan, Tiga Binanga, 15 Agustus 2014 Universitas Sumatera Utara Ponska yang dulunya sangat susah untuk di cari dan harga yang mahal. Dan berbeda dengan sekarang masyarakat harus memakai pupuk tersebut karena jika tidak menggunakan pupuk tersebut maka hasil panen yang di dapat juga bisa menurun. Ketertarikan masyarakat Desa Lau Kapur bukan hanya hasil yang cukup memuaskan tetapi juga karena jagung juga memiliki banyak manfaat. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Perkembangan pertanian jagung di Desa Lau Kapur bisa dilihat secara kasat mata. Masyarakat semakin banyak menanam jagung. Ini ditandai dengan semakin banyaknya terlihat tanaman jagung yang diusahakan masyarakat. Pada tahun 1985 bisa dipastikan masyarakat semuanya melakukan pertanian jagung 30 30 Wawancara, Rasul Tarigan, Lau Kapur, 12 Agustus 2014 . Masyarakat menjadi petani jagung seluruhnya karena masyarakat sudah fokus ke pertanian jagung. Bahkan ada juga masyarakat yang tidak lagi mengerjakan sawah untuk pertanian padi karena masyarakat tersebut merasa lebih banyak keuntungan dengan melakukan pertanian jagung. Masyarakat tersebut mengubah persawahan menjadi ladang untuk menanam jagung . Hal inilah yang mengakibatkan sekarang ini banyak terlihat tanaman padi tumbuh bersebelahan dengan ladang jagung. Namun, ada juga masyarakat yang masih tetap mengusahakan persawahan untuk menanam padi untuk kebutuhan sehari-hari karena harga beras yang sangat tinggi. Untuk menghemat Universitas Sumatera Utara pengeluaran, ada masyarakat yang menanam padi supaya mereka tidak membeli beras dari pasar. Dengan berkembangnya zaman dan pemerintah juga sudah melihat perkembangan tanaman tersebut maka di keluarkanlah berbagai jenis bibit unggul yang dianggap mempercepat jagung berkermbang. Jagung Hibrida yang lagi berkembang di pasaran seperti jagung hibrida C-1, IPB-4, Pioner 1, dan pioner 2. Karena jagung hibrida dianggap jagung yang unggul karena memiliki produksi yang tinggi dan memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit yang sering menyerang jagung 31 Ada pun perbedaan tanaman jagung yang bibit lokal dan bibit hibrida adalah jika masyarakat menanam bibit lokal dalam satu hektar maka yang diperlukan oleh masyarakat adalah tenaga manual lima puluh orang dengan gaji Rp 250000ha, dalam penanaman juga diperlukan orang sepuluh orang untuk menanam, bibit yang dipergunakan dua puluh kilo per hektar, pupuk yang digunakan sesudah ditanam selama tiga puluh hari pemupukan pertama dilakukan dengan pupuk UREA dan TSP sehingga dalam satu hektar pupuk UREA yang digunakan empat karung pupuk dan TSP digunakan dua karung. Pada saat pemupukan dalam satu genggam pupuk yang ditabur untuk sepuluh pokok tanaman jagung, dengan racun yang digunakan berupa baterai senter dan minyak lampu supaya tanaman tersebut tidak diserang oleh semut. Tenaga yang digunakan oleh masyarakat sesudah siap panen adalah tenaga pipil dan . 31 AAK :Teknik Bercocok Tanam Jagung, op. Cit, hlm 60 Universitas Sumatera Utara dana yang dikeluarkan oleh masyarakat sekitar Rp 3000000ha, dengan total hasil empat ton per hektarnya. Sedangkan untuk jagung hibrida dalam satu hektar tenaga yang dipakai tenaga teraktor dengan gaji Rp 900000ha, bibit yang dipergunakan sekitar tujuh belas kilo per hektar dengan penanaman yang dilakukan sepuluh orang dalam satu hektar dan pupuk yang digunakan sesudah lima belas hari ditanam adalah menggunakan pupuk UREA yang digunakan tiga karung, SP36 digunakan empat karung, KCL yang digunakan satu karung dan ZAgaram digunakan dua karung untuk tanaman dalam satu hektar dan ditabur sepuluh cm dari tiap pohon jagung tersebut. Dan sesudah empat puluh hari sesudah tanam dilakukan pemupukan ke dua dengan pupuk UREA dengan jumlah lima karung dan PONSKA tiga karung dan ditabur sekitar dua puluh cm dari pohon jagung tersebut. Dalam satu genggam pupuk yang ditabur hanya untuk empat pohon jagung saja dan racun yang dipergunakan untuk menghilangkan semut pada tanaman tersebut adalah marsal. Setelah dipanen jagung hibrida tersebut tenaga yang dipergunakan adalah tenaga mesin dan hasil yang didapatkan dalam satu hektar sekitar sembilan ton per hektar 32 Ketika bibik Hibrida ini semakin berkembang maka masyarakat tidak perlu lagi untuk repot untuk memilih benih dulu yang diambil dari hasil panen lagu tetapi mereka tinggal membelinya di toko yang menyediakan. Karena jagung Hibrida juga merupakan bibit yang di lakukan hanya sekali pakai saja karena bibit ini sudah di kemas bagus oleh pabrik penjualan bibit tersebut. Dan dengan berkembangnya bibit . 32 Wawancara, Perdamenta Ginting, Lau Kapur, 17 Mei 2014 Universitas Sumatera Utara unggul tersebut maka masyarakat juga semakin mudah untuk membudidayakan tanaman tersebut karena seiring dengan di keluarkannya bibit unggul tersebut maka di keluarkan juga herbisida yang mampu untuk membasmi penyakit, hama dan membasmi rumput juga pada tumbuhan tersebut sehingga masyarakat tidak perlu lagi repot untuk mengerjakan itu semua. Dengan berkembangnya pertanian jagung yang semakin pesat di Desa Lau Kapur ini mempengaruhi cara kerja serta tenaga kerja yang dibutuhkan masyarakat semakin banyak. Cara kerja yang dimaksud adalah semakin banyak yang bersemangat untuk bekerja di Desa Lau Kapur, masyarakat juga belajar cara membudidayakan tanaman jagung dengan semakin baik. Tenaga kerja yang banyak dibutuhkan masyarakat terutama pada masa panen. Untuk masa penanaman sampai proses perawatan tanaman jagung masyarakat hanya memakai tenaga sendiri, seperti menanam jagung tersebut, membersihkan lahan dari rumput liar. Untuk perawatannya, masyarakat menggunakan cara yang lebih praktis yaitu dengan menyemprotkan herbisida. Salah satu jenis herbisida yang sangat dikenal oleh masyarakat yang ampuh untuk membasmi rumput yaitu Round-up. Tenaga yang di butuhkan pada masa panen jagung di Desa Lau Kapur sangat berbeda dengan tenaga pada saat perawatan karena pada waktu panen benar-benar di butuhkan tenaga yang banyak dan melelahkan. Namun tidak begitu lama untuk panen tersebut tetapi harus memiliki tenaga yang kuat. Jadi bisa di pastikan pada masa panen jagung itu masyarakat hanya fokus ke panen itu saja terlebih dahulu. Universitas Sumatera Utara Pada saat panen ini tenaga kerja sangat banyak dibutuhkan. Pada masyarakat yang tinggal di pedesaan, tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang paling utama dalam pengolahan lahan pertanian. Untuk itu seluruh potensi dan sumber daya yang ada di dalam keluarga diusahakan untuk dapat dimaksimalkan penggunaannya. Keadaan ini juga sangat berpengaruh pada saat panen jagung oleh masyarakat di Desa Lau Kapur, mereka sangat mengandalkan tenaga keluarga untuk panen. Pada saat panen jagung , di Desa Lau Kapur ini selain menggunakan tenaga keluarga untuk tenaga kerja ada juga tenaga kerja upahan atau yang sering disebut dengan “gajian” 33 Selain tenaga kerja upahan, petani juga sering melibatkan kerabat untuk ikut aron di ladang mereka. Hal ini sering dilakukan pada saat pekerjaan sangat banyak biasanya pada saat panen dan sulit mendapatkan orang yang mau gajian. Tenaga kerja untuk panen harus banyak membutuhkan sumber daya manusia. Biasanya masyarakat melakukan pemipilan jagung dengan mesin supaya proses kerjanya lebih . Orang gajian ini berasal dari desa itu dan ada juga yang datang dari desa sebelah. Karena dengan ikut panen jagung tersebut mereka juga bisa menambah uang saku mereka karena untuk panen saja masyarakat juga bisa mendapatkan gaji yang cukup. Biasanya orang yang kerja upahan itu bekerja tidak hanya kepada satu orang saja tetapi ada beberapa petani yang kekurangan tenaga untuk panen jagung tersebut. 33 Gajian adalah tenaga kerja yang diberikan upah untuk bekerja memetik jagung di ladang masyarakat dan upahnya sekitar 3000 per goni. Universitas Sumatera Utara cepat, dan sangat berbeda dengan cara pemipilan dengan tenaga manual cara kerjanya semakin lama dan perlu proses yang lama juga untuk menyelesaikan hasil panen tersebut. Setelah jagung tersebut siap di panen dan di kumpulkan dalam suatu tempat maka di masukkan ke dalam mesin pemipil yang telah di sediakan supaya proses pemipilan lebih cepat. Kapasitas jagung yang di pipil pun lebih banyak di bandingkan yang di pipil oleh tangan. Setelah jagung siap di pipil oleh mesin kemudian di masukkan ke dalam suatu karung yang besar supaya lebih mudah untuk menjual kepada tauke. Penggilingan yang di lakukan masyarakat tidak beraturan ada yang pagi hari, siang hari dan kadang ada juga yang malam hari karena untuk pemipilan jagung tersebut masyarakat juga harus antri, karena masyarakat juga berlomba-lomba supaya lebih cepat menghasilkan uang. Kadang tongkol jagung yang sudah siap di panen di gunakan masyarakat untuk menjadi bahan bakar mereka untuk memasak supaya lebih irit dan tidak mengambil kayu bakar lagi ke hutan. Dengan semakin berkembangnya pertanian jagung di Desa Lau Kapur, pemasaran jagung juga berkembang. Lambat laun tauke jagung bermunculan di desa ini. Pada awalnya tauke jagung hanya dua orang di desa ini. Namun, seiring banyaknya produksi jagung dari daerah ini semakin banyak bermunculan para tauke. Tempat memasarkan jagung di Desa Lau Kapur ini adalah yang paling utama pada agentauke yang ada di Desa Lau Kapur. Kemudian tauke yang ada di desa ini memasarkan lagi jagung tersebut keluar dari desa ke agen yang lebih besar untuk dilakukan penggilingan tahap kedua. Para petani tidak perlu jauh- Universitas Sumatera Utara jauh untuk memasarkan jagung mereka, karena tauke sendirilah yang mendatangi rumah-rumah penduduk untuk membeli jagung tersebut. Di Desa Lau Kapur ini ada sistem pemasaran yang terikat. Ada semacam kewajiban masyarakat untuk menjual hasil panen jagung nya kepada tauke tertentu. Hal ini terjadi karena ada perjanjian dengan tauke tertentu karena peminjaman modal awal untuk penanaman serta biaya hidup mereka sebelum panen tiba. Kewajiban petani untuk menjual hasil pertaniannya karena petani kekurangan modal untuk membeli pupuk serta untuk membiayai sekolah maupun sehari-hari ketika jagung belum bisa dipanen. Untuk para petani tersebut ada yang memasarkan hasil panen jagungnya kepada salah seorang tauke karena ada unsur untuk balas budi. Selain itu, keterikatan pada seorang tauke juga bukan hanya karena peminjaman yang dilakukan petani namun karena ada hubungan kerabat. Sekalipun kerabatnya tersebut tidak mempunyai utang terhadap tauke itu. Persaudaraan dan kekerabatan di Desa Lau Kapur ini masih sangat kental. Misalnya yang semarga, atau pun masih mempunyai ikatan darah kepada tauke tersebut. Sekali pun sudah ada sistem pemasaran yang terikat di desa ini, tetapi masih ada masyarakat yang masih mau menjual jagungnya ke agen lain. Karena jika semuanya dijual ke tauke yang punya kesepakatan dengannya maka akan dipotong utang. Petani diam-diam menjual sebagian jagungnya ke tauke lain dengan beda lahan yang mereka punya. Hal inilah yang mengakibatkan keretakan hubungan tauke dengan petani tersebut. Jika ketahuan menjual diam-diam maka si tauke akan Universitas Sumatera Utara meminta dibayar lunas utang petani tersebut. Namun, ada juga petani yang tidak mendapat sanksi yang jelas dari si tauke. Hal ini terjadi karena si tauke juga perlu petani untuk kelangsungan usahanya. Dari hasil penelitian, tauke banyak meraup keuntungan dari usaha menjadi tauke jagung dibandingkan tauke pada usaha yang lain. Dengan semakin berkembangnya pertanian jagung di Desa Lau Kapur ini maka semakin mudah untuk memasarkan jagung dan muncul banyak tauke-tauke kecil di desa ini. Perkembangan pertanian jagung ini juga diakibatkan harga jagung yang semakin melonjak. Sehingga petani yang tinggal di Desa Lau Kapur biasanya lebih fokus untuk menanam jagung saja karena sangat susah bagi mereka untuk mengolahnya menjadi makanan karena keterbatasan alat, namun jagung yang masih muda kadang di buat mereka sebagai makanan tambahan mereka seperti pergedel dan bakwan namun sesudah jagung sudah tua bisa di goreng untuk cemilan sehari- hari, namun jarang orang yang membuat seperti itu karena lebih memilih makanan yang siap saji. Universitas Sumatera Utara BAB IV PENGARUH PERTANIAN JAGUNG BAGI MASYARAKAT DESA LAU KAPUR Pertanian baru yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lau Kapur sejak tahun1974 ini membawa pengaruh terhadap masyarakat desa ini. Banyak sekali perubahan yang terlihat sampai pada tahun 2004. Selama tiga puluh tahun menggeluti pertanian jagung masyarakat mulai berkembang dan tidak subsistensial lagi. Pertanian jagung yang dimulai sejak tahun 1974 mendapat tempat nomor satu pada masyarakat desa ini. Petani jagung membuat tanaman jagung ini sebagai tanaman untuk menafkahi keluarga para petani. Seperti yang sudah dijelaskan di bab yang sebelumnya bahwa pertanian jagung ini berkembang sangat cepat dan mendapat perhatian dari masyarakat Desa Lau Kapur dan menjadikan tanaman jagung menjadi tanaman pokok. Semakin tahun semakin banyak yang memperluas lahan untuk menanam tanaman jagung. Ini diakibatkan kecocokan tanaman jagung untuk tumbuh di daerah ini dan harga jagung yang melonjak saat itu. Dari hasil pertanian jagung ini, sangat banyak perubahan yang terlihat di Desa Lau Kapur dan merupakan pengaruh dari pertanian jagung ini. Pertanian jagung di Desa Lau Kapur mempunyai pengaruh yang sangat banyak. Universitas Sumatera Utara Ada banyak pengaruh yang bisa kita lihat dari pertanian jagung yang ada di Desa Lau Kapur ini antara lain:

4.1 Tingkat Pendapatan