Akibat Hukum Penggunaan Merek Dagang Yang Memiliki Persamaan Nama

merek yang dimiliki oleh orang lain.

B. Akibat Hukum Penggunaan Merek Dagang Yang Memiliki Persamaan Nama

Dengan Merek Dagang Yang Sudah Terdaftar Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Dalam menggunakan suatu merek dagang, harus benar-benar sangat memperhatikan segala sesuatu yang berhubungan dengan merek dagang tersebut. Mulai dari penggunaan nama merek dagang, jenis barang yang diproduksi, bahan-bahan produksi yang digunakan, kualitas dari barang produksi tersebut, desain bahan pembungkus, strategi pemasaran barang produksi, sampai pada promosi dari barang produksi merek dagang tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari akibat hukum yang terjadi apabila terdapat kesamaan dari merek dagang tersebut. Di dalam dunia perdagangan nasional maupun Internasional, sering sekali terjadi kemiripan bahkan persamaan nama dari kedua jenis merek dagang yang berbeda. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan akibat hukum di kemudian hari. Akibat hukum yang akan terjadi di kemudian hari yang dimaksud adalah pemilik awal dari nama merek dagang tersebut dapat melakukan penuntutan hukum terhadap pemilik merek dagang yang memiliki persamaan nama dengan merek dagang awal yang sudah terlebih dahulu dimiliki oleh pihak lain dan sudah didaftarkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Perlindungan hukum secara represif dititik beratkan kepada pemberian sanksi hukum, baik perdata maupun pidana kepada barang siapa yang melakukan pelanggaran terhadap hak merek.Pemberian sanksi hukum merupakan bagian dari upaya pemberian perlindungan hukum bagi pemilik merek yang sah. Apabila merek telah terdaftar, maka mendapat perlindungan hukum, baik secara perdata maupun pidana. Terkait dengan perlindungan hukum secara pidana, yaitu dengan pemberian hukuman kepada barang siapa yang telah melakukan kejahatan dan pelanggaran merek sebagaimana diatur dalam Pasal 90, 91, dan 94 Undang-Undang No. 15 Tahun 2001. 43 43 Hasil Wawancara Dengan Bapak Jawasmer SH, M.Kn selaku Kepala Sub. Bidang Pelayanan Hukum Umum pada tanggal 20 Desember 2013 Undang-Undang Merek No. 15 Tahun 2001 Pasal 90 pada dasarnya memberikan ancaman hukuman penjara paling lama lima tahun danatau denda paling banyak satu milyar rupiah kepada barang siapa yang dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang danatau jasa sejenis yang diproduksi danatau diperdagangkan. Sementara Pasal 91 memberikan ancaman hukuman penjara maksimal empat tahun danatau denda maksimal delapan ratus juta rupiah bagi barang siapa yang dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang danatau jasa sejenis yang diproduksi danatau diperdagangkan. Sedangkan Pasal 94 memberikan ancaman hukuman pidana kurungan maksimal satu tahun atau denda maksimal dua ratus juta rupiah bagi barang siapa yang memperdagangkan barang danatau jasa yang diketahui atau patut diketahui bahwa barang dan atau tersebut merupakan hasil pelanggaran sebagaimana dimaksud Pasal 90 dan 91. Berdasarkan Undang-undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 tindak pidana sebagaimana dimaksud di atas merupakan delik aduan. Ini mengubah ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 1992 sebagaimana diubah dan disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997. Perlindungan hukum secara perdata juga diberikan kepada pemegang merek yang sah. Kalau hak merek telah dipegang, maka menurut sistem hukum merek Indonesia, pihak pemegang merek tersebut akan mendapatkan perlindungan hukum, artinya apabila terjadi pelanggaran hak atas merek, pihak pemegang merek dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lainnya yang melakukan pelanggaran hak atas merek. Gugatan ini ditujukan untuk mendapatkan ganti rugi dan penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut. 44 Perlindungan hukum atas merek terkenal sebagai hak kekayaan intelektual memang wajar, mengingat terciptanya karya-karya intelektual tersebut juga atas dasar pengorbanan yang tidak sedikit baik biaya maupun tenaga dari pemiliknya, sehingga Gugatan diajukan di Pengadilan Niaga Pasal 76 ayat 1 dan ayat 2 Gugatan ganti rugi danatau penghentian perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek secara tanpa hak tersebut memang sudah sewajarnya, karena tindakan tersebut sangat merugikan pemilik merek yang sah. Bukan hanya kerugian ekonomi secara langsung, tetapi juga dapat merusak citra merek tersebut apabila barang atau yang menggunakan merek secara tanpa hak tersebut kualitasnya lebih rendah dari pada barang atau jasa yang menggunakan merek secara sah. Gugatan atas pelanggaran merek sebagaimana dimaksud diatas dapat diajukan oleh penerima lisensi merek terdaftar, baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan pemilik merek yang bersangkutan Pasal 77.Hak penerima lisensi untuk mengajukan gugatan sebagaimana hak pemilik merek terdaftar, sebab pemegang lisensi memang sangat berkepentingan karena dia ikut mengalami kerugian atas adanya pelanggaran atas merek tersebut. 44 Hasil Wawancara Dengan Bapak Jawasmer SH, M.Kn selaku Kepala Sub. Bidang Pelayanan Hukum Umum pada tanggal 20 Desember 2013 terhadapnya perlu diberikan insentif dan penghargaan guna mendorong dan merangsang seseorang untuk berkarya dan berkreativitas.Selain itu, perlindungan hukum atas merek, terutama merek-merek terkenal perlu diberikan mengingat, hak atas merek tersebut merupakan hak kebendaan tidak berwujud yang diberikan oleh hukum Undang- undang.Hak kebendaan dimaksud dapat dipertahankan terhadap siapapun juga. Apabila ada pihak lain yang melanggar hak tersebut, maka pemilik hak tersebu tdapat mempertahankannya. 45 Pentingnya perlindungan hukum atas merek terkenal sebagai hak kebendaan yang tidak berwujud pada intinya mengemukakan sebagai berikut: Tujuan hukum adalah untuk mengayomi manusia baik secara aktif maupun secara pasif. Secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan yang manusiawi dalam proses yang berlangsung secara wajar. Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah mengupayakan pencegahan atas upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak adil. Terkait dengan konsepsi hak dan hak kebendaan sebagai berikut : Hak adalah kekuasaan, dan kekuasaan ini dapat dipertahankan terhadap seitap orang, artinya setiap orang harus mengakui, menghormati dan mengindahkan kekuasaan itu. Hak kebendaan adalah hak untuk memiliki atau menguasai suatu kebendaan, dan hak ini dapat dipertahankan terhadap setiap orang, artinya setiap orang harus mengakui, menghormati, mengindahkan hak tersebut. 46 Bahwa hukum berfungsi mengayomi atau melindungi manusia dalam bermasyarakat dan berbangsa serta bernegara, baik jiwa dan badannya maupun hak-hak 45 Hasil Wawancara Dengan Bapak Jawasmer SH, M.Kn selaku Kepala Sub. Bidang Pelayanan Hukum Umum pada tanggal 20 Desember 2013 46 Hasil Wawancara Dengan Bapak Jawasmer SH, M.Kn selaku Kepala Sub. Bidang pelayanan Hukum Umum pada tanggal 20 Desember 2013 pribadinya, yaitu hak azasinya, hak kebendaannya, maupun hak perorangannya. C. Upaya Penyelesaian Sengketa Penggunaan Merek Dagang Yang Memiliki Persamaan Nama Dengan Merek Dagang Yang Sudah Terdaftar Akibatnya akan terjadi sengketa merek dagang di antara kedua belah pihak tersebut. Upaya hukum merupakan upaya yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sengketa merek dagang di antara kedua belah pihak tersebut. Penyelesaian sengketa merek dagang ini dapat diselesaikan pada Pengadilan Niaga di masing-masing wilayah daerah hukumnya yang meliputi: 47 1. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Makassar. Meliputi wilayah provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku dan Irian Jaya. 2. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan. Meliputi wilayah provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi dan Nanggroe Aceh Darussalam. 3. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya. Meliputi wilayah provinsi Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. 4. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang Meliputi wilayah provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyelesaian sengketa merek dagang melalui Pengadilan Niaga yang sesuai dengan wilayah hukumnya masing-masing ini dapat diselesaikan dengan cara melihat semua bukti yang dimiliki oleh kedua belah pihak yang memiliki persamaan dalam hal kepemilikan nama merek dagang. Kemudian sengketa merek dagang tersebut 47 Parwoto Wignjosumarto, Hukum Kepailitan, Jakarta: Tata Nusa, hlm. 4-5. akanberlanjut pada persidangan di Pengadilan Niaga dimana kedua belah pihak yaitu antara penggugat dan tergugat dipertemukan. 48 Penyelesaian sengketa merek dagang dapat dilakukan pada badan peradilan khusus, yaitu Pengadilan Niaga.Sehingga diharapkan sengketa pada merek dagang dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif cepat. Sejalan dengan itu, harus pula diatur hukum acara khusus untuk menyelesaikan masalah sengketa merek dagang seperti juga bidang hak kekayaan intelektual lainnya. Dalam hal ini pihak yang telah kalah di dalam persidangan di Pengadilan Niaga harus mematuhi semua hasil putusan dari Pengadilan Niaga tersebut.Dan melaksanakan hasil putusan tersebut sesuai dengan aturan yang telah tercantum di dalam hasil putusan Pengadilan Niaga. Serta pihak yang terbukti melakukan penjiplakan atau peniruan nama merek dagang harus membayar tuntutan ganti rugi akibat perbuatannya. Merek dagang merupakan bagian yang sangat penting di dalam kegiatan perekonomian dan juga dunia usaha nasional maupun Internasional. Adanya persamaan nama di antara dua merek dagang yang berebeda tentu saja akan menyebabkan sengketa di antara kedua belah pihak yang memiliki merek dagang tersebut. 49 Di dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001, pemilik merek dagang juga diberikan upaya perlindungan hukum yang lain yaitu dalam wujud Penetapan Sementara Adanya peradilan khusus untuk penyelesaian sengketa merek dagang dan bidang- bidang hak kekayaan intelektual lainnya juga dikenal di beberapa negara lain seperti yang dilakukan oleh negara Thailand.Thailand juga memiliki sebuah badan peradilan khusus untuk penyelesaian sengketa merek dagang yang terjadi di negaranya. 48 Hasil Wawancara Dengan Bapak Jawasmer SH, M.Kn selaku Kepala Sub. Bidang Pelayanan Hukum Umum pada tanggal 20 Desember 2013 49 Hasil Wawancara Dengan Bapak Jawasmer SH, M.Kn selaku Kepala Sub. Bidang Pelayanan Hukum Umum pada tanggal 20 Desember 2013 Pengadilan untuk melindungi mereknya guna mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar. Di samping ituuntuk memberikan kesempatan yang lebih luas dalam penyelesaian sengketa, di dalam undang-undang ini juga dimuat ketentuan tentang Arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa. Berikut ini adalah contoh dari terjadinya sengketa merek dagang yang terjadi di Indonesia dan telah diselesaikan oleh pihak Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.Sengketa merek dagang ini terjadi antara pihak Kao Corporation dengan pihak PT Sintong Abadi. 50 PT Singtong Abadi merupakan perusahaan yang menggunakan merek dagang Biorf, untuk produk kosmetika seperti: bedak untuk wanita, minyak wangi, lotion kulit, shampo dan sabun mandi hasil produksi dari perusahaan tersebut. . Tidak tinggal diam, Kao Corporation pun melayangkan gugatan kepada PT Sintong Abadi.Sengketa merek ini disidangkan di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.Namun Kao Corporation pun menjadi pihak yang kalah. Tidak terima dengan hasil dari putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tersebut, akhirnya persoalan ini dilanjutkan dengan proses kasasi ke Mahkamah Agung. Pada persidangan tertinggi tersebut, Mahkamah Agung pun memenangkan kasasi dari pihak Kao Corporation dengan nomor 590 KPdt.Sus2012.Sidang yang diketuai oleh I Made Tara SH itu membatalkan pendaftaran merek dagang Biorf. Alasannya memiliki persamaan nama dengan merek terkenal yang sudah terlebih dahulu didaftarkan pada Biore adalah merek dagang sabun yang dimiliki oleh Kao Corporation.Merek tersebut sudah sangat familiar bagi konsumen di Indonesia. Namun, Kao Corporation nyaris kehilangan brandnya yang sudah digunakan sejak februari 1980 dan merek yang terdaftar sejak tahun 1982. 50 http:www.google.com,, diakses tanggal 02 Maret 2014. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Mahkamah Agung menilai bahwa merek Biore telah terdaftar pada Daftar Umum Merek terlebih dahulu dari pada merek Biorf. Merek yang paling pertama terdaftar adalah merek Biore, yang pertama kali diajukan permohonannya pada tanggal 17 Juni 1982 dan terdaftar di bawah Daftar No. 164670 pada tanggal 17 Juni 1982. Kemudian merek itu diperpanjang lagi pada 27 Oktober 1993 dan diperpanjang kedua kali di bawah Daftar No. 496355 tertanggal 31 Desember 2001. Merek Biorf memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek Biore, dalam hal ini antara kedua merek secara visual memiliki persamaan bentuk, cara penempatan, demikian seperti dikutip dari hasil putusan Mahkamah Agung tersebut. Sementara berdasarkan ketentuan pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, dikatakan bahwa dilarang menggunakan merek yang memiliki persamaan, merupakan tiruan atau terjemahan, atau dapat menimbulkan kebingungan dari suatu merek yang akhirnya akan menimbulkan kesesatan informasi da mengecohkan masyarakat yang mengira bahwa kedua merek dagang tersebut adalah sama dan merupakan satu produksi dari perusahaan yang sama. Atas dasar itu, Mahkamah Agung pun mengabulkan gugatan dari KAO Corporation tertanggal 21 Januari 2013.Merek Biorf pun dinyatakan memiliki persamaan pada pokoknya untuk barang sejenis dengan merek yang telah terdaftar terlebih dahulu pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektuan yaitu Biore yang merupakan milik dari perusahaan Kao Corporation. Di samping itu, PT Sintong Abadi dinyatakan tidak beritikad baik pada waktu mengajukan permohonan pendaftaran Merek BIORF dengan Daftar No. IDM000292510. Mahkamah Agung juga membatalkan Merek BIORF dengan Daftar No. IDM000292510 atas nama Tergugat yang terdaftar di dalam Daftar Umum Merek dengan segala akibat hukumnya. Juru sita dimintakan untuk menyampaikan hasil putusan dari Mahkamah Agung tersebut kepada para pihak paling lama 14 hari setelah putusan atas gugatan pembatalan diucapkan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun tentang Merek yang berlaku. Mahkamah Agung juga memerintahkan agar Tergugat tunduk dan taat pada putusan Pengadilan dalam perkara ini dengan melaksanakan pembatalan Merek BIORF Daftar No.IDM000292510 atas nama Tergugat dari Daftar Umum Merek dengan mencoret merek yang bersangkutan dari Daftar Umum Merek dan mengumumkannya di dalam Berita Resmi Merek sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Merek yang berlaku, demikian seperti yang dikutip dari hasil putusan Mahkamah Agung. PT Sintong Abadi pun juga dimintakan untuk membayar biaya perkara pada semua tingkat peradilan sebesar Rp 5.000.000. Berdasarkan contoh upaya penyelesaian sengketa merek dagang yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa merek dagang yang memiliki persamaan nama dengan merek dagang lain yang sudah terlebih dahulu digunakan dan telah didaftarkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dapat menimbulkan sengketa mengenai kedua merek dagang tersebut. Sengketa merek dagang ini pun untuk selanjutnya harus diselesaikan pada Pengadilan Niaga dengan wilayah hukum masing-masing yang telah ditentukan di dalam Undang-Undang. Apabila hasil putusan dari Pengadilan Niaga tidak dapat diterima oleh pihak yang telah dikalahkan di dalam persidangan tersebut, maka untuk proses selanjutnya pihak yang kalah itu dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Akibat Hukum Pemakaian Merek Yang Memiliki Persamaan Pada Pokoknya Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

1 12 81

Tinjauan Yuridis Penggunaan Public Domain Sebagai Suatu Merek Dagang yang Sah Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek (Studi Kasus Kopitiam)

7 21 94

Akibat Hukum Pemakaian Merek Yang Memiliki Persamaan Pada Pokoknya Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

0 0 8

Akibat Hukum Pemakaian Merek Yang Memiliki Persamaan Pada Pokoknya Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

0 0 1

Akibat Hukum Pemakaian Merek Yang Memiliki Persamaan Pada Pokoknya Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

0 0 9

Akibat Hukum Pemakaian Merek Yang Memiliki Persamaan Pada Pokoknya Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

0 0 19

Akibat Hukum Pemakaian Merek Yang Memiliki Persamaan Pada Pokoknya Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

0 0 1

BAB II KETENTUAN MEREK MENURUT UU NO. 15 TAHUN 2001 A. Pengertian Merek - Akibat Hukum Penggunaan Merek Dagang Yang Memiliki Persamaan Nama Dengan Merek Dagang Yang Sudah Terdaftar Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 (Studi Kantor Wilayah Kementerian Hukum

0 0 27

A. Latar Belakang - Akibat Hukum Penggunaan Merek Dagang Yang Memiliki Persamaan Nama Dengan Merek Dagang Yang Sudah Terdaftar Ditinjau Dari UU No.15 Tahun 2001 (Studi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara)

0 0 12

AKIBAT HUKUM PENGGUNAAN MEREK DAGANG YANG MEMILIKI PERSAMAAN NAMA DENGAN MEREK DAGANG YANG SUDAH TERDAFTAR DITINJAU DARI UU NO.15 TAHUN 2001 (STUDI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM SUMATERA UTARA) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan

0 0 10