BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan dapat disimpulkan bahwa Desa Lau Kapur merupakan daerah yang memiliki kondisi alam yang sangat efektif bagi
pengembangan di bidang pertanian. Selain hawanya yang sejuk, unsur hara pada tanahnya juga sangat tinggi .
Perkembangan pertanian Jagung sangat membawa dampak besar terhadap kehidupan masyarakat, namun setelah dibukanya lahan pertanian di desa Lau Kapur
pada tahun 1974 maka jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut juga bertambah banyak. Dan banyak orang yang berdatangan ke desa tersebut untuk
pekerja. Pertanian yang semakin berkembang di desa ini juga membawa pengaruh besar bagi perekonomian masyarakat, karena dalam pertanian jagung juga mereka
tidak terlalu repot untuk mengurus tanaman tersebut karena proses budi daya tanam jagung tersebut sangat mudah dan dapat menghasilkan uang dua kali dalam satu
tahun. Namun dengan peningkatan pertanian jagung ini masyarakat beranggapan bahwa bisa mengubah perekonomian mereka baik dari segi modal, pembibitan, panen
dan bisa mendatangkan pekerja dari luar untuk membantu mereka untuk melakukan pekerjaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Awalnya petani di Kecamatan Tiga Binanga adalah petani cengkeh, padi, tembakau, kacang tanah, dan pisang hanya tanaman tambahan, tetapi pertanian ini
dianggap tidak banyak mengembangkan, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setelah masuknya bibit Jagung ke Desa Lau Kapur maka lambat laun
penghasilan dari pertanian Jagung meningkat. Peningkatan pendapatan akhirnya berpengaruh pada kehidupan masyarakat Desa Lau Kapur.
Banyak pengaruh yang terjadi setelah perkembangan pertanian jagung di Desa Lau Kapur tersebut diantaranya adalah meningkatnya bidang pendidikan, kesehatan
dan semakin berkembangnya desa tersebut. Karena adanya jalan yang sudah memadai dan transportasi juga maka untuk mengakses jalan untuk keluar dari Desa tersebut
lebih mudah, hasil panen masyarakat juga lebih mudah lagi untuk menjualnya.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang sudah disimpulkan diatas maka peneliti memberikan saran yaitu :
Diharapkan supaya pemerintah Kabupaten Karo melalui penyuluhan pertanian
tentang cara budi daya tanaman jagung yang lebih bagus supaya tanaman masyarakat bisa tumbuh dengan bagus.
Diharapkan kepada petani juga supaya dapat menerima penyuluhan yang
dilakukan oleh pemerintah supaya hasil tanaman jagung yang mereka tanam lebih mendapatkan hasil yang bagus.
Universitas Sumatera Utara
Diharapkan kepada pemerintah Kabupaten Karo supaya mengaspal jalan
untuk mempermudah pengangkutan hasil panen dan lebih mudah untuk pemasarannya. Dari Pusat Pemerintahan ke Kecamatan Tiga Binanga.
Pemerintah Karo lebih memperhatikan lagi nasib petani, karena petani identik
dengan kemiskinan, padahal begitu banyak manusia Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari Pertanian. Perhatian berupa kebijakan
ataupun penambahan perhatian terhadap pendidikan, agar anak-anak petani ini keluar dari lingkungan kemiskinan.
Pemerintah dapat menjadi bapak angkat melalui pemberian bantuan dana
koperasi Kabupaten Karo mungkin hal ini dapat membantu petani Jagung di Kecamatan Tiga Binanga ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II Kondisi Pertanian Masyarakat Lau Kapur Sebelum Tahun 1974
2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam
Desa Lau Kapur merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo. Jarak antara Desa Lau Kapur dengan Kecamatan Tiga
Binanga sekitar 8 km, sedangkan ke pusat Kabupaten sekitar 44 km. Desa Lau Kapur merupakan suatu desa yang terdapat di Kecamatan Tiga Binanga, dan Kecamatan
Tiga Binanga juga terdiri dari 18 desa, yaitu Perbesi, Limang, Bunga Baru, Simpang Pergendangen Perlamben, Pergendangen, Gunung, Kuala, Kuta Bangun, Kuta Raya,
Kuta Galoh, Kuta Buara, Kem-Kem, Simolap, Pertumbuken, Kutambaru Punti, Batu Mamak, Kuta Gerat dan Lau Kapur
9
Lau Kapur adalah suatu desa yang penduduk aslinya adalah marga Ginting yang berasal dari daerah Naga
.
10
9 Kantor Camat Tiga Binanga , 12 Juli 2014
10
Wawancara: Selamat Ginting, Lau Kapur, 12 Juli 2014 ‘Naga’ merupakan suatu nama desa yang berada di daerah Kecamatan Juhar yang merupakan asal marga Ginting yang tinggal di Desa Lau Kapur
, tidak ada bukti yang pasti mengenai tahun kedatangan marga Ginting ke daerah Lau Kapur akan tetapi dari informasi yang di
dapat bahwa marga Ginting sudah mulai bermukim di daerah tersebut dan desa Lau Kapur mulai di kenal orang-orang di sekitar daerah tersebut pada tahun 1800 akan
tetapi masyarakatnya terdiri dari beberapa keluarga saja dan kemudian disusul oleh marga Tarigan dan Sebayang.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga klen marga inilah yang membagun dan menetap di Desa Lau Kapur, marga inilah yang membawa sistem mata pencaharian hingga pemerintahan desa Lau
Kapur tersebut. kebiasaan-kebiasaan adat yang turun temurun membentuk pola kehidupan masyarakat desa Lau Kapur sehingga dalam kesehariannya masyarakat
desa memakai bahasa Karo dalam bahasa komunikasi mereka. Desa Lau Kapur berada 710-800 M DPL dari permukaan laut. Suhu udara di
desa Lau Kapur antara 22° sd 29° derajat celcius dengan kelembapan udaranya rata- rata 28°. Ada dua musim yang terdapat di desa Lau Kapur yaitu musim hujan dan
kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Maret sampai bulan Oktober. Hal ini disebabkan karena arah angin yang berhembus di desa Lau Kapur terbagi atas dua
yaitu: pada musim hujan, angin berhembus dari arah Barat sedangkan pada musim kemarau angin Timur Tenggara berhembus dari arah Timur.
Desa Lau Kapur terletak di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan aliran sungai lau bengap
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanah Pinem Desa Butar dan
Desa Lau Riman
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanah Pinem Desa Kuta Gamber dan Desa Liren.
Universitas Sumatera Utara
Sebelah Timur berbatasan dengan lahan Desa Gunung dan lahan Desa Kem-
Kem.
11
Pola pemukiman penduduk Desa Lau Kapur, pada umumnya berada di tepi jalan lintas desa, dan di antara rumah-rumah itu terdapat bangunan dengan
pekarangan yang cukup luas. Biasanya di jadikan tempat untuk berbagai kegiatan yang disebut dengan jambur
12
Dari hasil wawancara dengan penduduk setempat maupun petugas kecamatan pada umumnya rumah yang ada di desa tersebut adalah rumah yang beralaskan
papan, dinding papan dan beratapkan ijuk, serta rumah adat yang di buat secara gotong royong dan didirikan sesuai dengan prinsip adat. Namun disebut rumah adat
. Di sinilah tempat upacara pesta perkawinan, upacara kematian dan sebagainya yang dilakukan oleh masyarakat. Di pekarangan halaman
desa ada dibangun lumbung-lumbung untuk menyimpan padi dalam bahasa karo di sebut sapo page dan lesung. Di daerah Karo lumbung padi juga sangat berfungsi
sebagai tempat berkumpul atau tempat untuk tidur bagi pemuda. Karena disinilah masyarakat bisa berkumpul untuk menumbuk padi yang akan di masak untuk
besoknya.
11
Kantor Camat Tiga Binanga, 12 Juli 2014.
12
Jambur adalah suatu tempat yang di jadikan oleh masyarakat untuk merayakan pesta perkawinan dan pesta kematian dalam suatu kuta.
Universitas Sumatera Utara
karena merupakan lambang perwujudan adat masyarakat gotong-royong dilihat dari pendiriannya, fungsinya, semuanya bersendikan kepada adat istiadat
13
13 Wawancara: Muat Perangin-angin, Lau Kapur, 16 Juli 2014
Karena secara tradisional kampung-kampung orang Karo didirikan di tempat yang di pilih strategis, yakni dengan memperhatikan segi keamanan, tidak hanya
terhadap serangan sesama manusia, tetapi juga serangan atau gangguan binatang- binatang buas seperti Harimau, Beruang, Babi hutan dan sebagainya, maka
diperkirakan rumah yang pertama kali di dirikan oleh manusia adalah Siwaluh jabu yang merupakan rumah adat orang Karo. Yang di huni oleh delapan keluarga, di
mana kehidupan di dalamnya diatur berdasarkan adat. Adapun sarana dan prasarana di desa ini sangat minim, terutama di bidang
kesehatan dan pendidikan. Di bidang kesehatan sebelum tahun 1974 puskesmas belum ada sehingga masyarakat yang sakit hanya berobat secara tradisional, kalau
pun mau berobat secara medis akan menempuh jarak yang sangat jauh untuk menemukan puskesmas di Kecamatan. Sementara itu untuk bidang pendidikan di
desa ini sama sekali tidak ada dan harus bersekolah ke Kecamatan. Mulai dari SD, Sekolah Lajutan Tingkat Pertama SLTP, dan Sekolah Menengah Atas SMA,
masyarakat harus menyekolahkan anaknya ke Kecamatan juga. Dengan berjalan kaki menyebrangi sungai.
Universitas Sumatera Utara
Di desa Lau Kapur penduduk yang tidak produktif berdasarkan usia di bawah 25 tahun dan kelompok ini dianggap masih dalam taraf pendidikan. Kelompok yang
lainnya adalah yang produktif berdasarkan usia 25 tahun ke atas dan tidak bersekolah lagi. Dan diatas 25 tahun ke atas dianggap sudah mempunyai penghasilan sendiri.
Pada umumnya untuk melangsungkan kehidupannya masyarakat yang tinggal di desa memiliki mata pencaharian sebagai petani. Bertani sudah mendarah daging
dan dilakukan secara turun-temurun. Pertanian sudah menjadi kegiatan sehari-hari terutama bagi masyarakat yang tinggal di dekat pegunungan. Perekonomian
masyarakat ini pada umumnya bergantung pada pertanian. Hal ini juga yang terjadi pada Desa Lau Kapur yang hanya menggantungkan perekonomiannya pada pertanian.
Walaupun alamnya cukup subur dan menghasilkan berbagai tanaman yang laku di jual di pasaran, akan tetapi keuntungan itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pada awalnya sapi lembu dan kerbau merupakan hewan dimanfaatkan untuk membajak sawah masyarakat, karena populasinya yang cocok berkembang di
daerah desa maka hewan tersebut salah satu hewan yang kemudian diternakan. Selain itu, hewan peliharaan lainnya yang diternakkan oleh masyarakat desa Lau kapur
adalah kambing domba dan babi. Hewan-hewan ini sangat membantu perekonomian masyarakat desa termasuk juga untuk mencukupi kebutuhan disaat dilaksanakan pesta
adat tanpa harus memesan hewan dari daerah lain.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum tahun 1974 mata pencaharian masyarakat Desa Lau Kapur menanam padi, cengkeh, tembakau, dan pisang adalah sebagai tanaman tambahan saja. Tingkat
perekonomian yang hanya mengandalkan pertanian biasanya memiliki kehidupan perekonomian yang tergolong rendah. Pertanian yang seperti ini juga terkadang
bergantung pada kondisi alam untuk mempertahankan hasil panen. Masyarakat Desa Lau Kapur dengan kondisi yang masih tertinggal melakukan pertanian dengan
mengandalkan tenaga keluargaaron dan hanya menggunakan alat pertanian yang sederhana. Seperti cangkul, sabit, dan yang lainnya, sedangkan untuk membajak
persawahan hanya menggunakan tenaga seadanya seperti tenaga hewan yaitu tenaga kerbau. Pengetahuan tentang pertanian juga masih berdasarkan pengalaman dari
masyarakat setempat ataupun nenek moyang mereka. Berikut ini ada beberapa tanaman pokok yang dijadikan masyarakat sebagai
mata pencaharian utama :
2.2 Pertanian Padi