PENGARUH HASIL DAN PEMBAHASAN

42 Keterangan analisa gugus fungsi [50] : - 2939,52 cm -1 : regang alkohol O–H - 2353,16 cm -1 : regang alkohol O–H - 1735,93 cm -1 : regang ester C=O - 1627,92 cm -1 : regang alkena C=C - 1010,70 cm -1 : regang ester C–O Gambar 4.2 Karakteristik FTIR Mikrokristal Selulosa Avicel Dari hasil FTIR tepung mikrokristal selulosa dapat dilihat bahwa munculnya puncak serapan pada bilangan gelombang 2393,52 cm -1 dan 2353,16 cm -1 yang menunjukkan keberadaan gugus OH dimana gugus tersebut merupakan gugus fungsi utama selulosa. Hal ini disebabkan karena selulosa memiliki ikatan hidrogen OH yang kuat [18]. Disamping itu, terdapat puncak serapan pada daerah bilangan gelombang 1735,93 cm -1 dan 1010,70 cm -1 yang menunjukkan adanya gugus ester. Selain itu, terdapat pula puncak serapan pada panjang gelombang 1627,92 cm -1 yang menunjukkan keberadaan gugus C=C pada cincin aromatik lignin [51].

4.2 PENGARUH

LEACHING, SUHU VULKANISASI DAN PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA PADA PENGISI MIKROKRISTAL SELULOSA TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIK PRODUK LATEKS KARET ALAM Adapun pengaruh leaching, suhu vulkanisasi dan penambahan alkanolamida pada pengisi mikrokristal selulosa terhadap sifat-sifat mekanik produk lateks karet alam diantaranya adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 43

4.2.1 PENGARUH LEACHING, SUHU VULKANISASI DAN PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA PADA PENGISI MIKROKRISTAL

SELULOSA TERHADAP KEKUATAN TARIK TENSILE STRENGTH PRODUK LATEKS KARET ALAM Pengaruh leaching, suhu vulkanisasi dan penambahan alkanolamida pada pengisi tepung mikrokristal selulosa terhadap kekuatan tarik tensile strength produk lateks karet alam dapat ditunjukkan pada Gambar 4.2 dibawah ini. a b Gambar 4.3 Pengaruh Leaching, Suhu Vulkanisasi dan Penambahan Alkanolamida Pada Pengisi Mikrokristal Selulosa Terhadap Kekuatan Tarik Tensile Strength Produk Lateks Karet Alam a Suhu Vulkanisasi 100 C b Suhu Vulkanisasi 120 C 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 Kontrol 0,5 1 1,5 2 2,5 Leaching Suhu Vulkanisasi 100 C Tanpa Leaching Suhu Vulkanisasi 100 C 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 Kontrol 0,5 1 1,5 2 2,5 Leaching Suhu Vulkanisasi 120 C Tanpa Leaching Suhu Vulkanisasi 120 C K ek u at an T ar ik M P a Kadar Alkanolamida K ek u at an T ar ik M P a Kadar Alkanolamida Universitas Sumatera Utara 44 Gambar 4.3 menunjukkan pengaruh leaching dengan hubungan suhu vulkanisasi dan penambahan alkanolamida pada kekuatan tarik tensile strength produk lateks karet alam berpengisi mikrokristal selulosa. Sampel kontrol merupakan sampel lateks karet alam murni tanpa penambahan pengisi mikrokristal selulosa dan alkanolamida. Kekuatan tarik merupakan besarnya beban maksimum F maks yang digunakan untuk memutuskan sampel per luas penampang awalnya Ao. Dari grafik 4.3 dapat dilihat bahwa untuk perlakuan sebelum leaching sampel kontrol pada suhu 100 o C memiliki nilai kekuatan tarik 14,01 MPa dan pada suhu 120 o C sebesar 14,87 MPa, kemudian naik dengan penambahan pengisi mikrokristal selulosa 10 phr dan tanpa penyerasi alkanolamida menjadi 15,96 MP pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 17,29 MPa, kemudian naik dengan penambahan alkanolamida 0,5 menjadi 18,39 MPa pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 18,89 MPa, kemudian mencapai nilai kekuatan tarik yang optimum pada penambahan penyerasi alkanolamida 1 yaitu sebesar 19,51 MPa untuk 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 20,16 MPa, kemudian turun dengan penambahan alkanolamida 1,5 menjadi 16,69 pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 18,32 MPa, kemudian turun dengan penambahan alkanolamida 2 menjadi 15,97 Mpa pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 18,22 MPa dan turun ke titik terendah pada penambahan alkanolamida 2 yaitu sebesar 13,99 MPa untuk suhu 100 o C dan untuk suhu 120 o C sebesar 15,43 MPa. Dari grafik 4.3 dapat dilihat bahwa untuk perlakuan setelah leaching sampel kontrol pada suhu 100 o C memiliki nilai kekuatan tarik 14,43 MPa dan pada suhu 120 o C sebesar 15,63 MPa, kemudian naik dengan penambahan pengisi mikrokristal selulosa 10 phr dan tanpa penyerasi alkanolamida menjadi 16,29 MP pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 17,76 MPa, kemudian naik dengan penambahan alkanolamida 0,5 menjadi 18,46 MPa pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 19,26 MPa, kemudian mencapai nilai kekuatan tarik yang optimum pada penambahan penyerasi alkanolamida 1 yaitu sebesar 19,98 MPa untuk 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 20,63 MPa, kemudian turun dengan penambahan alkanolamida 1,5 menjadi 17,82 pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 18,87 MPa, kemudian turun dengan penambahan alkanolamida 2 menjadi 16,95 Mpa pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 18,61 MPa dan turun ke titik Universitas Sumatera Utara 45 terendah pada penambahan alkanolamida 2 yaitu sebesar 14,41 MPa untuk suhu 100 o C dan untuk suhu 120 o C sebesar 15,57 MPa. Penggunaan selulosa sebagai bahan pengisi berfungsi untuk menahan sebagian besar gaya yang bekerja pada produk lateks karet alam, sehingga sifat mekanik dan karakteristik produk lateks karet alam diharapkan menjadi lebih baik. Ismail et al [53] meneliti bahwa nilai kekuatan tarik bergantung pada nilai densitas sambung silang. Kekuatan tarik akan mencapai nilai maksimum pada nilai densitas sambung silang yang paling besar. Hal ini disebabkan karena ikatan sambung silang akan menahan sebagian besar gaya yang diberikan pada produk lateks karet alam. Semakin banyak ikatan sambung silang yang terjadi, maka semakin banyak gaya yang diperlukan untuk memutuskan produk lateks karet alam. Hal ini dibuktikan dengan nilai kekuatan tarik optimum terdapat pada sampel dengan penambahan 1 kadar alkanolamida. Nilai kekuatan tarik juga menurun seiring dengan bertambahnya bahan penyerasi alkanolamida yang ditunjukkan dengan menurunnya nilai densitas sambung silang. Amir Hashim [54] meneliti bahwa leaching dapat mencuci partikel partikel pengotor dari karet yang dapat mempengaruhi sifat mekanis dari film lateks tersebut. Biasanya leaching akan meningkatkan kekuatan tarik tensile strength dan modulus tarik. Mikrokristal Selulosa tidak dapat larut dalam air dan hanya larut sedikit dalam larutan NaOH [61], sehingga dalam proses leaching pengisi mikrokristal selulosa tidak akan ikut tercuci. Hal ini dapat dibuktikan dengan kekuatan tarik yang semakin meningkat setelah leaching untuk setiap percobaan yang dilakukan. Universitas Sumatera Utara 46 4.2.2 PENGARUH LEACHING, SUHU VULKANISASI DAN PENAMBAHA ALKANOLAMIDA PADA PENGISI MIKROKRISTAL SELULOSA TERHADAP PEMANJANGAN SAAT PUTUS ELONGATION AT BREAK PRODUK LATEKS KARET ALAM Pengaruh leaching, suhu vulkanisasi dan penambahan alkanolamida pada pengisi tepung mikrokristal selulosa terhadap pemanjangan saat putus elongation at break produk lateks karet alam dapat ditunjukkan pada Gambar 4.4 dibawah ini. a b Gambar 4.4 Pengaruh Leaching, Suhu Vulkanisasi dan Penambahan Alkanolamida Pada Pengisi Mikrokristal Selulosa Terhadap Pemanjangan Saat Putus Elongation at Break Produk Lateks Karet Alam a Suhu Vulkanisasi 100 o C b Suhu Vulkanisasi 120 o C 200 400 600 800 1000 1200 Kontrol 0,5 1 1,5 2 2,5 Leaching Suhu Vulkanisasi 100 C Tanpa Leaching Suhu Vulkanisasi 100 C 200 400 600 800 1000 1200 1400 Kontrol 0,5 1 1,5 2 2,5 Leaching Suhu Vulkanisasi 120 C Tanpa Leaching Suhu Vulkanisasi 120 C Kadar Alkanolamida Pe m a n ja ng a n Sa a t Pu tus Pe m a n ja ng a n Sa a t Pu tus Kadar Alkanolamida Universitas Sumatera Utara 47 Gambar 4.4 menunjukkan pengaruh leaching, hubungan suhu vulkanisasi dan penambahan alkanolamida pada pemanjangan saat putus elongation at break produk lateks karet alam. Sampel kontrol merupakan sampel lateks karet alam murni tanpa penambahan pengisi mikrokristal selulosa dan alkanolamida. Pemanjangan saat putus merupakan besarnya pertambahan panjang sampel yang diuji hingga sampel tepat putus. Dari grafik 4.4 dapat dilihat bahwa untuk perlakuan sebelum leaching sampel kontrol pada suhu 100 o C memiliki nilai pemanjangan saat putus 995,76 dan pada suhu 120 o C sebesar 1070, kemudian turun dengan penambahan pengisi mikrokristal selulosa 10 phr dan tanpa penyerasi alkanolamida menjadi 931,05 pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 967,55, kemudian turun dengan penambahan alkanolamida 0,5 menjadi 833,11 pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 872,47, kemudian turun pada penambahan penyerasi alkanolamida 1 yaitu sebesar 761,59 untuk 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 782,32, kemudian turun ke titik terendah dengan penambahan alkanolamida 1,5 menjadi 748,26 pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 795,91, kemudian naik dengan penambahan alkanolamida 2 menjadi 905,49 pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 951,55 dan kemudian naik pada penambahan alkanolamida 2 yaitu sebesar 946,12 untuk suhu 100 o C dan untuk suhu 120 o C sebesar 1003,99. Untuk perlakuan setelah leaching sampel kontrol pada suhu 100 o C memiliki nilai pemanjangan saat putus 966,53 dan pada suhu 120 o C sebesar 1060,92, kemudian turun dengan penambahan pengisi mikrokristal selulosa 10 phr dan tanpa penyerasi alkanolamida menjadi 924,92 pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 964,18, kemudian turun dengan penambahan alkanolamida 0,5 menjadi 816,58 pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 964,18, kemudian turun pada penambahan penyerasi alkanolamida 1 yaitu sebesar 741,79 untuk 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 768,51, kemudian turun ke titik terendah dengan penambahan alkanolamida 1,5 menjadi 731,80 pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 781,85, kemudian naik dengan penambahan alkanolamida 2 menjadi 891,88 pada suhu 100 o C dan pada suhu 120 o C sebesar 930,52 dan kemudian naik pada penambahan alkanolamida 2 yaitu sebesar 917,31 untuk suhu 100 o C dan untuk suhu 120 o C sebesar 967,65. Universitas Sumatera Utara 48 Penambahan pengisi mikrokristal selulosa dalam produk lateks karet alam akan membuat nilai pemanjangan saat putus semakin menurun.. Ignatz-Hoover et al [55] mengatakan bahwa semakin besar nilai densitas sambung silang maka produk vulkanisat yang dihasilkan cenderung akan bersifat lebih rapuh sehingga sifat-sifat elastisnya akan menurun. Hal ini ditunjukkan oleh nilai pemanjangan saat putus yang paling rendah pada saat penambahan hingga 1,5 kadar alkanolamida. Namun penambahan alkanolamida hingga 2,5 kadar alkanolamida meningkatkan nilai pemanjangan saat putus produk lateks karet alam. Penambahan alkanolamida akan membuat produk elastis karena alkanolamida dapat bersifat sebagai pemlastis plasticizer dalam produk lateks karet alam [23]. Moneypenny et al [56] mengatakan bahwa bahan pemlastis plasticizer dapat berfungsi untuk meningkatkan sifat-sifat mekanik seperti kekuatan hardness dan fleksibilitas flexibility dari produk vulkanisat karet. Made sumarti [58] meneliti bahwa proses pencucian Leaching akan menurunkan nilai Elongation at break. Hal ini dapat dibuktikan oleh menurunnya nilai Elongation at break untuk percobaan setelah leaching.

4.2.3 PENGARUH LEACHING,

SUHU VULKANISASI DAN PENAMBAHAN ALKANOLAMIDA PADA PENGISI MIKROKRISTAL SELULOSA TERHADAP MODULUS TARIK TENSILE MODULUS PRODUK LATEKS KARET ALAM Pengaruh leaching, suhu vulkanisasi dan penambahan alkanolamida pada pengisi tepung kulit singkong terhadap modulus tarik tensile modulus produk lateks karet alam dapat ditunjukkan pada Gambar 4.4 dibawah ini. 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 Kontrol 0,5 1 1,5 2 2,5 Leaching Suhu Vulkanisasi 100 C Tanpa Leaching Suhu Vulkanisasi 100 C Mo d u lu s T a ri k MP a Kadar Alkanolamida Universitas Sumatera Utara 49 a b c 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 Kontrol 0,5 1 1,5 2 2,5 Leaching Suhu Vulkanisasi 120 C Tanpa Leaching Suhu Vulkanisasi 120 C 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 Kontrol 0,5 1 1,5 2 2,5 Leaching Suhu Vulkanisasi 100 C Tanpa Leaching Suhu Vulkanisasi 100 C 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 Kontrol 0,5 1 1,5 2 2,5 Leaching Suhu Vulkanisasi 120 C Tanpa Leaching Suhu Vulkanisasi 120 C Kadar Alkanolamida Mo d u lu s T a ri k MP a Mo d u lu s T a ri k MP a Kadar Alkanolamida Mo d u lu s T a ri k M P a Kadar Alkanolamida Universitas Sumatera Utara 50 d Gambar 4.5 Pengaruh Leaching, Suhu Vulkanisasi dan Penambahan Alkanolamida Pada Pengisi Mikrokristal Selulosa Terhadap Modulus Tarik Tensile Modulus Produk Lateks Karet Alam a M100Suhu Vulkanisasi 100 o C b M100 Suhu Vulkanisasi 120 o C c M300Suhu Vulkanisasi 100 o C d M300Suhu Vulkanisasi 120 o C Gambar 4.5 menunjukkan hubungan suhu vulkanisasi dan penambahan alkanolamida pada modulus tarik tensile modulus produk lateks karet alam. Sampel kontrol merupakan sampel lateks karet alam murni tanpa penambahan pengisi mikrokristal selulosa dan alkanolamida. Modulus tarik saat pemanjangan 100 M 100 merupakan jumlah gaya yang diberikan saat sampel memiliki pemanjangan sebesar 100. Modulus tarik saat pemanjangan 300 M 300 merupakan jumlah gaya yang diberikan saat sampel memiliki pemanjangan sebesar 300. Modulus tarik tensile modulus menunjukkan nilai keelastisan elasticity dari produk vulkanisat. Nilai modulus tarik yang kecil menunjukkan sifat bahan yang elastis elastic sedangkan nilai modulus tarik yang besar menunjukkan sifat bahan yang kaku dan getas stiff. Oleh karena itu, nilai modulus tarik memiliki hubungan berbanding terbalik dengan pemanjangan saat putus elongation at break. Dari grafik 4.5 dapat dilihat bahwa untuk perlakuan sebelum leaching sampel kontrol M100 dan M300 pada suhu 100 o C memiliki nilai modulus tarik 0,46 MPa dan 0,582 MPa, kemudian naik dengan penambahan pengisi mikrokristal selulosa 10 phr dan tanpa penyerasi alkanolamida menjadi 0,51 MPa dan 0,662 Mpa, kemudian naik dengan penambahan alkanolamida 0,5 menjadi 0,57 dan 0,75 Mpa, kemudian naik dengan penambahan alkanolamida 1 menjadi 0,61 dan 0,75 Mpa, kemudian naik ke titik maksimum untuk penambahan alkanolamida 1,5 menjadi 0,72 dan 0,893 MPa, kemudian mengalami penurunan pada penambahan alkanolamida 2 menjadi 0,65 dan 0,822 MPa dan kemudian turun untuk penambahan alkanolamida 2,5 menjadi 0,51 dan 0,742 MPa. Untuk perlakuan sebelum leaching sampel kontrol M100 dan M300 pada suhu 120 o C memiliki nilai modulus tarik 0,49 MPa dan 0,6 MPa, kemudian naik dengan penambahan pengisi mikrokristal selulosa 10 phr dan tanpa penyerasi alkanolamida menjadi 0,57 MPa dan 0,687 Mpa, kemudian naik dengan penambahan alkanolamida 0,5 menjadi 0,60 dan 0,798 Mpa, kemudian naik dengan Universitas Sumatera Utara 51 penambahan alkanolamida 1 menjadi 0,65 dan 0,856 Mpa, kemudian naik ke titik maksimum untuk penambahan alkanolamida 1,5 menjadi 0,74 dan 0,924 MPa, kemudian mengalami penurunan pada penambahan alkanolamida 2 menjadi 0,68 dan 0,844 MPa dan kemudian turun untuk penambahan alkanolamida 2,5 menjadi 0,60 dan 0,792 MPa. Untuk perlakuan setelah leaching sampel kontrol M100 dan M300 pada suhu 100 o C memiliki nilai modulus tarik 0,48 MPa dan 0,60 MPa, kemudian naik dengan penambahan pengisi mikrokristal selulosa 10 phr dan tanpa penyerasi alkanolamida menjadi 0,53 MPa dan 0,69 Mpa, kemudian naik dengan penambahan alkanolamida 0,5 menjadi 0,59 dan 0,80 Mpa, kemudian naik dengan penambahan alkanolamida 1 menjadi 0,64 dan 0,86 Mpa, kemudian naik ke titik maksimum untuk penambahan alkanolamida 1,5 menjadi 0,74 dan 0,91 MPa, kemudian mengalami penurunan pada penambahan alkanolamida 2 menjadi 0,66 dan 0,85 MPa dan kemudian turun untuk penambahan alkanolamida 2,5 menjadi 0,52 dan 0,75 MPa. Dan untuk perlakuan setelah leaching sampel kontrol M100 dan M300 pada suhu 120 o C memiliki nilai modulus tarik 0,54 MPa dan 0,62 MPa, kemudian naik dengan penambahan pengisi mikrokristal selulosa 10 phr dan tanpa penyerasi alkanolamida menjadi 0,62 MPa dan 0,75 Mpa, kemudian naik dengan penambahan alkanolamida 0,5 menjadi 0,68 dan 0,82 Mpa, kemudian naik dengan penambahan alkanolamida 1 menjadi 0,70 dan 0,89 Mpa, kemudian naik ke titik maksimum untuk penambahan alkanolamida 1,5 menjadi 0,84 dan 0,96 MPa, kemudian mengalami penurunan pada penambahan alkanolamida 2 menjadi 0,77 dan 0,86 MPa dan kemudian turun untuk penambahan alkanolamida 2,5 menjadi 0,65 dan 0,83 MPa. Gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa nilai modulus tarik berada dalam keadaan maksimum pada saat penambahan hingga 1,5 kadar alkanolamida. Namun penambahan lanjutan hingga 2,5 kadar alkanolamida menurunkan nilai modulus tarik produk vulkanisat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa alkanolamida dapat bertindak sebagai bahan pemlastis plasticizer yang akan meningkatkan sifat elastisitas dari produk vulkanisat. Amir Hashim [54] meneliti bahwa leaching dapat mencuci partikel partikel pengotor dari karet yang dapat mempengaruhi sifat mekanis dari film lateks tersebut. Universitas Sumatera Utara 52 Biasanya leaching akan meningkatkan kekuatan tarik tensile strength dan modulus tarik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan naiknya nilai modulus tarik untuk M100 dan M300 di setiap percobaan. Karakteristik FTIR dari produk lateks karet alam dengan penambahan pengisi mikrokristal selulosa dan penyerasi alkanolamida dapat dilihat pada Gambar 4.5 di bawah ini. Keterangan analisa gugus fungsi [50] : - 3938,64 cm -1 : regang amina N–H - 2873,94 cm -1 : regang aldehid C–H - 2557,61 cm -1 : regang alkohol O–H - 2040,69 cm -1 : renggang alkohol O-H - 1674,21 cm -1 : regang ester C–O Gambar 4.5 Karakteristik FTIR Produk Lateks Karet Alam Dengan Penambahan Pengisi Mikrokristal Selulosa dan Penyerasi Alkanolamida Dari hasil analisa FTIR produk lateks karet alam menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada gugus fungsi produk lateks karet alam dengan penambahan pengisi mikrokristal selulosa dan penyerasi alkanolamida. Terdapat puncak serapan pada bilangan gelombang 2557,61 cm -1 pada produk lateks karet alam berpengisi mikrokristal selulosa. Bilangan gelombang ini menunjukkan keberadaan gugus OH Universitas Sumatera Utara 53 yang merupakan gugus fungsi utama mikrokristal selulosa. Hal ini menunjukkan bahwa pengisi mikrokristal selulosa telah terdispersi dalam produk lateks karet alam. Gambar 4.7 menunjukkan kemungkinan reaksi antara lateks karet alam, pengisi mikrokristal selulosa dan agen sambung silang crosslinking agents seperti sulfur S dan zink oksida ZnO. Reaksi sambung silang antara sulfur dan lateks karet alam membentuk ikatan sambung silang dan membuat putusnya ikatan rangkap C=C. Selain pembentukan ikatan sambung silang tersebut, mikrokristal selulosa juga membentuk ikatan yang baru dengan zink oksida ZnO membentuk Zn-cell complex. Oleh karena adanya ikatan sambung silang dan ikatan Zn-cell complex tersebut, bahan kuratif dan mikrokristal selulosa dapat terdispersi dalam lateks karet alam dan membentuk interaksi kimia chemical bonding yang kuat satu sama lain. Selain itu, bahan pencepat reaksi seperti zinc diethyldithiocarbamate ZDEC tidak hanya mempercepat reaksi sambung silang dan mempercepat putusnya ikatan rangkap C=C dalam lateks karet alam. Bahan pencepat reaksi juga berperan penting dalam mengikutsertakan bahan pengisi mikrokristal selulosa dalam jaringan sambung silang crosslink network produk lateks karet alam [57]. Penambahan alkanolamida dalam produk lateks karet alam menurunkan puncak serapan pada bilangan gelombang 2040,69 cm -1 yang menunjukkan keberadaan gugus O-H. Hal ini disebabkan karena gugus amida dalam senyawa alkanolamida yang bersifat sangat polar telah berikatan dengan gugus O-H pada mikrokristal selulosa sehingga menghasilkan eter. Disamping itu, penambahan alkanolamida dalam produk lateks karet alam juga menurunkan puncak serapan pada bilangan gelombang 3938,64 cm -1 yang menunjukkan keberadaan gugus N-H. Hal ini disebabkan karena senyawa alkanolamida telah menurunkan ikatan peptida N-H dalam protein pada produk lateks karet alam. Abhilash et al [58] memanfaatkan pengunaan surfaktan polietilen glikol PEG untuk menurunkan kadar protein dalam produk lateks karet alam. Surfaktan polietilen glikol dapat menurunkan ikatan peptida N-H dimana gugus N-H amina merupakan gugus yang penting dalam senyawa protein. Kandungan proetin dalam produk lateks karet alam dapat mengakibatkan alergi sehingga menurunkan tingkat konsumen di pasaran. Banyak metode-metode untuk menurunkan kandungan protein Universitas Sumatera Utara 54 lateks karet alam namun penggunaan surfaktan merupakan cara yang paling baik karena tidak mempengaruhi sifat-sifat mekanik produk lateks karet alam [58]. Kemungkinan mekanisme reaksi antara lateks karet alam dengan pengisi mikrokristal selulosa dan penyerasi alkanolamida ditunjukkan oleh Gambar 4.6 berikut ini Lateks Karet Alam Alkanolamida Mikrokristal Selulosa Gambar 4.6 Kemungkinan Reaksi Antara Lateks Karet Alam Dengan Pengisi Mikrokristal Selulosa dan Penyerasi Alkanolamida Universitas Sumatera Utara 55

4.3 KARAKTERISTIK SEM SCANNING ELECTRON MICROSCOPE

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perlakuan Leaching Pada Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristal Dari Ampas Tebu Dengan Penyerasi Alkanolamida Terhadap Sifat Mekanik Film

8 45 136

Pengaruh Perlakuan Leaching Pada Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristal Dari Ampas Tebu Dengan Penyerasi Alkanolamida Terhadap Sifat Mekanik Film

0 0 27

Pengaruh Perlakuan Leaching Pada Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristal Dari Ampas Tebu Dengan Penyerasi Alkanolamida Terhadap Sifat Mekanik Film

0 0 2

Pengaruh Perlakuan Leaching Pada Film Lateks Karet Alam Berpengisi Selulosa Mikrokristal Dari Ampas Tebu Dengan Penyerasi Alkanolamida Terhadap Sifat Mekanik Film

0 0 6

Pengaruh Leaching Pada Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Mikrokristal Selulosa Avicel Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 23

Pengaruh Leaching Pada Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Mikrokristal Selulosa Avicel Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 2

Pengaruh Leaching Pada Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Mikrokristal Selulosa Avicel Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 5

Pengaruh Leaching Pada Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Mikrokristal Selulosa Avicel Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 3 15

Pengaruh Leaching Pada Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Mikrokristal Selulosa Avicel Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 6

Pengaruh Leaching Pada Produk Film Lateks Karet Alam Berpengisi Mikrokristal Selulosa Avicel Dengan Penambahan Penyerasi Alkanolamida

0 0 12