7
Kandungan karet dalam lateks segar biasanya ditingkatkan menjadi 60 kandungan karet kering dry rubber content melalui proses pemekatan sebelum
digunakan untuk membuat produk. Proses pengawetan dilakukan di kebun untuk sementara waktu, sebelum proses pemekatan dilakukan. Amonia dengan kepekatan
tinggi digunakan untuk pengawetan lateks pekat dalam jangka panjang. Lateks pekat dengan penambahan amonia minimal 1,6 disebut amonia tinggi High Ammonia
lateks dan lateks pekat yang mengandung amonia maksimal 0,8 disebut amonia rendah Low Ammonia lateks. Dalam penelitian ini, digunakan lateks pekat amonia
tinggi High Ammonia lateks dengan kandungan karet kering sebesar 60. Lateks pekat umumnya bersifat tidak stabil atau cepat mengalami
penggumpalan. Lateks dikatakan stabil apabila sistem koloidnya stabil yaitu tidak terjadi flokulasi atau penggumpalan selama penyimpanan.Ketidakstabilan lateks
terjadi disebabkan karena rusaknya lapisan pelindung karet yang terdispersi dalam serum lateks. Dengan rusaknya sistem kestabilan lateks, maka mutu lateks yang
dihasilkan menjadi kurang baik [26]. Untuk tetap menjaga kestabilan lateks, maka lateks pekat harus memenuhi persyaratan mutu menurut ASTM D 1076 dan ISO
2004 yang ditunjukkan pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Spesifikasi Mutu Lateks Pekat ASTM D 1076 dan ISO 2004 [26]
No. Parameter
ASTM D 1076 ISO 2004
HA LA
HA LA
1. Kandungan padatan total TSC min
61,5 61,5
61,5 61,5
2. Kandungan karet kering DRC min
60,0 60,0
60,0 60,0
3. Kandungan non karet maks
2,0 2,0
2,0 2,0
4. Kadar amoniak min
1,6 1,0
1,0 0,8
5. Waktu kemantapan mekanis min detik
650 650
540 540
6. Bilangan KOH maks
0,8 0,8
1,0 1,0
7. Asam lemak eteris ALE maks
- -
0,2 0,2
8. Tembaga maks ppm
8 8
8 8
9. Mangan maks ppm
8 8
8 8
2.2 PEMBUATAN SENYAWA LATEKS KARET ALAM
Campuran lateks karet alam dengan bahan kimia karet disebut senyawa compound lateks karet alam. Bahan kimia karet terdiri atas bahan kimia pokok dan
bahan kimia tambahan. Bahan kimia pokok yaitu bahan vulkanisasi, pencepat
Universitas Sumatera Utara
8
reaksi,pengaktif, penstabil, antioksidan, dan pengisi. Sedangkan bahan kimia tambahan adalah bahan penyerasi antara pengisi dengan lateks karet alam.
2.2.1 BAHAN VULKANISASI
Vulkanisasi adalah suatu proses dimana molekul karet yang linier mengalami reaksi sambung silang sulfur sulfur crosslinking sehingga menjadi molekul polimer
yang membentuk rangkaian tiga dimensi. Reaksi ini merubah karet yang bersifat plastis lembut dan menjadi karet yang elastis, keras dan kuat. Vulkanisasi yang
dikenal dengan proses pematangan curing dan molekul karet yang sudah tersambung silang crosslinked rubber di rujuk sebagai vulkanisat karet [27].
Secara umum sistem pemvulkanisasi di klasifikasikan menjadi tiga yaitu pemvulkanisasi konvensional, pemvulkanisasi semi effisien, dan pemvulkanisasi
effisien. Untuk membedakan ketiga sistem ini dibedakan berdasarkan jumlah kuratif perbandingan antara sulfur dan pencepat. Untuk sistem konvensional mengandung
sulfur lebih banyak bila dibandingkan dengan pencepat. Sistem efisiensi mengandung pencepat lebih banyak dari pada sulfur. Sedangkan sistem semi
effisiensi jumlah sulfur dan pencepat sama banyaknya[26]. Proses vulkanisasi secara konvensional menggunakan belerang pertama kali
ditemukan oleh Charles Goodyear tahun 1839, untuk proses vulkanisasi ini sering dipakai senyawa belerang sulfur sebagai pengikat polimer karet tersebut. Pada
proses vulkanisasi konvensional yang menggunakan belerang ini, dibutuhkan tiga sampai empat macam bahan kimia yaitu bahan pemvulkanisasi yaitu belerang, bahan
pencepat accelerator berupa senyawa karbamat, bahan pengaktif activator, dan bahan penstabil stabilizer yaitu KOH lalu dipanaskan pada suhu 40-50 °C selama
2-3 hari, pemanasan kedua 70 °C selama 2 jam, dan pemanasan akhir 100 °C selama 1 jam [28]. Proses vulkanisasisecara konvensional menggunakan belerang terlihat
pada gambar 2.2.
Universitas Sumatera Utara
9
Gambar 2.2 Reaksi Vulkanisasi Secara Konvensional Menggunakan Belerang [28]
2.2.2 BAHAN PENCEPAT REAKSI ACCELERATOR
Reaksi vulkanisasi dengan menggunakan sulfur biasanya berlangsung sangat lambat. Dalam dunia industri hal ini kurang efisien karena menambah waktu
produksi secara tidak langsung juga menambah biaya, dan kekuatan film lateks yang dihasilkan rendah atau lemah. Kekuatan film lateks yang dihasilkan dapat
ditingkatkan dengan penambahan bahan-bahan pencepat reaksi dan bahan-bahan penggiat [29].
Berdasarkan jenisnya, bahan pencepat reaksi dapat digolongkan sebagai berikut [30] :
• Golongan thiazol, contohnya MBT Mercaptobenzothiazole
• Golongan guanidin, contohnya DPG Diphenyl guanidine
• Golongan sulfenamida, contohnya CBS N-cyclohexyl-2-benzothiazolseulfen
amide. •
Golongan dithiocarbamate, contohnya ZDEC Zinc diethyl dithiocarbamate •
Golongan thiuram disulfida, contohnya TMTD Tetramethylthiuram disulfide Pada penelitian ini, digunakan bahan pencepat reaksi accelerator golongan
dithiocarbamate yaitu ZDEC Zinc diethyl dithiocarbamate. ZDEC Zinc diethyl dithiocarbamate dipilih karena memiliki sifat pematangan curing yang sangat
cepat dan efektif untuk suhu vulkanisasi sekitar 100 °C [30].
Universitas Sumatera Utara
10
2.2.3 BAHAN PENGAKTIF ACTIVATOR
Sebagian besar dari bahan pencepat reaksi accelerator memerlukan bantuan dari bahan pengaktif pencepat accelator activator seperti zink oksida dan asam
stearat untuk dapat bekerja maksimal. Zink oksida bereaksi dengan asam stearatuntuk membentuk zink stearat dalam beberapa kasus, zink stearat digunakan
untuk menggantikan zink oksida dan asam stearat. Bahan ini digunakan bersamaan dengan bahan pencepat reaksi untuk mempercepat reaksi vulkanisasi. Jika hanya
menggunakan sulfur, reaksi akan berjalan selama berjam-jam. Dengan adanya bahan pengaktif ini, reaksi hanya berjalan dalam hitungan menit [30]. Pada penelitian ini,
digunakan bahan pengaktif activator yaitu ZnO zink oksida. ZnO zink oksida dipilih karena selain sebagai bahan pengaktif activator, ZnO zink oksida juga
berfungsi sebagai pengisi yang dapat memperkuat produk lateks karet alam [31]. Perbandingan kekuatan film lateks yang telah di vulkanisasi dengan
penambahan bahan pengaktif ZnO dan bahan pencepat ZDEC dapat ditunjukkan dalam gambar 2.3.
Gambar 2.3 Pengaruh Bahan Pengaktif dan Pencepat Terhadap Kekuatan Tarik Film Lateks Karet Alam Dengan Vulkanisasi Sulfur Pada Suhu 93°C[26]
Dari gambar 2.3 terlihat bahwa pengaruh pengaktif dan pencepat terhadap kekuatan tarik film lateks karet alam yang di vulkanisasi dengan sulfur pada suhu
93 °C mengalami perbedaan yang nyata. Apabila agen vulkanisasi tidak ditambahkan ke dalam formulasi lateks karet alam, kekuatan tariknya rendah dibandingkan dengan
formulasi yang telah ditambahkan pengaktif dan pencepat reaksi [26]. Sulfur, ZnO, ZDEC
Sulfur, ZnO Sulfur
Waktu Vulkanisasi menit Kekuatan Tarik
Mpa
Universitas Sumatera Utara
11
2.2.4 BAHAN PENSTABIL STABILIZER Pada karet alam telah terdapat penstabil alami, tetapi bahan penstabil
tambahan masih diperlukan yaitu KOH. Potasium hidroksida KOH selain berfungsi sebagai pengawet yang dapat mencegah pembiakan bakteri, dan dapat juga menjaga
kestabilan koloid lateks dengan menghindarkan berlakunya fenomena pemekatan ZnO yang digunakan sebagai pengaktif. Selain daripada itu dapat juga meningkatkan
kemampuan partikel lateks dan kemudian meningkatkan kestabilan lateks tersebut [32].
2.2.5 BAHAN ANTIOKSIDAN ANTIOXIDANT
Antioksidan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah oksidasi mencegah reaksi dengan oksigen pada produk karet. Antioksidan menstabilkan
radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang
dapat menimbulkan stres oksidatif [33]. Bahan antioksidan ditambahkan dalam pembuatan lateks karet alam agar melindungi karet sebelum dan sesudah vulkanisasi,
terhadap pengusangan oleh oksidasi, panas, sinar matahari ozon dan pengaruh mekanis. Karet alam telah memiliki bahan antioksidan alami, tetapi karena kadarnya
rendah tidak cukup untuk melindungi karet terhadap proses oksidasi. Bila tidak ditambahkan bahan antioksidan tersebut pada karet, maka karet akan mudah lengket
dan lunak serta menjadi keras dan retak – retak ataupun rapuh [34].
. 2.2.6 BAHAN PENGISI FILLER
Bahan pengisi ditambahkan kedalam kompon lateks karet alam untuk menambah berat dan mengurangi biaya produksi dimana penambahan bahan pengisi
tanpa mengurangi kualitasnya. Beberapa bahan pengisi digunakan untuk memberikan kekakuan, kekerasan dan tipe benda mekanik dengan kualitas yang diinginkan.
Bahan pengisi merupakan bahan penting yang dapat mempengaruhi sifat-sifat vulkanisasi ke dalam komponen lateks, bahan pengisi ditambahkan dalam jumlah
besar dengan tujuan meningkatkan sifat fisik, memperbaiki karakteristik pengolahan lateks, dan menurunkan biaya [26].
Universitas Sumatera Utara
12
Bahan pengisi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu [26] : 1. Bahan pengisi penguat
Bahan pengisi penguat yang paling penting adalah karbon hitam dan silika. Bahan pengisi penguat tersebut dengan dimensi 100 – 200 Å, membentuk
bermacam-macam ikatan fisika dan kimia dengan rantai polimer. Kekuatan tarik dan sobek meningkat dan modulus meninggi. Bahan pengisi penguat secara luas
digunakan pada ban otomotif untuk meningkatkan daya tahan terhadap abrasi. 2. Bahan pengisi bukan penguat
Bahan pengisi bukan penguat yang paling banyak digunakan adalah kalsium karbonat dan kaolin. Kaolin dikenal sebagai pengisi ekonomis untuk
memodifikasi proses dan penampilan karet alam dan karet sintesis. Mereka ditambahkan pada karet alam untuk mengurangi daya rekat, meningkatkan
kekerasan, memperbaiki daya tahan dan mengurangi biaya.
2.2.7 BAHAN PENYERASI COMPATIBILIZER
Pengolahan kimia dilakukan dengan merubah permukaan pengisi atau matriks dengan menggunakan bahan kimia tertentu. Umumnya perubahan
permukaan pengisi dilakukan dengan penambahan bahan penggandeng sedangkan perubahan matriks dilakukan dengan menggunakan bahan penyerasi. Bahan
penggandeng atau bahan penyerasi yang digunakan harus serasi atau dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa kimia yang terdapat pada permukaan pengisi atau matriks
[35]. Bahan penyerasi adalah bahan kimia yang mempunyai satu segmen kimia
untuk menyambungkan satu polimer dan segmen kimia yang kedua dengan polimer yang lain dengan cara membentuk ikatan kovalen antara dua fasa. Penggunaan bahan
penyerasi akan mengurangi kedua fasa polimer terpisah dengan cara meningkatkan pelekatan antar muka antara kedua fasa. Umumnya bahan penyerasi merupakan
kopolimer blok atau cangkok yang terdiri dari segmen berlainan dengan cara kimia akan serasi dengan fasa matriks polimer yang digunakan. Secara umum fungsi bahan
penyerasi adalah untuk [35] : a. Mengurangi tegangan antar muka peleburan polimer dengan memberikan
pengemulsian dan seterusnya menyebarkan satu fasa ke dalam fasa yang lain.
Universitas Sumatera Utara
13
b. Menambah pelekatan antar muka. c. Menstabilkan fasa tersebar sewaktu pemprosesan.
2.3 MIKROKRISTAL SELULOSA AVICEL