Latar Belakang Masalah Terima kasih yang teristimewa penulis ucapkan untuk ayahanda Johnny Djuwandi Prasat

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 paragraf 7 tahun 2012, laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi serta menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Komponen laporan keuangan yang sering disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan. Seiring dengan perkembangan pasar modal di Indonesia, para investor sangat memperhatikan transparansi kondisi keuangan perusahaan sehingga hal ini menja- di sangat penting untuk dicermati. Sebagai bentuk perwujudan transparansi tersebut, PSAK No.1 paragraf 15 mengatur tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang mensyaratkan bahwa laporan keuangan peru- sahaan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif, yaitu relevan relevance, andal reliability, dapat diperbandingkan comparability, dan mudah dipahami understandability. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dikatakan Universitas Sumatera Utara relevan jika memiliki manfaat umpan balik feedback value, memiliki manfaat prediktif predictive value, tepat waktu, dan lengkap Erlina dan Rasdianto, 2013:8. Informasi yang disajikan tidak tepat waktu dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan manfaat prediktif yang dimiliki sehingga akan mengurangi manfaat dari laporan keuangan bagi penguna laporan keuangan, khususnya investor, dalam pengambilan keputusan. Dalam rangka melindungi kepentingan pemegang saham yang berinvestasi pada pasar modal di seluruh dunia termasuk Indonesia, dikeluarkan peraturan- peraturan yang mengatur tentang jangka waktu penyampaian laporan keuangan. Untuk Indonesia, Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam No. X.K.2, Salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep346BL2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, mewajibkan setiap perusahaan publik yang terdaftar di Pasar Modal untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen kepada Bapepam-LK selambat- lambatnya akhir bulan ketiga 90 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Jangka waktu penyampaian laporan keuangan tersebut lebih cepat dibandingkan peraturan sebelumnya yang memberikan jangka waktu penyampaian laporan selambat-lambatnya akhir bulan keempat 120 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Perubahan peraturan ini menuntut auditor bekerja lebih cepat dalam menyelesaikan laporan keuangan auditan. Upaya untuk menyampaikan laporan keuangan tepat waktu sering dihadapkan pada berbagai kendala. Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh perusahaan- Universitas Sumatera Utara perusahaan go publik, khususnya, adalah keharusan untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan oleh auditor independen yaitu akuntan publik. Hal tersebut telah dijelaskan dalam pasal 68 ayat 1 UU No. 40 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan Bapepam-LK yang menyatakan bahwa laporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik wajib diaudit dan diberikan opini oleh akuntan publik. Opini audit yang diberikan oleh auditor sebagai hasil audit atas perusahaan publik memiliki konsekuensi dan tanggung jawab yang besar, sehingga auditor dituntut untuk bekerja secara profesional sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik SPAP. Ikatan Akuntan Indonesia dalam SPAP khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur tentang prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan. Prosedur ini mengatur hal-hal seperti perlunya perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyata- kan pendapat atas laporan keuangan. Namun, pemenuhan standar audit tersebut tidaklah mudah dan akan berdampak pada kualitas serta lamanya proses penyele- saian laporan keuangan auditan. Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan Bapepam-LK tergantung dari lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Semakin cepat penyelesaian pekerjaan audit, maka semakin cepat pula informasi dipublikasikan. Selisih waktu antara tanggal tutup buku tahunan perusahaan dengan tanggal Universitas Sumatera Utara pelaporan auditor dalam laporan keuangan auditan dalam auditing disebut audit report lag. Semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka audit report lag juga akan semakin lama sehingga memberikan efek negatif pada perusahaan dimana pemegang saham yang ada saat ini dan pemegang saham potensial akan menunda keputusan untuk berinvestasi. Hal ini menunjukkan pentingnya ketepatan waktu dalam penyusunan dan penyampaian laporan keuangan kepada publik. Selain menciptakan kepercayaan di kalangan investor terkait keputusan berinvestasi, ketepatan waktu dalam penyampaian dan publikasi laporan keuangan suatu perusahaan publik juga akan mengurangi kemungkinan terjadinya kebocoran informasi kepada investor tertentu, kemungkinan berkem- bangnya isu maupun kemungkinan terdapatnya insider trading di pasar modal. Manajemen perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan keuangan yang tepat waktu dan ketentuan informasi yang andal. Untuk menyedia- kan informasi yang tepat waktu, seringkali pelaporan dilakukan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Salah satu konsep yang mendasari keberadaan corporate governance adalah teori keagenan agency theory. Indonesia mulai menerapkan prinsip Good Corporate Governance GCG sejak menandatangani Letter of Intent LOI dengan The International Monetary Fund IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan- Universitas Sumatera Utara perusahaan di Indonesia YPPMI SC, 2002. Sejalan dengan hal tersebut, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance KNKCG berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat internasional. Perusahaan menerapkan GCG dengan meningkatkan semangat kerja, akuntabilitas, keadilan, transparansi dan tanggung jawab. Memperbaiki pengelolaan dan pengendalian perusahaan untuk memastikan bahwa standar-standar di bidang hukum dan keuangan berjalan dalam kerangka tata kelola yang diatur berdasarkan hukum dan perundang-undangan serta Anggaran Dasar Perseroan. Komite audit di perusahaan publik memegang peranan yang cukup penting dalam mewujudkan GCG. Bapepam-LK melalui surat edaran No.SE-03PM2000 merekomendasikan perusahaan publik untuk membentuk komite audit. Komite audit lebih lanjut diatur dalam Kep-339BEJ07-2001 yang mengharuskan semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki komite audit. Komite audit merupakan “mata” dan “telinga” dewan komisaris dalam rangka mengawasi jalannya perusahaan. Keberadaan komite audit yang efektif merupakan salah satu aspek penilaian dalam implementasi GCG. Untuk mewujudkan prinsip GCG di suatu perusahaan publik, diharapkan prinsip independensi independency, transparansi dan pengungkapan transparency disclosure, akuntabilitas accountability dan pertanggungjawaban responsibility, serta kewajaran fairness menjadi landasan utama dalam aktivitas komite audit. Komite Audit dibentuk oleh Dewan KomisarisDewan Pengawas, yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris dalam melaksanakan Universitas Sumatera Utara tugasnya. Komite Audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam pelaporan, dan bertanggungjawab langsung kepada Komisaris. Lebih jelas Undang-Undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN, dan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41PM2003 menyatakan: 1. BUMN maupun Emiten atau Perusahaan Publik wajib membentuk Komite Audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris dan Dewan Pengawas. 2. Komite Audit dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggungjawab kepada Komisaris dan Dewan Pengawas. 3. Komite Audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Independen dan sekurang-kurangnya dua orang lainnya berasal dari luar perusahaan. Komite audit dapat melakukan sinergi dengan auditor internal untuk lebih meningkatkan sistem pengendalian internal perusahaan. Apabila terdapat dugaan penyimpangan fraud di perusahaan yang melibatkan direksi perusahaan, maka komisaris dapat menugaskan komite audit untuk melakukan audit khusus fraud audit. Dalam hal ini, komite audit dapat meminta bantuan pihak eksternal outsourcing, untuk melakukan audit investigatif atau audit forensik dalam rangka mengungkap terjadinya praktik kecurangan yang signifikan di perusahaan. Komite Audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Dengan adanya komite audit yang independen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuangan yang disusun oleh manajemen yang dapat mengakibatkan audit Universitas Sumatera Utara report lag. Sekaligus dapat mengevaluasi kinerja manajemen sehingga akan menghasilkan laporan keuangan yang berguna bagi investor dalam pengambilan keputusan. Perusahaan yang terlambat dalam penyampaian laporan keuangan akan dikenakan sanksi administrasi dan denda. Sanksi dan denda yang dikenakan cukup berat, tetapi masih ada beberapa perusahaan yang tidak dapat menyampai- kan laporan keuangan tepat waktu walaupun sudah dibentuk Komite Audit. Jumlah perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan pada tahun 2010 sebanyak 21 perusahaan, tahun 2011 sebanyak 24 perusahaan, dan tahun 2012 sebanyak 29 perusahaan Kompas, 2012. Dari fakta tersebut, terlihat bahwa jumlah perusahaan yang melakukan pelanggaran dalam bentuk keterlambatan penyampaian laporan keuangan terus meningkat dari tahun ke tahun. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Apadore dan Noor 2013 yang menguji pengaruh dari keberadaan komite audit, karakteristik corporate governance dan internal audit investment terhadap audit report lag pada perusahaan yang terdaftar di bursa Malaysia. Dalam penelitian tersebut, mereka menggunakan variabel-variabel seperti audit committee independence, audit committee meetings, audit committee expertise, audit committee size, board independence, internal audit investment, dan ownership concentration. Penelitian ini mereplikasi beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut, yaitu variabel karakteristik komite audit seperti audit committee independence, audit committee meetings, audit committee expertise, dan audit committee size. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Apadore dan Noor 2013 adalah Universitas Sumatera Utara lingkungan penelitian yang sebelumnya dilakukan di Malaysia, kali ini dilakukan di Indonesia dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada tahun 2012. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melanjutkan penelitian terdahulu, dan laporannya akan dituangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 ”.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PENGARUH UKURAN KAP, TIPE PERUSAHAAN DAN KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP AUDIT REPORT LAG (Studi Empiris Pada Seluruh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)

0 9 144

PENGARUH KOMITE AUDIT, RETURN ON ASSETS DAN DEBT TO TOTAL ASSETS TERHADAP AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 15

P PENGARUH KOMITE AUDIT, RETURN ON ASSETS DAN DEBT TO TOTAL ASSETS TERHADAP AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 12

PENDAHULUAN PENGARUH KOMITE AUDIT, RETURN ON ASSETS DAN DEBT TO TOTAL ASSETS TERHADAP AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 7

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 26

PENGARUH KOMITE AUDIT, INDEPENDENSI KOMITE AUDIT DAN PROFITABILITAS TERHADAP AUDIT REPORT LAG DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015.

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012

0 1 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012

0 0 10

Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012

0 0 11

PENGARUH OPINI AUDIT, KOMITE AUDIT, DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAANYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011 - 2016 SKRIPSI

0 0 19