Pada dasarnya, tujuan dari hukum merek dagang tersebut adalah untuk memungkinkan perusahaan menjadi bentuk eksklusif identifier, dan hanya dapat
mereka gunakan untuk menandai produk mereka sendiri.
13
1. Menggunakan Kata-Kata atau Kumpulan Kata.
Seseorang dapat mengajukan permohonan pendaftaran merek dagang dari suatu barang atau jasa apabila orang orang tersebut telah menyatakan diri sebagai
pemilik dari merek dagang tersebut dan apabila orang tersebut memakai atau bermaksud memakai merek tersebut, atau mengijinkan orang lain untuk memakai
merek dagang tersebut untuk barang atau jasa, atau apabila orang tersebut bermaksud memberikan merek tersebut kepada suatu badan usaha yang akan
didirikan.
B. Ciri Atau Tanda Dari Merek Dagang
Sebagaimana yang telah dirumuskan di dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, berikut ini merupakan ciri-ciri atau tanda dari sebuah
merek dagang yaitu:
Dalam hal ini merek dagang terdiri dari satu kata atau sekumpulan kata, dan merupakan jenis merek yang paling banyak digunakan.Merek kata
sangat mudah dipromosikan dan juga diiklankan, hal ini karena merek dagang yang menggunakan kata dengan mudah dapat menimbulkan kesan
dalam ingatan para konsumen baik melalui pendengaran maupun melalui penglihatan. Jenis-jenis dari kata ini antara lain:
13
http:id.shvoong.comlaw-and-politicsinternational-law2141036-pengertian-merek- dagangixzz1Z98fkGPq
a. Kata Ciptaan
Kata-kata ciptaan ini adalah kata-kata yang belum pernah dipakai sebelumnya.Khusus diciptakan untuk dipakai sebagai merek
dagang dan tidak mempunyai suatu arti tertentu, dan oleh karenanya mempunyai daya pembedaan yang kuat. Contoh: Kodak
untuk film. b.
Kata Rangkaian. Suatu kata yang merupakan hasil rangkaian dari dua kata ataupun
lebih, yang dalam pemakaiannya diperuntukkan sebagai merek dagang.Rangkaian ini tidak menyiratkan suatu arti tertentu serta
tidak mengandung arti yang ada hubungannya dengan sifat, kegunaan ataupun mutu dari barang-barangnya. Contohnya:
Bridgestone untuk ban kendaraan bermotor. c.
Kata Umum. Kata umum adalah kata-kata biasa yang dapat ditemukan dalam
kamus-kamus bahasa yang mengandung arti tertentu, tetapi dalam penggunaannya sebagai merek dagang harus tidak mempunyai
hubungan dengan barang-barang yang ditandai dengan merek tersebut.Penggunaannya sebagai merek dagang haruslah bersifat
sekenanya dan rekaan belaka, tidak boleh merupakan pujian, ungkapan, kata benda ataupun kerja yang bertujuan menjelaskan
sifat-sifat barang tersebut.Contoh : Bangau untuk kecap.
d. Kata Kiasan.
Kata-kata yang dalam penggunaannya sebagai merek dagang, dengan secara terselubung dan berkias mempunyai hubungan
dengan barang-barangnya, tetapi yang tidak secara langsung menimbulkan kesan bahwa merek dagang itu menerangkan tentang
barang-barangnya. e.
Slogan atau Semboyan. Slogan ini sebenarnya jarang dibubuhkan secara langsung pada
barang-barangnya, tetapi lebih banyak digunakan di dalam iklan ataupun peragaan yang berhubungan dengan barang-barang yang
bersangkutan.Slogan tersebut jika memang mempunyai daya pembeda yang kuat, dalam prakteknya dapat digunakan untuk
membedakan barang-barang.Slogan pada merek dagang harus mempunyai daya pembeda yang khas tidak boleh berupa ungkapan
umum yang mempunyai arti yang telah dikenal oleh masyarakat sehingga tidak asli dan tidak mempunyai daya pembeda lagi.Untuk
dapat didaftar dan dilindungi sebagai merek dagang, suatu slogan haruslah mempunyai daya pembeda yang khas dan mampu
menciptakan kesan yang kuat dalam ingatan para konsumen.Sehingga para konsumen pada saat melihat atau
mendengar slogan pada merek dagang tersebut, dengan seketika dapat mengasosiasikannya terhadap barang-barang atau produsen
barang yang bersangkutan. Contoh: “TERUS TERANG PHILIP
TERANG TERUS”. Merupakan slogan dari produk merek dagang bola lampu Philip.
2. Menggunakan Angka Sebagai Merek Dagang.
Penggunaan angka-angka sebagai merek dagang sebenarnya agak kurang lazim.Pada umumnya merek-merek yang terdiri dari angka-angka ini
kurang memiliki daya pembeda dan kurang berfungsi sebagai petunjuk asal barang, karena biasanya angka-angka tersebut lebih bersifat sebagai
tanda derajat mutu barang secara umum.Seringkali angka-angka digabungkan dengan huruf-huruf untuk digunakan sebagai merek dagang,
dengan anggapan bahwa merek dagang dengan kombinasi tersebut lebih mempunyai daya pembeda jika dibandingkan dengan angka-angka saja.
3. Menggunakan Huruf-Huruf.
Huruf-huruf yang dipakai sebagai merek dagang dapat bermacam-macam bentuknya, misalnya : berupa inisial atau singkatan saja dengan atau tanpa
titik-titik pemisah, berupa gabungan antara huruf-huruf dengan suatu desain atau pola gambar tertentu, ditulis secara khusus atau berbentuk
khusus atau dalam bentuk monogram. Untuk dapat diterima sebagai merek dagang, huruf-huruf yang bersangkutan haruslah mempunyai daya
pembeda yang kuat.Memiliki keistimewaan bentuk atau desain, atau telah memperoleh daya pembeda tersebut karena pemakaian.
4. Merek-Merek Dagang Menggunakan Gambar.
Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, gambar menempati urutan pertama. Gambar ini termasuk ke dalam kategori “devices”, yang
meliputi: potret, gambar, lukisan, tanda-tangan, dan monogram. Merek
dagang dengan menggunakan gambar ini merupakan jenis merek yang paling awal dipergunakan oleh orang-orang untuk menandai barang-
barang dagangannya, dan dalam banyak hal merupakan suatu jenis merek dagang yang paling berharga di antara jenis-jenis merek lain. Merek
dagang dengan menggunakan gambar ini pada umumnya tidak mengandung kata-kata yang bisa diucapkan dan dimengerti melalui
pendengaran, melainkan hanya merupakan bentuk-bentuk atau lukisan- lukisan yang menimbulkan kesan dalam ingatan seseorang melalui indra
penglihatannya.
5. Merek Dagang Menggunakan Nama-Nama Orang.
Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah nama keluarga, nama kecil, nama samaran, dan juga nama singkatan atau bagian yang penting dari nama-
nama perusahaan. Seorang produsen atau pedagang biasanya berkeinginan untuk menggunakan suatu merek yang masih ada hubungannya atau
mengandung unsur-unsur yang diambil dari nama pribadinya. Pada waktu memilih merek yang akan digunakan untuk menandai barang-barang hasil
produksi atau dagangannya, nama sendiri atau nama dari perusahaan pengusaha yang bersangkutan adalah pilihan yang wajar atau yang logis.
Namun demikian, keinginan dan kepentingan untuk menggunakan nama atau nama perusahaannya sendiri itu harus pula diseimbangkan dengan
keinginan dan kepentingan pengusaha lain yang kebetulan memiliki nama atau nama perusahaan yang sama.
6. Merek Dagang Menggunakan Susunan Warna.
Sehubungan dengan penggunaan unsur warna sebagai ciri khas dari suatu merek, dapat disimpulkan bahwa satu warna saja sebagai sendirinya tidak
dapat dijadikan sebagai merek dari suatu barang. Hal ini adalah wajar mengingat terbatasnya jumlah warna-warna yang ada, sehingga tidak
seorang pun boleh memonopoli satu warna tersebut dan menghalangi orang lain untuk menggunakan warna yang sama bagi hasil-hasil
produksinya. Namun demikian, kombinasi antara suatu warna dengan suatu tanda atau gambar dapat diterima sebagai suatu merek dagang.Jadi
suatu gambar atau tanda yang diberi warna tertentu dapat berfungsi sebagai suatu merek dagang yang baik.Dalam hubungan ini suatu tanda
atau gambar yang tidak dapat dijadikan merek dagang karena besifat terlalu umum dan tidak mempunyai daya pembeda, dapat memperoleh
daya pembeda jika tanda tersebut secara khusus dikombinasikan dengan suatu warna tertentu. Pada umumnya kombinasi warna dapat dilindungi
jika diwujudkan dalam suatu penampilan grafis tertentu, atau jika kombinasi warna tersebut telah digunakan sedemikian rupa oleh
pengusaha yang bersangkutan sehingga berhasil menciptakan suatu identitas yang oleh masyarakat selalu dihubungkan dengan perusahaan
termaksud. 7.
Merek Dagang Menggunakan Kombinasi Berbagai Unsur. Suatu merek dagang memang dapat terdiri dari gabungan antara suatu kata
dengan suatu sarana, suatu nama dengan potret, suatu bentuk dengan suatu kata, dan sebagainya. Namun demikian jika kombinasi tersebut terdiri dari
tanda-tanda yang tidak dapat dijadikan sebagai merek dagang karena tidak mempunyai daya pembeda, maka besar kemungkinan kombinasinya juga
tetap tidak mempunyai daya pembedaan.Sebaliknya, dalam hal-hal lain penggabungan antara beberapa tanda dapat menolong memberikan
tambahan pada salah satu dari tanda tersebut yang sebelumnya sebagai sendirinya tidak mempunyai daya pembeda, sehingga penggabungan
tersebut dengan demikian menghasilkan suatu merek dagang dengan kombinasi yang mempunyai daya pembeda yang cukup kuat.
Ada beberapa hal yang menyebabkan suatu tanda tidak dapat dijadikan sebagai ciri atau tanda dari sebuah merek dagang. Penyebabnya antara lain:
1. Tidak Adanya Pembeda Tanda Pada Merek Dagang Tersebut.
Ketiadaan daya pembeda yang dimaksud disini adalah yang bersifat mutlak, yaitu dalam pengertian disamping tanda termaksud memang tidak
mempunyai daya pembeda.Tanda tersebut juga tidak mungkin dapat memperoleh daya pembeda karena pemakaian.
2. Merek Dagang Menggunakan Nama Umum.
Nama umum generic name,maksudnya adalah kata-kata yang umum dan biasa dipakai dalam kegiatan perindustrian dan perdagangan untuk
menamai jenis atau kelas dari barang-barang tertentu.Nama jenis ini pada umunya tidak didaftarkan dan dilindungi sebagai merek dagang untuk
barang yang bersangkutan.Pengecualian tersebut memang tepat, karena kata-kata tersebut sudah demikian lazimnya digunakan oleh semua orang
untuk menyebut jenis barang yang bersangkutan, sehingga sudah selayaknya apabila tidak seorangpun boleh mengaku sebagai satu-satunya
orang yang berhak memakai kata tersebut atau sebagai satu-satunya yang telah memakai kata tersebut sebagai merek. Misalnya: kata “gula”, tidak
bisa menjadi merek gula pasir ataupun kembang gula.
3. Merek Dagang Menggunakan Kata keterangan.
Yang dimaksud dengan kata keterangan dalam hubungannya dengan merek dagang adalah kata-kata yang menerangkan atau menjelaskan sifat-
sifat, kegunaan atau mutu dari suatu barang tertentu.Penjelasan tersebut dapat bersifat menunjukan komposisi atau tujuan dari barang tersebut, atau
mengenai sifatnya, mutunya, nilainya, ramuan-ramuannya, dan berbagai kegunaan ataupun sifat-sifatnya. Contoh: menggunakan kata “harum”
untuk minyak wangi, kata “gentlemen” untuk kemeja pria, dan lain sebagainya.
4. Merek Dagang Menggunakan Tanda-Tanda Kenegaraan Atau Tanda-
Tanda Umum Lainnya. Lambang-lambang Negara, bendera-bendera dan tanda-tanda lain yang
berhubungan dengan urusan kenegaraan tidak dapat dipergunakan sebagai merek dagang.Larangan atau pengecualian ini secara tegas ditentukan
dalam Article 6 ter, konvensi Paris. Dan juga dinyatakan di dalam Pasal 6 ayat 2 huruf b, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
yang menyatakan: “Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut merupakan tiruan atau menyerupai tanda
atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang
berwenang”.
14
14
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, tentang “Merek”, Pasal 6, Angka 2, Huruf C.
Jika diperbolehkan menggunakan Tanda-tanda Kenegaraan, maka pemakaian itu akan menimbulkan kesan yang menyesatkan bagi
khalayak ramai. Seolah-olah merek dagang tersebut memang ada hubungannya dengan pemerintah atau badan-badan resmi dari pemerintah
tersebut.Demikian pula tanda-tanda yang telah menjadi milik umum tidak dapat digunakan sebagai merek dagang. Termasuk dalam pengertian ini
ialah tanda-tanda atau lukisan-lukisan, kata-kata dan lain sebagainya yang telah dikenal dan dipakai secara luas serta bebas oleh masyarakat,
sehingga tidak lagi dapat berfungsi secara khusus sebagai tanda pengenal barang hasil produksi seseorang tertentu saja.
5. Bertentangan Dengan Kesusilaan dan Ketertiban Umum.
Tanda-tanda yang mengandung hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum strijd met de geode zede of de openbare
orde tidak dapat diterima sebagai merek dagang.Pengertian tersebut meliputi tanda-tanda atau sarana-sarana yang mengandung hal-hal yang
dapat menyinggung perasaan orang, atau melanggar norma-norma kesopanan, ketentraman, atau keagamaan, baik dari masyarakat pada
umumnya dari suatu golongan masyarakat tertentu.Demikian juga tidak dapat diterima sebagai merek dagang tanda-tanda yang dari segi keamanan
atau dari segi penguasa dipandang dapat menjadi faktor pencetus dari timbulnya keadaan yang membahayakan atau mengganggu ketertiban
umum SARA. 6.
Menyesatkan Atau Memperdaya Masyarakat. Tidak dapat diterima sebagai merek, tanda-tanda yang dapat menimbulkan
salah paham atau kekeliruan terdapat dari pada khalayak ramai tentang
sifat-sifat kegunaan dari barang-barangnya.Misalnya merek “VITAMIN GUSTI” untuk sediaan-sediaan yang tidak mengandung vitamin. Daerah
hubungan ini, dapat dimasukkan juga tanda-tanda yang menerangkan tempat atau daerah barang yang bersangkutan yang tidak benar dan
menyesatkan, seperti misalnya: barang-barang buatan Taiwan tetapi dibubuhi kata-kata “Made In Japan” atau barang-barang buatan dalam
negeri Indonesia yang diberi label “ Made In England” sehingga pasti akan memperdayakan khalayak ramai untuk menyangka bahwa barang-barang
tersebut benar-benar berasal atau dibuat oleh suatu perusahaan yang berkedudukan di negara tersebut, padahal kenyataannya tidaklah demikian.
C. Persyaratan Pendaftaran Merek Dagang.