Selanjutnya dapat dikatakan pula bahwa etiket merek yang menggunakan bahasa asing dan atau didalamnya terdapat hurf selain latin atau angka yang tidak
lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, wajib disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia, dalam huruf latin atau angka yang lazim digunakan dalam
bahasa Indonesia seta cara pengucapannya dalam ejaan latin. Ketentuan ini lebih lanjut dimaksudkan untuk kepentingan pemeriksaan dan untuk perlindungan
masyarakat konsumen. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara permohonan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Selanjutnya diterangkan bahwa permintaan pendaftaran merek yang diajukan oleh pemilik atau yang berhak atas merek yang bertempat tinggal atau
berkedudukan tetap diluar wilayah Republik Indonesia, wajib diajukan melalui kuasanya di Indonesia. Pemilik atau yang berhak atas merek tersebut wajib pula
menyatakan dan memilih tempat tinggal kuasanya sebagai alamat di Indonesia.
E. Merek Yang Tidak Didaftar Dan Harus Ditolak Pendaftarannya.
Menurut pasal 6 Undang-Undang Merek Tahun 2001 memuat ketentuan mengenai penolakan pendaftaran merek yaitu:
1. Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut:
a. Mempunyai persamaan pada pokok atau keseluruhannya dengan merek
milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang-barang danjasa yang sejenis.
b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
indikasi geografis yang sudah dikenal.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dapat pula
diberlakukan terhadap barang dan atau jasa yang tidak sejenis sepanjang memenuhi persyaratan tertentu yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah. 3.
Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut:
a. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan
hukum yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak.
b. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,
lambang atau simbol atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.
c. Merupakan tiruan atau meyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang
digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenanng. Alasan untuk melarang pemakaian
dari tanda-tanda resmi kenegaraan, pemerintah, atau badan-badan internasional maupun badan resmi nasional ialah karena pemakaian itu
akan memberi kesan yang keliru bagi khalayak ramai. Seolah-olah merek itu memang ada hubungannya dengan pemerintah-pemerintah atau badan-
badan internasional maupun badan resmi dari pemerintah itu. Makanya tidak dapat diperkenankan pemakaian dari tanda-tanda bersangkutan untuk
menghindarkan salah paham dan kekeliruan itu.
Untuk hal ini Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 lebih tegas mengemukakan alasannya tentang hal itu. Alasannya sebab apabila diperbolehkan
adanya pemakaian merek-merek atau tanda dengan persetujuan terlebih dahulu dari yang berhak, maka suatu pendirian yang mengandung pengakuan yang palsu
akan tercipta dalam benak masyarakat, bahwa seolah-olah ada suatu hubungan antara barang-barang dengan merek bersangkutan dan organisasi yang
benderanya, emblim-emblim atau namanya telah diproduksi atau ditiru itu. Penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya dengan merek terkenal untuk barang danatau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyararakat mengenai
merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan.Tentang terkenal atau tidaknya suatu merek, perlu diukur berdasarkan reputasi merek tersebut yang diperoleh
karena promosi yang gencar dan besar-besaran, invensi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran merek
tersebut di beberapa negara. Apabila hal-hal di atas belum dianggap cukup, pengadilan niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk
melakukan survey guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya merek yang menjadi dasar penolakan.
Pelanggaran terhadap merek motivasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi secara mudah dengan mencoba atau melakukan tindakan,
meniru atau memalsukan merek-mmerek yang sudah terkenal di masyarakat tanpa memikirkan hakāhak orang lain yang hak-haknya telah dilindungi sebelumnya.
Tentu saja hal-hal demikian itu kan sangat mengacaukan roda perekonomian dalam skala nasional dan skala lokal.
Praktik perdagangan tidak jujur meliputi cara-cara berikut: 1.
Praktik Peniruan Merek Dagang. Pengusaha yang beritikad tidak baik tersebut dalam hal persaingan tidak jujur
semacam ini berwujud penggunaan upaya-upaya atau ikhtiar-ikhtiar mempergunakan merek dengan meniru merek terkenal yang sudah ada
sehingga merek atas barang atau jasa yang diproduksinya secara pokoknya sama dengan merek atas barang atau jasa yang sudah terkenal untuk barang-
barang atau jasa sejenis dengan maksud menimbulkan kesan pada masyarakat ramai, seakan-akan barang atau jasa yang diproduksinya itu sama dengan
produksi barang atau jasa yang sudah terkenal itu. 2.
Praktik Pemalsuan Merek Dagang. Dalam hal ini persaingan tidak jujur tersebut dilakukan oleh pengusaha yang
tidak beritikad baik itu dengan cara memproduksi barang-barang dengan mempergunakan merek yang sudah dikenal secara luas di dalam masyarakat
yang merupakan bukan haknya. 3.
Perbuatan-perbuatan yang Dapat Mengacaukan Publik Berkenaan Dengan Sifat dan Asal Usul Merek
Hal ini dapat terjadi karena adanya tempat atau daerah suatu negara yang dapat menjadi kekuatan yang memberikan pengaruh baik pada suatu barang
karena dianggap sebagai daerah penghasil jenis barang yang bermutu.
Termasuk dalam persaingan yang tidak jujur pula apabila pengusaha mencantumkan keterangan tentang sifat dan asal-usul barang yang tidak
sebenarnya, untuk mengelabui konsumen, seakan-akan barang tersebut memiliki kualitas yang baik karena berasal dari daerah penghasil barang yang bermutu
misalnya mencantumkan keterangan Made in Italy padahal tidak benar produk itu berasal dari Italy.
Seluruh perbuatan itu sangat merugikan pemilik merek. Karena akibat dari persaingan tidak jujur pemalsuan dan peniruan merek terkenal akan mengurangi
omaet penjualan sehingga mengurangi keuntungan yang sangat diharapkan dari mereknya yang sudah terkenal tersebut. Bahkan dapat menurunkan kepercayaan
masyarakat terhadap merek tersebut, karena konsumen menganggap bahwa merek yang dulu dipercaya memiliki mutu yang baik ternyata sudah menurun
kualitasnya.
BAB III BEBERAPA SEGI HUKUM MENGENAI MEREK DAGANG