Pendidikan Pertanian Jagung Di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo (1974-2004)

4.2 Pendidikan

Pendidikan sangat penting bagi masa depan anak-anak. Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk mencapai tingkat kemajuan serta faktor untuk mendapat kehidupan yang lebih layak. Pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan. Pendidikan ini merupakan suatu konsumsi yang sangat erat hubungannya dengan lingkungan sosial dan sudah merupakan tuntutan zaman. Pendidikan biasanya bisa didapatkan dimana saja. Baik itu pendidikan non formal maupun pendidikan formal. Manfaat pendidikan sangatlah banyak mulai dari mempersiapkan diri untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan, dll. Pendidikan yang dimaksud dalam pemikiran masyarakat Desa Lau Kapur bukanlah pengalaman yang mereka dapat dalam menghadapi hidup. Dibalik semua itu, masyarakat Desa Lau Kapur menginginkan anak-anaknya mendapat pendidikan formal dari instansi pemerintahan. Bagi petani desa, motivasi untuk menyekolahkan anak-anakan mereka mulai dari SD sampai SMA bahkan ke perguruan tinggi merupakan kewajiban setiap keluarga. Kesadaran akan pendidikan dalam diri masyarakat Desa Lau Kapur sudah ada sejak dahulu. Akan tetapi akibat oleh pendapatan yang sangat minim sehingga banyak masyarakat yang tidak mampu membiayai sekolah anak mereka sehingga anak-anak mereka hanya disekolahkan Universitas Sumatera Utara sebatas SMP Sekolah menengah Pertama bahkan ada yang tidak tamat SD Sekolah Dasar. Dari pengalaman masyarakat desa ini, banyak orang tua yang terpaksa tidak menyekolahkan anaknya karena kekurangan biaya, mengingat biaya pendidikan sangat mahal. Pada saat masyarakat Desa Lau Kapur melakukan pertanian cengkeh dan tembakau, memang sudah ada yang menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMA, namun hanya beberapa orang saja. Ada pun masyarakat yang berani menyekolahkan anaknya sampai tingkat perguruan tinggi itu harus rela menjual tanah mereka untuk biaya kuliah. Namun, ada juga beberapa masyarakat yang tidak rela melakukan hal tersebut, dikarenakan pemikiran serta kurangnya pemahaman tentang arti pentingnya pendidikan. Banyak masyarakat yang belum berani untuk menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMA Sekolah Menengah Atas. Sebelum tahun 1970, masyarakat Desa Lau Kapur banyak yang tidak mengecap pendidikan. Baru pada masa pertanian cengkeh dan tembakau, sudah ada kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Ini terbukti dengan bertambahnya gedung sekolah yang ada di Desa Lau Kapur . Ini juga dibarengi dengan peran pemerintah untuk menyalurkan tenaga pengajar serta membuka gedung sekolah baru. Pada tahun 1969, di desa ini sudah ada satu buah Sekolah Dasar, sedangkan Sekolah Menengah Pertama masih tetap berada di Kecamatan. Ini yang mengakibatkan masyarakat enggan menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi. Bukan hanya karena biaya pendidikan namun juga karena akses mendapatkan pendidikan harus membutuhkan Universitas Sumatera Utara tenaga serta perjuangan yang sangat berat. Untuk ke tingkat SMP saja, selain biaya sekolah yang relatif mahal, juga karena akses ke sekolah tersebut sangat jauh. Bukan hanya uang sekolah yang harus dipikirkan tetapi biaya seragam sekolah juga,dll. Anak-anak yang sekolah ke SMP harus berangkat jam enam pagi ke sekolah supaya tidak terlambat. Itupun harus jalan kaki sejauh 8 km. Hal diataslah yang membuat anak-anak malas sekolah dan orangtua merasa kasihan terhadap anaknya karena harus menempuh jarak sejauh 8 km. Keadaan seperti inilah yang membuat masyarakat yang tidak tamat SMP pada tahun 1970 an di Desa ini. selain akses jalan, biaya yang mahal juga meguras tenaga serta pikiran hanya untuk pergi sekolah ke tingkat SMP 36 Hal inilah salah satu alasan masyarakat untuk menyekolahkan anak mereka lebih tinggi. Setiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. . Dengan pertanian jagung ini, masyarakat sudah bisa menyekolahkan anaknya ke tingkat SMA bahkan sudah banyak yang menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi. Para orangtua mengharapkan supaya anak-anak mereka kelak tidak sama nasibnya dengan mereka. Harapan ini juga sudah ada sejak jaman dahulu, maksudnya supaya kelak anak-anak mereka harus mempunyai kehidupan yang lebih layak dan lebih baik dari orangtua nya. Masyarakat tidak ingin profesi mereka saat ini menurun kepada anak-anaknya nanti, dan anak-anak mereka tidak bekerja di ladang dan tidak kena terik matahari dan dinginnya air hujan saat sedang bertani di ladang. 36 Wawancara: Kena Ukur Br Sembiring, Lau Kapur, 29 Mei 2014 Universitas Sumatera Utara Sejak masyarakat Desa Lau Kapur menjadi petani jagung tingkat pendidikan sudah semakin membaik. Keinginan untuk menyekolahkan anak ini terlihat dari upaya masyarakat untuk giat bekerja sebagai petani. Hal ini bisa dilihat dari cara mereka bekerja dan juga pemanfaatan waktu supaya tidak terbuang percuma. Peningkatan tingkat pendidikan bisa kita lihat di dalam tabel sebagai berikut: Persentase tingkat pendidikan pada pertanian di Desa Lau Kapur Jenis Pertanian No Tingkat Pendidikan Cengkeh Tembakau Jagung 1 Sekolah Dasar 35 50 95 2 SLTP 10 25 80 3 SMA - 15 75 4 Perguruan Tinggi - 5 50 Sumber: Wawancara: Sebat Tarigan, Lau Kapur, serta data dari kantor Kepala Desa Lau Kapur, 20 Mei 2014 37 Dari tabel diatas dapat di simpulkan bahwa dengan adanya pertanian jagung maka perkembangan pertanian juga sangat meningkat di Desa Lau Kapur tersebut. Di dalam membiayai kebutuhan pendidikan untuk anak, masyarakat berusaha untuk memenuhi kebutuhan sekolah yang layak untuk anaknya . hal ini membuat mereka memeras tenaga serta pikiran untuk mengatasi segala keperluan-keperluan mereka . 37 Wawancara: Sebat Tarigan, Lau Kapur, 20 Mei 2014 Universitas Sumatera Utara sekolah. Dalam mengatasi keperluan sekolah petani tidak jarang untuk melakukan pinjaman ke taukeagen jagung. Dibalik semua itu keinginan untuk menyekolahkan anak ini karena tingkat pendapatan masyarakat sudah tinggi yaitu dari hasil pertanian jagung yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lau Kapur. Pada tahun 1970, masih sangat minim keinginan masyarakat untuk menamatkan anaknya tingkat SMA bahkan untuk pendidikan perguruan tinggi masih bisa dihitung pakai jari. Namun, setelah tahun 1980, masyarakat berlomba-lomba untuk menyekolahkan anak-anak mereka dengan harapan kehidupan anak mereka kelak lebih baik dari kehidupan orangtuanya sekarang. Masyarakat beranggapan bahwa dengan pendidikan yang tinggi bisa lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, serta kehidupan mereka tidak lagi sebagai petani. Masyarakat juga mengharapkan kelak anak mereka tidak lagi menahan panasnya matahari dan dinginnya air hujan. Hal inilah yang membuat masyarakat Desa Lau Kapur berusaha keras untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Mereka rela menguras tenaga serta pikiran supaya mereka bisa menyekolahkan anak- anak mereka sampai ke perguruan tinggi.

4.3 Kesehatan