masyarakat yang memerlukan dana dengan prosedur yang relative sederhana
4. Berdasarkan PP No. 10 Tahun 1990, Laba yang diperoleh
digunakan untuk : i.
Dana pembangunan 55 ii.
Cadangan umum 20 iii.
Cadangan tujuan 5 iv.
Dana sosial 20.
2.4 Rukun Syarat Gadai dan Berakhirnya Akad Gadai 2.4.1. Rukun Gadai
Pada dasarnya aspek hukum keperdataan Islam dalam hal transaksi baik dalam benutki jual beli, sewa menyewa, gadai maupun yang semacamnya
mempersyaratkan rukun dan syarat sah termasuk dalam transaksi gadai. Demikian juga hak dan kewajiban bagi pihak-pihak yang melakukan transaksi gadai. Hal
dimaksud di ungkapkan sebagai berikut Zainudin, 2008:20
a. Menurut jumhur
ulama rukun gadai ada 4 empat:
b. Shigat lafal ijab dan qabul
c. Orang yang berakad Akid
d. Marhun harta yang dijadikan jaminan
Marhun bih utang
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Syarat Gadai
Berikut syarat dalam melakukan transaksi gadai Zainuddin , 2008:21 : 1.
Orang yang berakad cakap hukum 2.
Isi akad tidak mengandung akad bathil. 3.
Marhun Bih Pinjaman. Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang
dirahnkan tersebut serta pinjaman itu jelas dan tertentu. 4.
Marhun barang yang dirahnkan. Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang dengan pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya,milik sah
penuh dari rahin, tidak terkait dengan hak orang lain, dan bisa diserahkan baik materi maupun manfaatnya.
5. Jumlah utang tidak melebihi dari nilai jaminan Rahin dibebani jasa
manajemen atas barang berupa biaya asuransi, biaya penyimpanan, biaya keamanan, dan biaya pengelolaan serta administrasi.
2.4.3 Berakhirnya Akad Gadai
Akad gadai akan berakhir apabila Ghofur, 2005:96 : a.
Barang gadai telah diserahkan kembali pada pemiliknya
b. Rahin telah membayar hutangnya
c. Pembebasan utang dengan cara apapun, walaupun dengan pemindahan
oleh murtahin
d. Pembatalan oleh murtahin walaupun tidak ada persetujuan dari pihak lain
e. Rusaknya barang rahin bukan oleh tindakan atau pengguna murtahin
Universitas Sumatera Utara
2.5 Perbedaan Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional Tabel 2.1
Perbedaan Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional
No
Pegadaian Syariah Pegadaian Konvensional
1
Biaya administrasi menurut ketetapan berdasakan
golongan barang. Biaya administrasi menurut persentase
berdasarkan golongan barang.
2
Jasa simpanan berdasarkan taksiran
Sewa modal berdasarkan pinjaman
3
Bila lama pengembalian melebihi perjanjian, barang
diual kepada msyarakat. Bila lama pengembalian melebihi
perjanjian, barang di lelang kepada masyarakat.
4
Jasa simpanan dihitung dengan kosntanta X taksiran.
Sewa modal di hitung berdasarkan persentase X uang pinjaman.
5
Maksimal jagnka waktu 4 bulan.
Maksimal jangka waktu 3 bulan.
6
Uang kelebihan = hasil penjualan – uang pinjaman +
jasa penitipan + biaya penjualan.
Uang kelebihan = hasil lelang – uang pinajaman + sewa modal + biaya
lelang.
7
Biaya uang kelbihan dalam satu tahun tidak diambil
diserahkan kepada lembaga ZIS.
Bila uang kelebihan dalam satu tahun tidak diambil menjadi milik
penggadaian.
Sumber : Gadai Syariah diIndonesia.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Pendanaan Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional
Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja, pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi nasabah, harus diperoleh dari sumber
yang benar-benar terbebas dari unsur riba. seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari
modal sendiri ditambah dana pihak ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Pegadaian telah melakukan kerja sama dengan Bank
Muamalat sebagai fundernya, ke depan Pegadaian juga akan melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up modal
kerja.Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari teknik transaksi Pegadaian Syariah dibandingkan dengan Pegadaian konvensional, yaitu
1. Di Pegadaian konvensional, tambahan yang harus dibayar oleh nasabah
yang disebut sebagai sewa modal, dihitung dari nilai pinjaman.2.
http:ulgs.tripod.com
2. Pegadaian konvensional hanya melakukan satu akad perjanjian : hutang
piutang dengan jaminan barang bergerak yang jika ditinjau dari aspek hukum konvensional, keberadaan barang jaminan dalam gadai bersifat
acessoir, sehingga Pegadaian konvensional bisa tidak melakukan penahanan barang jaminan atau dengan kata lain melakukan praktik
fidusia. Berbeda dengan Pegadaian syariah yang mensyaratkan secara mutlak keberadaan barang jaminan untuk membenarkan penarikan bea
jasa simpan.
Universitas Sumatera Utara
Pendanaan pegadaian syariah memiliki sumber-sumber dana sebagai berikut Zainudin , 2008:52.
1. Modal sendiri
2. Penerbitan obligasi syariah
3. Mengadakan kerja sama atau syirkah dengan lembaga keuangan lainnya
4. Pendanaan kegiatan operasional gadai syariah meliputi gaji pegawai,
honor, perawatan gedung, peralatan dan sebagainya. 5.
Penyaluran dana yang ada, sebagian besar digunakan untuk kegiatan
pembiayaan. Bahkan lebih dari 50 dan dimaksud disalurkan pada aktifitas pembiayaan, yaitu pemberian pinjaman kepada warga masyarakat
yang membutuhkan. 6.
Investasi lain, yaitu dan-dan yang belum digunakan untuk membiayai kegiatan operasional pegadaian syariah, atau belum disalurkan kepada
masyarakat, maka dapat diinvestasikan dalam bentuk lain, baik investasi jangka pendek maupun jangka menengah
2.5.2 Prosedur Pemberian dan Pelunasan Kredit Gadai 2.5.3. Pemberian Pinjaman
Tata cara pelaksanaan memperoleh pinjaman yaitu sebagai berikut Zainuddin, 2008: 74:
a. Prosedur Memperoleh Pinjaman marhun bih
Untuk memperoleh pinjaman uang marhun bih dikantor pegadaian syariah maka seorang nasabah rahin harus menyanggupi syarat- syarat
yang ditentukan sebagai berikut: 1.
Memperlihatkan KTP atau kartu identitas lainnya yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
2. Membawa barang gadai marhun yang memenuhi syarat, seperti
emas, barang elektronik dan alat- alat rumah tangga 3.
Kepemilikan barang merupakan milik pribadi 4.
Ada surat kuasa dari pemilik barang jika dikuasakan dengan disertai materai dan KTP asli dari pemilik barang
5. Menandatangani akad rahn dan akad ijarah dalam Surat Bukti
Rahn SBR b.
Tata cara pelaksanaan pencairan pinjaman marhun bih dikantor pegadaian syariah adalah sebagai berikut:
1. Calon nasabah rahin mengisi Formulir Permintaan Pinjaman
FPP dan menandatanganinya 2.
Calon nasabah rahin mendatangi loket penaksir dan menyerahkan barang gadai marhun untuk ditaksir nilainya
3. Calon nasabah rahin menandatangani Surat Bukti Rahn SBR
dengan menyetujui akad rahn dan akad ijarah, kemudian Calon nasabah rahin menuju loket kasir untuk menerima pencairan
pinjaman marhun bih Skema tata cara memperoleh pinjaman marhun bih dikantor pegadaian
syariah yang ada di Kota Medan Zainudin, 2008: 75
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Skema Tata Cara Memperoleh Pinjaman
Sumber: Zainudin, 2008: 75
Keterangan
1. Nasabah rahin datang langsung ke murtahin dalam hal ini penaksir dan menyerahkan barang marhun yang akan digadaikanjaminannya
dengan menunjukkan bukti identitas diri seperti KTP, atau keterangan
identitas lainnya.
2. Barang jaminan akan diteliti kualitasnya oleh penaksir dan ditetapkan harganya. Setelah taksiran didapatkan maka penaksir memberitahu kasir
berapa jumlah pinjaman marhun bih yang akan diberikan yang dapat
Universitas Sumatera Utara
dipinjam oleh nasabah rahin. Besar uang pinjaman ditetapkan oleh
penaksir lebih kecil dari harga pasar nilai barang. 3. Setelah itu, uang pinjaman dapat diambil oleh nasabah dibagian kasir,
2.5.4. Pelunasan Pinjaman
Proses pelunasan uang pinjaman marhun bih dan pengambilan barang gadai
dikantor pegadaian syariah adalah sebagai berikut Zainuddin Ali, 2008: 76:
1 Setiap saat uang pinjaman marhun bih dapat dilunasi tanpa harus menunggu
habisnya jangka waktu akad jatuh tempo 2
Proses pengembalian pinjaman marhun bih sampai penerimaan kembali barang gadai jaminan marhun, tidak dikenakan biaya apapun, kecuali
membayar jasa simpanan sesuai tarif yang berlaku.
Gambar 2.2 Skema Tata Cara Pelunasan Pinjaman
Sumber Zainudin, 2008: 76
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
1. Nasabah rahin mendatangi langsung ke murtahin dalam hal ini kasir
dengan membawa SBR Surat Bukti Rahn
2. Kasir memberitahu petugas penyimpan marhun untuk mengeluarkan
barang gadai tersebut
3. Barang gadai marhun dikembalikan kepada nasabah rahin.
2.6 Penelitian Terdahulu 1. Gufron Hamzah, 2007 dengan penelitian yang berjudul ”Faktor-Faktor