sekolah. Dalam mengatasi keperluan sekolah petani tidak jarang untuk melakukan pinjaman ke taukeagen jagung. Dibalik semua itu keinginan untuk menyekolahkan
anak ini karena tingkat pendapatan masyarakat sudah tinggi yaitu dari hasil pertanian jagung yang dilakukan oleh masyarakat Desa Lau Kapur. Pada tahun 1970, masih
sangat minim keinginan masyarakat untuk menamatkan anaknya tingkat SMA bahkan untuk pendidikan perguruan tinggi masih bisa dihitung pakai jari. Namun, setelah
tahun 1980, masyarakat berlomba-lomba untuk menyekolahkan anak-anak mereka dengan harapan kehidupan anak mereka kelak lebih baik dari kehidupan orangtuanya
sekarang. Masyarakat beranggapan bahwa dengan pendidikan yang tinggi bisa lebih
mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, serta kehidupan mereka tidak lagi sebagai petani. Masyarakat juga mengharapkan kelak anak mereka tidak lagi
menahan panasnya matahari dan dinginnya air hujan. Hal inilah yang membuat masyarakat Desa Lau Kapur berusaha keras untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
Mereka rela menguras tenaga serta pikiran supaya mereka bisa menyekolahkan anak- anak mereka sampai ke perguruan tinggi.
4.3 Kesehatan
Dari hasil pertanian Jagung di Desa Lau Kapur pendapatan masyarakat semakin meningkat. Selain itu di bidang pendidikan masyararakat sudah mulai
memperhatikan kesehatan mereka. Masalah kesehatan begitu penting bagi setiap
Universitas Sumatera Utara
orang begitu juga dengan masyarakat di desa ini. Puskesmas di desa ini sudah ada sejak tahun 1980. Namun kesadaran masyarakat untuk berobat ke puskesmas sangat
minim. Masyarakat yang berobat ke puskesmas ini hanya beberapa orang saja. Masyarakat lebih memilih untuk pergi berobat secara tradisional karena lebih murah.
Hal ini karena tingkat perekonomian masyarakat sangat rendah sehingga lebih memilih pengobatan tradisional daripada pergi ke puskesmas yang biaya nya lebih
mahal. Kalau berobat secara tradisional hanya memerlukan biaya yang sedikit untuk upah yang memberi obat, sedangkan ke puskesmas mereka harus membayar biaya
pengobatan serta menebus obat dari puskesmas. Untuk ibu-ibu yang mau melahirkan pun mereka lebih memilih ke dukun beranak daripada ke bidan desa. Kalau
melahirkan dengan bidan desa lebih mahal biayanya dibanding dengan dukun beranak. Proses melahirkan dengan bantuan dukun beranak hanya mengeluarkan
biaya yang sedikit. Hanya beberapa masyarakat yang mau berobat ke puskesmas. Masyarakat yang lainnya lebih memilih untuk berobat secara tradisional. Masyarakat
mau berobat ke puskesmas hanya karena obat tradisional tidak mampu lagi mengobati.
Sejak pertanian jagung ada di desa ini serta tingkat pendapatan mulai meningkat, kesadaran masyarakat untuk memperhatikan kesehatan dan berobat ke
puskesmas mulai ada. Lambat laun, masyarakat mulai meninggalkan pergi berobat ke dukun dan mempercayai medis. Hal ini dibarengi juga semakin berkurangnya dukun
di Desa Lau Kapur ini. Selain pengobatan yang mendapat penjelasan yang lebih baik
Universitas Sumatera Utara
mereka juga sudah mulai memilih ke puskesmas karena pengobatan yang lebih steril. Untuk ibu-ibu yang mau melahirkan juga sudah banyak yang membutuhkan bidan
dibanding dukun beranak. Masyarakat sudah lebih peduli dengan kesehatan mereka setelah perekonomian mereka meningkat.
Peran pemerintah dalam hal kesehatan juga cukup tinggi antara lain menambah beberapa orang bidan yang tidak hanya ditempatkan di desa tetapi sudah ada per
dusun sekalipun puskesmas hanya ada di desa saja. Dengan adanya penyuluhan yang dilakukan bidan serta dinas kesehatan tentang arti pentingnya kesehatan membuat
masyarakat mau mengunjungi puskesmas. Bidan yang ada di dusun ada yang tinggal dirumah penduduk yang tidak dipakai atau menyewa rumah. Masyarakat yang
dulunya takut berobat ataupun mengimunisasi anak mereka mulai datang ke puskesmas.
Setelah masyarakat beralih menjadi pertani cengkeh dan tembakau, sebenarnya kesadaran tentang kesehatan sudah ada, namun masyarakat takut tidak bisa membayar
biaya pengobatan. Bahkan ada masyarakat yang tidak mau mengimunisasikan anaknya ke puskesmas karena takut membayar padahal sudah ada penyuluhan kalau
imunisasi tersebut gratis. Setelah pendapatan serta tingkat perekonomian masyarakat semakin tinggi sehingga masyarakat mulai berani ke puskesmas. Dengan demikian
dapat dikatakan dengan adanya pertanian kopi dan meningkatnya perekonomian masyarakat Desa Lau Kapur bukan hanya mengubah masyarakat untuk lebih
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan pendidikan serta kehidupan di desa dan transportasi namun juga memperhatikan kesehatan masyarakat itu sendiri.
Sehingga dengan meningkatnya tingkat pendapatan seseorang maka seseorang akan semakin konsumtif. Hal ini terjadi karena seseorang memiliki pendapatan yang
tinggi, ketika dia menginginkan suatu barang atau suatu hal karena adanya uangnya sehingga bisa dibeli nya. Demikian hal nya dengan masyarakat yang ada di Desa Lau
Kapur. Pada awalnya masyarakat di desa ini hanya memenuhi kebutuhan pokok saja. Namun setelah adanya pertanian jagung mengakibatkan pendapatan tinggi serta
mengacu ke pola hidup yang konsumtif pula. Kehidupan yang konsumtif ini dapat dilihat dari kehidupan para petani jagung yang sudah mulai malas untuk menanam
sayuran dan mereka lebih sering membeli ke pasar. Masyarakat juga dengan adanya akses jalan yang semakin mudah lebih suka berbelanja ke kabupaten dibandingkan di
desa tersebut padahal harga dan kualitas sama saja. Untuk soal pengadaan pesta misalnya pesta pernikahan juga sudah lebih banyak
membutuhkan biaya. Setelah berkembangnya pertanian jagung masyarakat memiliki kebiasaan untuk membuat pesta besar-besaran. Masyarakat di Desa Lau Kapur
identik dengan gengsi dan tidak mau kalah. Kalau misalnya salah satu keluarga membuat pesta besar untuk pernikahan anaknya tentu keluarga yang lainnya akan
mengikuti dan tidak mau kalah. Jadi pemikiran serta kehidupan yang lebih konsumtif tidak bisa dihindari ketika masyarakat sudah mempunyai penghasilan yang lebih
tinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan