BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Fakor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan usahatani
kedelai di daerah penelitian adalah harga dan pendapatan petani. Sedangkan faktor seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan,
luas lahan, dan tingkat, kosmopolitan tidak mempengaruhi keputusan petani.
6.2 Saran
6.2.1 Kepada Petani
Dalam mengambil keputusan mengusahakan usahatani, hendaknya memikirkan
manfaat dari menanam tanaman tersebut terhadap kehidupan baik di petani sendiri ataupun di lahan usahatani nantinya.
6.2.2 Kepada Pemerintah
1. Memberikan bantuan kepada petani baik berupa penyediaan benih yang
lebih tahan cuaca dan berkualitas untuk mewujudkan cita- cita pemerintah yaitu swasembada kedelai.
2. Mengurangi pasokan komoditi kedelai impor sehingga komoditi lokal
mempunyai harga yang bagus di pasaran.
51
Universitas Sumatera Utara
6.2.3 Kepada Peneliti
Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi
keputusan petani dalam melakukan usahatani kedelai. Terutama mengenai faktor cuaca yang mendukung petani dalam melakukan usahatani kedelai.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tapi kontradiktif dalam sistem usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari
seluruh luas areal tanaman pangan, namun komoditas ini memegang posisi sentral dalam kebijaksanaan pangan nasional karena perannya sangat penting dalam
menu pangan penduduk. Kedelai telah dikenal sejak awal sebagai sumber protein nabati bagi penduduk Indonesia namun komoditas ini tidak pernah menjadi
tanaman pangan utama seperti halnya padi Supadi,2009. Menurut Sumarno 2011 kedelai telah dibudidayakan di Indonesia sejak 1746,
menerapkan teknologi asli petani, pada lahan sawah sebagai rotasi tanaman padi. Pada tahun 1960 luas areal tanam kedelai di Indonesia menduduki posisi ke tiga
terluas di dunia, tetapi selanjutnya tidak dapat berkembang hingga sekarang. Untuk mencapai swasembada kedelai perlu memperluas areal tanam pada lahan
sawah bekas tanaman padi. Penerapan pola rotasi padi-padi-kedelai di lahan sawah secara nasional, selain memperbaiki kesuburan tanah, juga mampu
meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan produksi kedelai menuju swasembada.
Dalam kelompok tanaman pangan kedelai merupakan komoditas terpenting ketiga
setelah padi dan jagung. Lebih dari 90 persen kedelai Indonesia digunakan sebagai bahan pangan terutama pangan olahan, yaitu sekitar 88 persen untuk tahu
6
Universitas Sumatera Utara
dan tempe, 10 persen untuk pengolahan lainnya dan sekitar 2 persen untuk benih Sudaryanto dan Swastika,2007.
Permintaan kedelai terus meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, pada
tahun 2009 kebutuhan nasional kedelai adalah sebesar 2.2 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri 0.9 juta ton. Laju akan kebutuhan kedelai nasional tidak
diikuti oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi, karena pertumbuhan produksi lebih lambat dibandingkan permintaan konsumsi kedelai, sehingga dilakukan
impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional . Kesenjangan produksi dan konsumsi ini makin nyata dikarenakan komoditas kedelai juga merupakan bahan
baku industri pakan ternak yang kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan peningkatan konsumsi hewani oleh masyarakat. Dengan kondisi
tersebut, Indonesia selalu menghadapi defisit yang terus meningkat dan menjadikan Indonesia sangat tergantung pada kedelai impor Zakaria, 2010.
Dengan memperhatikan besarnya kebutuhan kedelai dalam negeri untuk pasokan
industri tahu, tempe, kecap, dan sebagainya yang menghasilkan bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan impor kedelai yang terus meningkat,
maka berbagai upaya pemerintah seharusnya diarahkan untuk dapat meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dan memperkecil impor kedelai, yang tentunya saja
menghabiskan banyak devisa negara. Zakiah, 2011. Penurunan produksi kedelai di Sumatera Utara dikarenakan penurunan luas panen
kedelai di beberapa sentra produksi kedelai di Sumatera Utara seperti di daerah Langkat. Penurunan luas panen kedelai di Sumatera Utara disebabkan petani
enggan untuk menananam kedelai, dalam hal ini faktor utama yang membuat
Universitas Sumatera Utara
petani enggan adalah petani terus merugi dimana biaya produksi tidak sebanding dengan pendapatan Faiq, 2012.
2.2 Penelitian Terdahulu