� = Umur tahun
� = Tingkat Pendidikan tahun �
=Pengalaman Berusahatani tahun �
= Jumlah Tanggungan orang �
= Luas Lahan ha � = Tingkat Kosmopolitan skor
� = Pendapatan Petani Rp MT � = Harga Komoditi Kedelai ataupun Komoditi pilihan lainnya RpKg
a. Uji Hosmer and Lemeshow Test
H : 1- B = 0, B distribusi frekuensi estimasi observasi = 1. Artinya tidak ada
perbedaan antara distribusi obeservasi dengan distribusi frekuensi estimasi, sehingga model dinyatakan sesuai untuk digunakan.
H : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi
estimasi. Sig 0,05 ; tolak
H , terima H
Sig. ≤ 0,05 ;terima H ,tolak H Dari hasil perhitungan pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa nilai Chi-square yang
diperoleh adalah sebesar 11,695 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,165. Tingkat signifikansi yang diperoleh 0,05, sehingga tolak
H , terima H . Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi. Sehingga dapat
disimpulkan model sesuai untuk digunakan.
b. Uji seluruh model uji G
Universitas Sumatera Utara
H :
� = � = � = � = 0 , dimana tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
H :
�
�
≠ 0, sekurang kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
Sig 0,05 : tolak H
, terima H Sig ≤ 0,05 : terima H , tolak H
Dari hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 5.9 , dapat dilihat bahwa nilai
G yang diperoleh adalah sebesar 82,555 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Tingkat signifikansi yang diperoleh 0,000 0,05. Berdasarkan kriteria
pengambilan keputusan yang telah dibuat maka terima H
1
dan tolak H . Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
c. Uji Wald
Uji ini untuk menguji signifikansi setiap variabel bebas. H
: β
j
= 0 untuk suatu j tertentu; j = 1,2..p maka tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
H : β
j
≠ 0 maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Wj ≤ χ
�,
atau Sig. 0,05; tolak H
, terima H Wj
χ
�,
atau Sig. 0,05; terima H , tolak H
Dari hasil perhitungan yang ditampilkan pada tabel 18, dapat dilihat nilai Wald
dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
Universitas Sumatera Utara
Nilai wald antara variabel umur terhadap keputusan yaitu sebesar -0,24 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,717. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,717 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel umur tidak berpengaruh terhadap
keputusan petani. Nilai wald antara variabel tingkat pendidikan terhadap keputusan yaitu sebesar -
0,87 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,653. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,653 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
pendidikan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani. Nilai wald antara variabel pengalaman berusahatani terhadap keputusan yaitu
sebesar 0,017 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,784. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,784 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman
berusahatani tidak berpengaruh terhadap keputusan petani. Nilai wald antara variabel jumlah tanggungan terhadap keputusan yaitu sebesar -
0,266 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,536. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,536 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah
tanggungan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani. Nilai wald antara variabel luas lahan terhadap keputusan yaitu sebesar -1,876
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,384. Dari tingkat signifikansi diperoleh yakni 0,384 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel luas lahan tidak
berpengaruh terhadap keputusan petani. Nilai wald antara variabel tingkat kosmopolitan terhadap keputusan yaitu sebesar
0,113 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,542. Dari tingkat signifikansi yang
Universitas Sumatera Utara
diperoleh yakni 0,542 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat kosmopolitan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.
Nilai wald antara variabel jumlah pendapatan terhadap keputusan yaitu sebesar
0,000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,005. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,005 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
pendapatan berpengaruh terhadap keputusan petani. Nilai wald antara variabel harga komoditi terhadap keputusan yaitu sebesar 0,001
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,000 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel harga komoditi
berpengaruh terhadap keputusan petani. Dari hasil uji regresi logistik kita bisa menarik kesimpulan bahwa variabel tingkat
pendapatan dan harga komoditi ditingkat petani mempengaruhi keputusan petani dalam mengusahakan usahatani kedelai.
Adapun nilai marginal efek dari variabel harga adalah sebesar 0,00025 artinya setiap peningkatan seribu rupiahkg harga komoditi, maka akan meningkatkan
probabilitas pengambilan keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai sebesar 0,25. Hal ini sesuai dengan pendapat Gilaraso 1989 bahwa harga
memegang peranan penting dalam mengambil keputusan jangka panjang dan jangka pendek semua tingkat dalam suatu industri.
Adapun nilai marginal efek dari variabel pendapatan petani adalah 0,000 artinya setiap peningkatan seratus ribu rupiah per musim tanam pendapatan usahatani,
Universitas Sumatera Utara
maka akan meningkatkan probabilitas pengambilan keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai sebesar 0. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis
yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang nyata pendapatan petani terhadap keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai. Hasil analisis ini juga sesuai
dengan teori yang disampaikan Sahidu 1998 bahwa pendapatan usahatani merupakan sumber motivasi bagi petani dan merupakan faktor kuat yang
mendorong timbulnya kemauan, kemampuan serta terwujudnya kinerja partisipasi petani.
Adapun variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan
petani. Muda ataupun tua petani tersebut tidak mempengarahi keputusan dari petani tersebut. Pada kenyataannya di daerah penelitian petani yang menanam
kedelai ada yang berumur muda dan juga yang tua. Adapun variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan
petani untuk melakukan usahatani kedelai. Karena tinggi atau rendahnya pendidikan dari petani tersebut tidak berpengaruh terhadap keputusan petani hal
ini tidak sesuai dengan teori yang diutarakan Muhibbin 2002 bahwa tingkat pendidikan individu merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam suatu
pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan dalam pendidikan formal petani tidak belajar tentang bagaimana mengelola usahatani. Petani mendapatkan pelajaran
mengenai pengelolaan usahatani melalui pengamatan, dan pengalaman dari petani tersebut selama berusahatani.
Adapun variabel pengalaman berusahatani tidak berpengaruh nyata terhadap
keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai, adapun jika berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
pengalaman petani jika mereka menanam kedelai pada lahan pertanian mereka maka untuk musim tanam berikutnya hasil pertanian mereka akan meningkat, hal
ini disebabkan kedelai meningkatkan unsur hara di lahan tersebut. Sementara beberapa tahun belakangan ini petani yang menanam kedelai terus mengalami
gagal panen dikarenakan cuaca yang tidak menentu hal ini tidak sesuai dengan teori dari Slamet 1995 bahwa keputusan petani dalam menjalankan kegiatan
usahatani lebih banyak mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari dirinya maupun pengalaman petani lain.
Adapun variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan
petani untuk melakukan usahatani kedelai. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis bahwa jumlah tanggungan petani akan berpengaruh terhadap keputusan petani
dalam melakukan usahatani kedelai dikarenakan petani yang memiliki jumlah tanggungan sedikit ataupun banyak tetap ada yang menanam kedelai. Biasanya
untuk menutupi kebutuhan keluarga, petani melakukan usaha sampingan lain, seperti berjualan.
Adapun luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk
melakukan usahatani kedelai. Luas atau tidaknya lahan yang dimiliki petani tidak mempengaruhi keputusan petani. Hal ini disebabkan petani bukan memikirkan
karena luas lahan yang luas atau sempit dalam menanam kedelai tetapi melihat manfaat dari menanam kedelai untuk kesuburan lahan mereka, sehingga walaupun
mereka mempunyai lahan yang luas ataupun sempit, mereka tetap ada yang menanam kedelai.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tingkat kosmopolitan tidak berpengaruh dalam mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai. Hasil ini berbeda dari penelitian yang
dilakukan oleh Fardiaz 2008 yang menyatakan bahwa keputusan petani dipengaruhi oleh usia, luas lahan, pengalaman berusahatani dan tingkat
kosmopolitan sedangkan faktor pendidikan formal dan non formal tidak mempengaruhi keputusan inovasi petani. Hal ini disebabkan petani mengalami
ketakutan akan gagal panen seperti yang terjadi di tahun sebelumnya, sehingga walaupun petani sudah memahami manfaat dari menanam kedelai, mereka tetap
enggan untuk melakukan usahatani kedelai. Adapun faktor umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, luas lahan dan
tingkat kosmopolitan tidak berpengaruh dalam mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai. Faktor tersebut menjadi tidak berpengaruh
disebabkan petani walaupun memahami pentingnya komoditi kedelai untuk ditanam, tetapi mereka juga mengalami ketakutan gagal panen dan akan
menyebabkan kerugian yang besar bagi mereka, sehingga mereka cenderung memilih komoditi yang lebih tahan terhadap cuaca seperti jagung, semangka dan
padi. Selain itu, faktor utama yang dikeluhkan oleh petani adalah ketidakjelasan cuaca
yang membuat petani bingung dalam memutuskan usahatani mereka. Adapun petani yang tetap menanam kedelai setiap tahun disebabkan manfaat yang
diperoleh untuk meningkatkan unsur hara di lahan mereka untuk musim tanam berikutnya hal ini sesuai dengan pendapat
Adisarwanto 2008 bahwa tanah bekas ditanami kedelai biasanya baik sekali untuk ditanami padi, sebab pada akar-akar
Universitas Sumatera Utara
kedelai terdapat bintil-bintil yang dapat mengikat unsur N Nitrogen, dengan demikian akar-akar yang tertinggal pada saat tanaman dicabut, setelah membusuk
akan sangat berguna bagi tanaman berikutnya. Maka kedelai akan sangat terbantu pertumbuhannya dengan adanya unsur hara yang diperoleh dari tanaman
sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan