juga bidang hak kekayaan intelektual lainnya.Adanya peradilan khusus untuk masalah merek dan bidang-bidang hak kekayaan intelektual lain, juga dikenal di
beberapa bagian negara lain, seperi Thailand. Dalam undang-undang inipun pemilik merek diberi upaya perlindungan hukum lain, yaitu wujud penetapan
sementara pengadilan untuk melindungi mereknya guna mencegah kerugian yang lebih besar.
Disamping itu, untuk memberikan kesempatan yang lebih luas dalam penyelesaian sengketa, dalam undang-undang ini dimuat ketentuan tentang
arbitrase atau alternative penyelesaian sengketa.Dengan undang-undang ini terciptalah pengaturan merek dalam satu naskah single text sehingga lebih
memudahkan masyarakat menggunakannya.Dalam hal ini ketentuan-ketentuan dalam undang-undang merek lama, yang substanstifnya tidak diubah, dituangkan
kembali dalam undang-undang ini.
D. Persyaratan Pendaftaran Merek
Adapun syarat mutlak suatu merek yang harus dipenuhi oleh setiap orang ataupun badan hukum yang ingin memakai suatu merek, agar supaya merek itu
dapat diterima dan dipakai sebagai merek atau cap dagang, syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah bahwa merek itu harus mempunyai daya perbedaan yang
cukup. Dengan lain perkataan, tanda yang dipakai ini haruslah sedemikian rupa, sehingga mempunyai cukup kekuatan untuk membedakan barang hasil produksi
sesuatu perusahaan atau barang perniagaan perdagangan atau jasa dari produksi seseorang dengan barang- barang atau jasa yang diproduksi oleh orang lain.
Karena adanya merek itu barang-barang atau jasa nyang diproduksi menjadi dapat dibedakan.
Ada dua system yang dianut dalam pendaftaran merek yaitu sistem deklaratif dan sistem konstitutif atributif. Undang-Undang Merek Tahun 2001
dalam sistem pendaftarannya menganut sistem konsitutif, sama dengan Undang- Undang sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 dan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1997. Ini adalah perubahan yang mendasar di dalam Undang-Undang Merek di Indonesia, yang semula menganut sistem deklaratif.
Secara Internasional menurut Soegondo Soemodiredjo ada dikenal 4 sistem pendaftaran merek yaitu:
1. Pendaftaran merek tanpa pemeriksaan merek terlebih dahulu. Menurut sistem
ini merek yang dimohonkan pendaftarannya segera didaftarkan asal syarat- syarat permohonannya telh dipenuhi antara lain pembayaran biaya
permohonan yang dipenuhi antara lain pembayaran biaya permohonan, pemeriksaan dan pendaftaran. Tidak diperiksa apakah merek tersebut
memenuhi syarat-syarat lain yang ditetapkan dalam undang-undang, misalnya tidak diperiksa apakah merek tersebut pada keseluruhannya atau pada
pokoknya ada persamaan dengan merek yang telah didaftarkan untuk barang sjenis atas nama orang lain. Sistem ini dipergunakan misalnya oleh negara
Perancis, Belgia, Luxemburg, dan Rumania. 2.
Pendaftaran dengan pemeriksaan merek terlebih dahulu. sebelum didaftarkan merek yang bersangkutan terlebih dahulu diperiksa mengenai syarat-syarat
permohonannya maupun syarat-syarat mengenai merek itu sendiri. Hanya
merek yang memenuhi syarat dan tidak mempunyai persamaan pada keseluruhan atau pada pokoknya dengan merek yang telah didaftarkan untuk
barang sejenis atas nama orang lain dapat didaftarkan. 3.
Pendaftaran dengan pengumuman sementara. Sebelum merek yang bersangkutan didaftarkan, merek itu diumumkan lebih dahulu untuk memberi
kesempatan kepada pihak lain mengajukan keberatan-keberatan tentang pendaftaran merek tersebut. Sistem ini dianut oleh antara lain negara Spanyol,
Colombia, Brazil, dan Autralia. 4.
Pendaftaran merek dengan pemberitahuan terlebih dahulu tentang adanya merek-merek terdaftar lain yang ada persamaannya. Pemohon pendaftaran
merek diberitahu bahwa mereknya mempunyai persamaan pada keseluruhan atau pada pokoknya dengan merek yang telah didaftarkan terlebih dahulu
untuk barang sejenis atau nama orang lain. Walaupun demikian, jika pemohon tetap menghendaki pendaftaran mereknya, maka mereknya itu didaftarkan
juga. Sistem ini misalnya dipakai oleh negara Swiss dan Australia. Pendaftaran merek dalam hal ini adalah untuk memberikan status bahwa
pendaftar dianggap sebagai pemakai pertama sampai ada orang lain yang membuktikan sebaliknya. Berbeda dengan sistem deklaratif pada sistem
konstitutif baru akan menimbulkan hak apabila telah didaftarkan oleh si pemegang. Oleh karena itu dalam sistem ini pendaftaran adalah merupakan suatu
keharusan. Dalam sistem deklaratif titik berat diletakkan atas pemakaian
pertama.Siapa yang memakai pertama sesuatu merek dialah yang dianggap yang
berhak menurut hukum atas merek bersangkutan.Jadi pemakaian pertama yang menciptakan hak atas merek, bukan pendaftaran.Pendaftaran dianggap hanya
memberikan suatu hak prasangka menurut hukum, dugaan hukum rechtsvermoeden bahwa orang yang mendaftar adalah si pemakai pertam, yaitu
adalah yang berhak atas merek bersangkutan. Tetapi apabila lain orang dapat membuktikan bahwa ialah yang memakai pertama hak tersebut, maka
pendaftarannya bisa dibatalkan oleh pengadilan dan hal ini sering kali terjadi. Misalnya dalam perkara “Tancho” yang terkenal, kita saksikan bahwa pendaftaran
yang dilakukan oleh pengusaha Indonesia, karena dianggap sebagai telah bertindak tidak dengan itikad baik, telah dibatalkan oleh pengadilan.Dinyatakan
bahwa perusahaan Jepang adalah yang sebenarnya pertama-tama memakai merek tersebut dan yang berhak.Pendaftaran dari pihak pengusaha Indonesia telah
dibatalkan dan dicoret dari Daftar Kantor Merek.Inilah yang dipandang sebagai kurang memberikan kepastian hukum jika dibandingkan dengan sistem
konstitutif, yaitu bahwa pendaftaranlah yang menciptakan hak atas merek.Siapa yang pertama mendftarkan dialah yang berhak atas merek dan dialah secara
eksklusif dapat memakai merek tersebut. Orang lain tidak dapat memakainya. Hak atas merek tidak ada pada pendaftaran.Inilah membawa lebih banyak
kepastian. Karena jika seorang dapat membuktikan ia telah mendaftarkan sesuatu merek dan mengenai ini dia diberikan suatu Sertifikat Merek yang merupakan
bukti daripada hak miliknya atas sesuatu merek maka orang lain tidak dapat mempergunakannya dan orang lain itu tidak berhak untuk memakai merek yang
sama untuk barang-barang yang sejenis pula. Jadi sistem kostitutif ini memberikan lebih banyak kepastian.
Tentang cara pendaftaran merek di Indonesia menurut UU Merek tahun 2001 diatur dalam pasal 7 dengan mencantumkan:
1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada
Direktorat Jenderal dengan mencantumkan: a.
Tanggal, bulan, dan tahun. b.
Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon. c.
Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa.
d. Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya
menggunakan unsur-unsur warna. e.
Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam permohonan diajukan dengan hak prioritas.
f. Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya.
g. Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat terdiri dari satu
orang atau beberapa orang secara bersama, ataupun badan hukum. h.
Permohonan dilampiri dengan bukti pembayaran biaya. i.
Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari satu pemohon yang secara bersama-sama berhak atas merek tersebut, semua nama
pemohon dicantumkan dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka.
j. Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 5,
permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu dari pemohon yang berhak atas merek etrsebut dengan melampirkan persetujuan
tertulis dari para pemohon yang mewakilkan. k.
Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 diajukan melalui kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua
pihak yang berhak atas merek tersebut. l.
Kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat7 adalah konsultan Hak Kekayaan Intelektual.
m. Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai
Konsultan Hak Kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan cara pengangkatannya diatur dengan
Keputusan Presiden. Sedangkan untuk memiliki merek terdaftaryang secara sah dilindungi
undang-undang, kita perlu menempuh prosedur pendaftaran sebagai berikut: 1.
Mengisi formulir yang telah disediakan dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap empat.
2. Lampiri dengan dokumen-dokumen berikut:
a. Surat pernyataan diatas kertas bermaterai Rp 6.000,00 serta ditandatangani
oleh pemohon langsung bukan kuasa pemohon,yang menyatakan bahwa merek yang dimohonkan adalah milik pemohon.
b. Surat kuasa khusus,apabila permohonan pendaftaran diajukan melalui
kuasa pemohon.
c. Salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopi nya yang
ditandatangani oleh notaris,apabila pemohon merupakan badan hukum. d.
24 dua puluh empat lembar etiket merek empat lembar dilekatkan pada formulir yang dicetak diatas kertas.
e. Fotokopi KTP pemohon.
f. Bukti prioritas asli dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia apabila
permohonan dilakukan dengan hak prioritas. g.
Bukti pembayaran biaya permohonan merek sebesar Rp450.000,00 Sebagai bagian dari proses ini akan dilakukan pemeriksaan subtantif
paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal penerimaan. Pemeriksaan ini selesai paling lama sembilan bulan.Hasil dari pemeriksaan ini ada dua, yaitu diterima
atau tidak diterima atau ditolak.Jika setelah pemeriksaan subtantif permohonan merek disetujui oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual untuk didaftar,
permohonan itu segera diumumkan paling lama 10 hari sejak persetujuan. Pengumuman berlangsung selama tiga bulan di Berita Resmi Merek yang
diterbitkan secara berkala oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, atau di sarana khusus yang dengan mudah dan jelas dapat dilihat oleh masyarakat,
yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Selama masa pengumuman, pihak yang berkeberatan dapat mengajukan
keberatannya secara tertulis kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.Kalau sebaliknya pendaftaran suatu merek ditolak, maka penolakan
permohonan diberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau kuasanya disertai alasannya. Pemohon atau kuasanya dapat menyampaikan keberatan atau
tanggapan disertai alasannya paling lambat tiga puluh hari sejak tanggal penerimaan surat pemberitahuan penolakan.
Surat permmintaan pendaftaran merek tersebut harus ditandatangani oleh pemilik merek atau kuasanya. Jika permintaan pendaftaran merek tersebut
diajukan lebih dari satu orang atau diajukan oleh bandan hukum yang secara bersama-sama berhak atas merek tersebut maka nama orang-orang atau badan
hukum yang mengajukan permintaan tersebut harus dicantumkan semuanya dengan memilih salah satu alamat sebagai alamat mereka. Namun untuk
penandatanganannya haruslah ditetapkan salah seorang dari mereka atau badan hukum tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari orang-orang atau
badan hukum yang lain yang tidak ikut menandatangani tetapi jika permintaan pendaftaran merek itu diajukan melalui kuasanya, maka surat kuasa untuk itu
harus ditandatangani oleh semua yang berhak atas merek tersebut. Surat permohonan diatas juga harus dilengkapi dengan:
1. Surat pernyataan bahwa merek yang dimintakan pendaftarannya adalah
miliknya. 2.
Dua puluh helai etiket merek yang bersangkutan. 3.
Tambahan berita negara yang memuat akta pendirian badan hukum atau salinan yang sah akta pendirian badan hukum, apabila pemilik merek adalah
badan hukum. 4.
Surat kuasa apabila permintaan pendaftaran merek diajukan melalui kuasa. 5.
Pembayaran seluruh biaya dalam rangka permintaan pendaftaran merek yang jenis dan besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
Selanjutnya dapat dikatakan pula bahwa etiket merek yang menggunakan bahasa asing dan atau didalamnya terdapat hurf selain latin atau angka yang tidak
lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, wajib disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia, dalam huruf latin atau angka yang lazim digunakan dalam
bahasa Indonesia seta cara pengucapannya dalam ejaan latin. Ketentuan ini lebih lanjut dimaksudkan untuk kepentingan pemeriksaan dan untuk perlindungan
masyarakat konsumen. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara permohonan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Selanjutnya diterangkan bahwa permintaan pendaftaran merek yang diajukan oleh pemilik atau yang berhak atas merek yang bertempat tinggal atau
berkedudukan tetap diluar wilayah Republik Indonesia, wajib diajukan melalui kuasanya di Indonesia. Pemilik atau yang berhak atas merek tersebut wajib pula
menyatakan dan memilih tempat tinggal kuasanya sebagai alamat di Indonesia.
E. Merek Yang Tidak Didaftar Dan Harus Ditolak Pendaftarannya.