BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Pegadaian Syariah 4.1.1 Sejarah Pegadaian Secara Umum
Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai. Lembaga semacam ini pada awalnya dikenal mulai dari Eropa, yaitu negara Italia, Inggris,
dan Belanda. Sistem gadai tersebut memasuki Indonesia dibawa dan dikembangkan oleh orang Belanda VOC yaitu sekitar abad ke – 19, dengan
Gubernur Jenderal VOC Van Imhoff mendirikan Bank Van Lening, yaitu lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai, lembaga ini pertama kali
didirikan di Batavia melalui surat keputusan tertanggal 28 Agustus 1746. Namun ketika VOC bubar di Indonesia pada tahun 1800 maka usaha pegadaian diambil
alih oleh Pemerintahan Hindia Belanda. Dimasa pemerintahan Deandels, dikeluarkan peraturan tentang barang yang dapat diterima sebagai jaminan gadai
seperti perhiasan, kain dan lain-lain. Pada tahun 1811, kekuasaan di Indonesia diambil alih oleh Inggris, yaitu
Raffles selaku penguasa yang mengeluarkan peraturan bahwa setiap orang Bank Van Lening selama ia mendapat izin dari pemerintah setempat. Selanjutnya pada
tahun 186 Hindia Belanda kembali menguasai Indonesia dan membuat Pachstelsel yang semakin berkembang. Pada tahun 1900, pihak pemerintah
Hindia Belanda melakukan penelitian mengenai kemungkinan penguasaan pemerintah terhadap lembaga tersebut. Hasil penelitin itu berkesimpulan bahwa
Universitas Sumatera Utara
badan usaha dimaksud cukup menguntungkan pihak pemerintah, sehingga didirikan Pilot Project di Sukabumi. Setelah berhasil maka dikeluarkan Staatsblad
No. 131 pada tanggal 1 April 1901, sebagai dasar hukum bagi pendirian Pegadaian Negeri pertama di Indonesia. Tanggal 1 April 1901 yang kemudian
dijadikan sebagai hari lahirnya Pegadaian di Indonesia. Seiring dengan perjalanan waktu, pegadaian negeri tersebut semakin
berkembang dengan baik sehingga pemerintahan Hindia Belanda mnegeluarkan peraturan monopoli, yaitu Staatsblad No. 749 Tahun 1914, dan Staatsblad No. 28
Tahun 1921. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan monopoli pun diatur oleh pihak pemerintah Hindia Belanda dalam KUHP yang tercantum dalam pasal 509
dan Staatsblad
No. 266 Tahun 1930. Sesudah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945, yaotu pada tangga 1 Januari
1967 penguasaan terhadap Pegadaian Negara mengalami peralihan sehingga Pegadaian Negara dijadikan Perusahaan Negara PN dan berada dalam lingkup
Departemen Keuangan Pemerintahan RI berdasarkan PP No. 176 Tahun 1961. Selanjutnya, status badan hukum pegadaian sebagai Perusahaan Pegadaian
Negara kembali mengalami perubahan untuk kesekian kalinya menjadi Perusahaan Jawatan Perjan berdasarkan Instruksi Presiden No. 17 Tahun 1969;
Undang-Undang No. 9 tahun 1969, dan PP No. 17 Tahun 1969; serta Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No.Kep.664MK91969, yang berlaku efektif
mulai tanggal 1 Mei 1969, penyebab perubahan status hukum pegadaian dimaksud lebih banyak sebagai suatu perusahaan yang seringkali mengalami
kerugian. Setelah itu, PP No. 10 Tahun 1990 mengubah dasar hukum Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Jawatan Perjan menjadi Perusahaan Umum Perum pegadaian. Berdasarkan perubahan status hukum sebagai perusahaan umum, pegadaian diharapkan mampu
mengelola usahanya secara profesional, berwawasan bisnis oriental tanpa meninggalkan misinya Zainudin Ali, 2008:11 yaitu:
a. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan
program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai
b. Mencegah timbulnya praktik ijon, pegadaian gelap, riba, dan pinjaman
tidak wajar lainnya Berdasarkan hal diatas, lembaga pegadaian dimaksudkan sebagai suatu
lembaga yang memberikan fasilitas bagi warga masyarakat untuk dapat memperoleh pinjaman uang secara praktis. Pinjamn uang dimaksud lebih mudah
diperoleh calon nasabah karena menjaminkan barang-barnga yang mudah didapat pula. Hal ini membuat lembaga pegadaian diminati oleh banyak orang dari
berbagai lapisan masyarakat. Karena itu, lembaga pegadaian secara relatif mempunyai kelebihan bila dibandingkan lembaga keuangan lainnya.
4.4.2 Sejarah Pegadaian Secara Khusus Pegadaian Syariah
Terbitnya PP10 tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10
menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP1032000 yang dijadikan sebagai
landasan kegiatan usaha Perum Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak
Universitas Sumatera Utara
berpendapat bahwa operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah sesuai dengan konsep syariah
meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Berkat Rahmat Alloh SWT dan setelah melalui kajian panjang,
akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah.
Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai
Islam. Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang Pegadaian Syariah Unit Layanan Gadai Syariah ULGS sebagai satu
unit organisasi di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. ULGS ini merupakan unit bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari
usaha gadai konvensional. Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah ULGS Cabang Dewi Sartika di bulan
Januari tahun 2003. Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar, Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September
2003. Masih di tahun yang sama pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian Syariah.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Pegadaian Syariah Di Indonesia