11. Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya.
12. Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat terdiri dari satu orang atau
beberapa orang secara bersama, atau badan hukum. 13.
Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya. 14.
Dalam hal Permohonan diajukan oleh lebih dari satu Pemohon yang secara bersama-sama berhak atas Merek tersebut, semua nama Pemohon dicantumkan
dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka. 15.
Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 5, Permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu dari Pemohon yang berhak atas Merek
tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para Pemohon yang mewakilkan.
16. Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 diajukan melalui
Kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak yang berhak atas Merek tersebut.
17. Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat 7 adalah Konsultan Hak Kekayaan
Intelektual. 18.
Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan Hak Kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan tata cara
pengangkatannya diatur dengan Keputusan Presiden.
Ketentuan mengenai syarat dan tata cara Permohonan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
32
A. Penyebab Penggunaan Merek Dagang Yang Memiliki Persamaan Nama Dengan
Merek Dagang Yang Sudah Terdaftar BAB IV
AKIBAT HUKUM PENGGUNAAN MEREK DAGANG YANG MEMILIKI PERSAMAAN NAMA DENGAN MEREK DAGANG YANG SUDAH
TERDAFTAR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 STUDI KANTOR WILAYAH KEMENTRIAN
HUKUM DAN HAM SUMATERA UTARA
Dalam kegiatan perdagangan nasional maupun Internasional, merek merupakan
32
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, tentang “Merek”, Pasal 9.
unsur yang sangat penting.Hal ini untuk membedakan suatu produk barang dengan produk barang lainnya yang diproduksi oleh para pelaku usaha yang berbeda.
Suatu merek dagang ada kalanya memiliki persamaan nama atau kemiripan dengan merek dagang yang lainnya. Hal ini dapat membingungkan para konsumen, dan
tentu saja dapat merusak reputasi dari merek dagang suatu produk tersebut karena adanya tindakan pendomplengan terhadap merek dagang yang lain. Meskipun telah dilindungi
oleh Undang – Undang Nomor 15 Tahun 2001, kasus pendomplengan merek dagang seperti ini tetap saja sering kali terjadi.
Ada beberapa penyebab terjadinya penggunaan suatu merek dagang yang memiliki persamaan nama dengan merek dagang lain yang sudah terdaftar terlebih dahulu
pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Penyebabnya adalah adanya
iktikad yang tidak baik yang meliputi berbagai hal dari pemilik merek dagang yang memiliki persamaan nam a dengan merek dagang yang sudah terdaftar.
33
Iktikad yang tidak baik disini bisa meliputi berbagai hal. Misalnya pemilik dari merek dagang yang memiliki persamaan nama dengan merek dagang yang sudah terdaftar
terlebih dahulu ingin mencontoh segala sesuatu yang terdapat pada merek dagang yang sudah terdaftar tersebut. Mulai dari nama merek dagangnya, bahan produksi, hasil
produksinya, kualitas dari hasil produksi tersebut, desain pembungkus, bahkan sampai kepada cara pemasarannya kepada masyarakat.
34
Tentu saja cara mencontoh kreatifitas yang telah dimiliki terlebih dahulu oleh pemilik merek dagang yang asli akan menimbulkan kerugian yang besar pada pemilik
nama merek dagang tersebut. Masyarakat akan berpikir bahwa kedua merek dagang tersebut adalah sama dan satu produksi. Padahal di dalam kenyataannya adalah tidak.
33
Hasil Wawancara Dengan Bapak Jawasmer SH, M.Kn selaku Kepala Sub. Bidang Pelayanan Hukum Umum pada tanggal 20 Desember 2013
34
Hasil Wawancara Dengan Bapak Jawasmer SH, M.Kn selaku Kepala Sub. Bidang Pelayanan Hukum Umum pada tanggal 20 Desember 2013
Selain itu contoh lain dari iktikad tidak baik yang dimaksud adalah pemilik merek dagang yang nama merek dagangnya sama dengan merek dagang yang sudah
terlebih dahulu terdaftar pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual ingin mendompleng ketenaran atau reputasi dari merek dagang tersebut.
Pemilik merek dagang tersebut ingin agar barang produksinya sama terkenal atau bahkan lebih dikenal lagi oleh masyarakat daripada merek dagang yang namanya sudah
lebih awal didaftarkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Namun cara seperti itu adalah cara yang salah dan telah melanggar ketentuan pada Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
35
Pasal 6 Angka 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dikatakan bahwa “Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut: a.
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang danatau jasa yang sejenis; b.
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang danatau jasa sejenis; c. mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-geografis yang sudah dikenal.
36
Persamaan pada pokoknya dimaksud disini adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai
bentuk, cara penempatan, susunan warna, cara penulisan antara unsur-unsur atau persamaan bunyi ucapan. Apabila merek dagang yang akan didaftarkan termasuk dalam
salah satu kategori di atas, maka besar kemungkinan merek dagang yang didaftarkan akan ditolak.
37 35
Hasil Wawancara Dengan Bapak Jawasmer SH, M.Kn selaku Kepala Sub. Bidang Pelayanan Hukum Umum pada tanggal 20 Desember 2013
36
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, tentang “Merek”, Pasal 6, Angka 1.
37
http:www.google.com,, diakses tanggal 26 Februari 2014.
Hal ini tentu saja akan menimbulkan kerugian pada pemilik merek dagang yang nama mereknya telah dijiplak atau dicontoh oleh pemilik merek dagang lain tersebut.
Omset penjualan dari merek dagang yang namanya telah dijiplak atau dicontoh itu akan menjadi terganggu bahkan menurun akibat ulah dari pihak yang ingin mendompleng
ketenaran merek dagang tersebut. Dalam hal ini tentu saja pemilik merek dagang yang terlebih dahulu telah
memiliki merek dagang tersebut jelas-jelas akan dirugikan akibat ulah dari pihak lain yang ingin mendompleng ketenaran dari merek dagang yang awal. Selain itu, konsumen
pun akan disesatkan dengan adanya penjiplakan atau pencontohan dari nama merek dagang tersebut.
Masyarakat akan terkecoh dan menganggap bahwa kedua merek dagang tersebut adalah sama, baik dari segi kualitas produksi maupun pemilik dari produksinya. Padahal
keduanya jelas berbeda baik dari segi pemilik, kualitas produksi, maupun bahan-bahan produksinya.
Selain itu ada juga penyebab lain dari adanya merek dagang yang memiliki persamaan nama dengan merek dagang yang sudah terdaftar terlebih dahulu, yaitu adanya
keinginan oleh pemilik merek dagang yang memiliki merek dagang yang namanya sama dengan merek dagang yang sudah terdaftar terlebih dahulu pada Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual untuk meraih keuntungan yang lebih dengan cara yang tidak baik.
38
Didalam usahanya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya ada sebagian pelaku usaha melakukan penggunaan merek dagang yang memiliki persamaan
nama dengan merek dagang yang sudah terdaftar dalam usahanya untuk memperoleh penguasaan pasar.
38
Hasil Wawancara Dengan Bapak Jawasmer SH, M.Kn selaku Kepala Sub. Bidang Pelayanan Hukum Umum pada tanggal 20 Desember 2013
Penggunaan merek dagang yang memiliki persamaan nama dengan merek dagang yang sudah terdaftar merupakan perbuatan yang tidak jujur akan merugikan berbagai
pihak yakni bagi khalayak ramaiyaitu konsumen maupun bagi pemilik merek yang sebenarnya. Tidak jujur menurut Poerwadarminta berarti tidak lurus hati atau curang,
misalnya: orang-orang yang tidak jujur dan tidak disegani.
39
Hal ini tentu saja akan menimbulkan kesalahpahaman di dalam masyarakat dan dapat menyebabkan pemilik merek dagang yang asli akan menjadi rugi akibat ulah dari
Pengertian tidak jujur ini adalah: Kalau seseorang untuk menarik langganan orang lain atau untuk memajukan penjualannya mempergunakan cara-cara yang
bertentangan dengan ke jujuran dalam lalu lintas perdagangan, istimewa yang menyesatkan orang banyak dan merugikan saingannya.
Persaingan tidak jujur adalah peristiwa didalam mana seseorang untuk menarik para langganan orang lain kepada perusahaan dirinya sendiri atau demi perluasan
penjualan omzet perusahaannya, menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan itikad baik dan kejujuran didalam perdagangan.
Maksudnya disini adalah dengan cara meniru atau mencontoh merek dagang tersebut, pengusaha atau pemilik dari merek dagang tersebut dapat meraih keuntungan
yang besar dengan biaya promosi yang kecil. Pemilik merek dagang tidak perlu bersusah payah untuk mempromosikan barang hasil produksinya kepada masyarakat. Hal ini
dikarenakan akan membuat masyarakat berpikir bahwa merek dagang yang dimiliknya adalah sama dan merupakan satu produksi dengan merek dagang yang sudah terlebih
dahulu terkenal dan didaftarkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
39
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 2008, hal. 424.
pihak yang mencontoh nama merek dagang tersebut. Omset penjualan barang dari pemilik nama merek dagang yang asli akan menjadi menurun akibat ulah pendomplengan
nama merek dagang yang dilakukan oleh pihak lain. Hal lain yang juga dapat menjadi penyebab dari adanya merek dagang yang
memiliki persamaan nama dengan merek dagang lain yang sudah terdaftar pada di Direktorat Jenderal adalah adanya kecerobohan dari pemilik nama merek dagang yang
baru yang tidak melakukan penelusuran terlebih dahulu mengenai nama merek dagang yang dimilikinya, apakah sudah ada yang memiliki terlebih dahulu ataukah belum.
Apakah sudah pernah didaftarkan atau belum pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
Penelusuran merek ini dapat dilakukan oleh pemilik nama merek dagang yang baru dengan cara mengakses fasilitas online data merek Indonesia yang disediakan oleh
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual pada http:penelusuran-merek.dgip.go.id.
Dengan cara penelusuran seperti ini tentu saja pemilik merek dagang yang memiliki persamaan nama dengan merek dagang yang sudah terlebih dahulu dipakai dan
terdaftar pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dapat mengetahui apakah merek dagang yang dimilikinya bisa didaftarkan atau tidak.
Menurut Diana pada website hukum yang dimilikinya, sebaiknya sebelum menggunakan atau mendaftarkan merek haruslah melakukan penelusuran apakah merek
yang hendak kita gunakan atau daftarkan sudah pernah didaftarkan oleh pihak lain. Hal ini mengurangi kemungkinan timbulnya kerugian akibat penolakan permohonan
pendaftaran merek yang akan diajukan. Selain itu, juga menghindarkan dari timbulnya tuntutan hukum baik secara pidana maupun perdata di kemudian hari dari pihak yang
memiliki merek yang memiliki persamaan dengan merek yang dimiliki.
40
Bila dicermati, penggunaan merek dagang yang memiliki persamaan nama dengan merek dagang yang sudah terdaftar perdagangan barang atau jasa meliputi cara-
cara sebagai berikut : Dengan penelusuran nama merek dagang yang dilakukan tersebut, dapat
mencegah terjadinya kerugian yang terjadi kepada kedua belah pihak baik pemilik nama merek dagang yang baru yang nama merek dagangnya belum didaftarkan pada Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual maupun bagi pihak pemilik merek dagang yang nama merek dagangnya sudah terkenal dan didaftarkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual. Selain itu dapat menghindari kemungkinan terjadinya sengketa merek dagang di antara kedua belah akibat memiliki persamaan nama merek dagang tersebut.
41
Pengusaha yang beriktikad tidak baik tersebut dalam hal persaingan tidak jujur semacam ini berwujud penggunaan upaya-upaya atau ikhtiar-ikhtiar mempergunakan
merek dengan meniru merek terkenal well know trade mark yang sudah ada sehingga merek atas barang atau jasa yang diproduksinya secara pokoknya sama
dengan merek atas barang atau jasa yang sudah terkenal untuk barang-barang atau jasa sejenis dengan maksud menimbulkan kesan kepada khalayak ramai, seakan-
akan barang atau jasa yang diproduksinya itu sama dengan produksi barang atau jasa yang sudah terkenal itu. Dalam hal ini dapat diberikan contoh, bahwa dalam
masyarakat sudah dikenal dengan baik sabun mandi dengan merek Lux kemudian ada pengusaha yang memproduksi sabun mandi merek Lax.Tentunya pengusaha ini
berharap bahwa dengan adanya kemiripan tersebut ia dapat memperoleh keuntungan 1. Praktik Peniruan Merek Dagang
40
Ibid.,
41
Hasil Wawancara Dengan Bapak Jawasme SH, M.Kn selaku Kepala Sub. Bidang Pelayanan Hukum Umum pada tanggal 20 Desember 2013
yang besar tanpa mengeluarkan biaya besar untuk promosi memperkenalkan produksinya tersebut. Hal ini karena konsumen dapat terkelabui dengan kemiripan
merek tersebut. 2. Praktik Pemalsuan Merek Dagang
Dalam hal ini persaingan tidak jujur tersebut dilakukan oleh pengusaha yang tidak beriktikad baik itu dengan cara memproduksi barang-barang dengan mempergunakan
merek yang sudah dikenal secara luas di dalam masyarakat yang bukan merupakan haknya. Sebagai contoh seorang pengusaha yang sedang berbelanja ke luar negeri
membeli produk Cartier, kemudian kembali ke Indonesia untuk memproduksi barang-barang tas, dompet yang diberi merek Cartier. Dalam hal ini juga maka
pengusaha itu tentunya sangat berharap memperoleh keuntungan besar tanpa mengeluarkan biaya untuk memperkenalkan merek tersebut kepada masyarakat
karena merek tersebut sudah dikenal oleh masyarakat dan tampaknya pemakaian kata Cartier itu merupakan kekuatan simbolik yang memberikan kesan mewah dan
bergengsi, sehingga banyak konsumen membelinya. 3. Perbuatan-perbuatan yang Dapat Mengacaukan Publik
Berkenaan Dengan Sifat dan Asal Usul Merek Hal ini terjadi karena adanya tempat atau daerah suatu negara yang dapat menjadi kekuatan yang memberikan pengaruh
baik pada suatu barang karena dianggap sebagai daerah penghasil jenis barang yang bermutu.
Termasuk dalam persaingan tidak jujur apabila pengusaha mencantumkan keterangan tentang sifat dan asal-usul barang yang tidak sebenamya, untuk mengelabui
konsumen, seakan-akan barang tersebut memiliki kualitas yang baik karena berasal dari daerah penghasil barang yang bermutu misalnya mencantumkan keterangan
made in England padahal tidak benar produk itu berasal dari Inggris.
Seluruh perbuatan itu sangat merugikan pemilik merek. Karena akibat dari persaingan tidak jujur pemalsuan dan peniruan merek terkenal akan mengurangi
omzet penjualan sehingga mengurangi keuntungan yang sangat diharapkan dari mereknya yang lebih terkenal tersebut. Bahkan dapat menurunkan kepercayaan
masyarakat terhadap merek tersebut, karena konsumen menganggap bahwa merek yang dulu dipercaya memiliki mutu yang baik ternyata sudah mulai turun kualitasnya.
Bukan hanya itu saja, pelanggaran terhadap hak atas merek ini juga sangat merugikan konsumen karena konsumen akan memperoleh barang-barang atau jasa yang
biasanya mutunya lebih rendah dibandingkan dengan merek asli yang sudah terkenal tersebut, bahkan adakalanya produksi palsu tersebut membahayakan kesehatan dan
jiwa konsumen. Mengapa timbul praktek yang demikian itu, tentu tidak lain terbit juga dengan adanya fungsi merek itu sendiri.
Fungsi merek itu ada tiga yaitu:
42
Tiga fungsi merek tersebut, menyebabkan perlindungan hukum terhadap merek menjadi begitu sangat bermakna. Sesuai dengan fungsi merek, sebagai tanda pembeda,
maka seyogianya antara merek yang dimiliki oleh seseorang tak boleh sama dengan 1. Fungsi indikator sumber, artinya merek berfungsi untuk menunjukkan bahwa suatu
produk bersumber secara sah pada suatu unit usaha dan karenanya juga berfungsi untuk memberikan indikasi bahwa produk itu dibuat secara profesional;
2. Fungsi indikator kualitas, artinya merek berfungsi sebagai jaminan kualitas khususnya dalam kaitan dengan produk-produk bergengsi;
3. Fungsi sugestif, artinya merek memberikan kesan akan menjadi kolektor produk tersebut.
42
Hasil Wawancara Dengan Bapak Jawasmer SH, M.Kn selaku Kepala Sub. Bidang Pelayanan Hukum Umum pada tanggal 20 Desember 2013
merek yang dimiliki oleh orang lain.
B. Akibat Hukum Penggunaan Merek Dagang Yang Memiliki Persamaan Nama