Gadai di Penggadaian Syariah

yaitu menyerahkan tanah untuk menerima pembayaran sejumlah uang secar tunai, dengan ketentuan si penjual pegadai tetap berhak atas pembelian tanahnya dengan jalan menebusnya kembali pasaribu, 1996:140. Pengertian gadai menurut kasmir,2003 yaitu kegiatan menjaminkan barang- barang beharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan memperoleh sejumlah uang dan barang yang akan dijaminkan akan akan ditrbus kembali sesuai dengan perjanjian nasabah dengan lembaga pegadaian. Menurut Syafi’e Antonio,2001 gadai atau rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam rahin sebagai barang jaminan marhum atas pinjaman marhum bih yang diterimanya. Marhum tersebut memiliki nilai ekonomis sehingga pihak yang menahanpenerima gadai murtahin

2.2 Gadai di Penggadaian Syariah

memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

2.2.1 Gadai Dalam Fiqih Muamalah

Ar-Rahn atau gadai merupakan perjanjian penyerahan barang yang digunakan segai agunan untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan. Berberapa ulama mendefinisikan rahn sebagai harta oleh pemiliknya digunakan pemiliknya digunakan sebgai jaminan terhadap utang yang mungkin dijadikan sebagi pembayar kepada pemberi utang baik seluruhnya atau sebagian apabila pihak yang berhutang tidak mampu melunasinya. Dalam Islam, rahn diperbolehkan berdasarkan Al-Qur’an dan hadis Rasululah SAW. Rahn atau jaminan itu dapat di jual apa bila dalam waktu yang telah dijanjikan oleh kedua belah pihak tidak dilunasi. Akad rahn diperbolehkan karena Universitas Sumatera Utara banyak faedah atau manfaat yang terkandung dalam rangka hubungan antar sesama manusia.Ismail,2011:209

2.2.2 Dasar hukum gadai

1. Al-Qur’an Al-Qur’an surah Al-Baqarah Ayat 283 Merupakan alasan yang dijadikan dasar dalam membangun konsep gadai syariah Rahn. Arti bunyi ayat tersebut sebagai berikut: Jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai, sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis maka hendaklah ada barang tanggungan yang di pegang oleh yang berpiutang.al- baqarah 283 2. As-Sunah Aisyah berkata bahwa Rasul bersabda: Rasulullah SAW membeli makanan dari seorang Yahudi dengan menjadikan baju besinya sebagai barang jaminan.” HR.Buchori dan Muslim dari Aisyah Binti Abu Bakar. HR. Malik, Kitab Al Aqdiyat: Dari Said bin Musayyab, sesungguhnya Rasululah saw bersabda:” Barang jaminan tidak berpindah hak” Malik berkata: menurut pendapatku, dan Alloh lebih mengetahui kebenarannya, penjelasannya adalah bahwa seorang lelaki yang meminjam rahin sesuatu dengan memberikan barang jaminan kepada orang lain murtahin, dimana barang jaminannya itu memiliki nilai lebih daripada pinjamannya, maka Rahin berkata kepada Murtahin: Jika aku dapat mengembalikan pinjaman darimu pada waktu yang ditentukan maka barang jaminan tersebut dikembalikan kepadaku, dan bila tidak maka barang jaminan ini menjadi milikmu sebab apa-apa yang menjaminkan aku di dalam jaminan . Universitas Sumatera Utara Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda: tidak terlepas dari kepemilikan barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya, Ia memperoleh manfaat dan menaggung resikonya. HR Asy’Syafii, al Darulquthni dan Ibnu Majah. 3. Ijtihad Berkaitan dengan pembolehan perjanjian gadai ini jumhur ulama juga berpendapat boleh dan mereka tidak pernah berselisih pendapat mengenai hal ini. Jumhur ulama berpendapatbahwa di syariatkan pada waktu tidak berpergian maupun pada berpergian dengan berargumentasi pada perbuatan Rasulullah SAW terhadap riwayat hadis tentang orang yahudi tersebut di Madinah. Ada pun keadaan dalam perjalanan di tentukan dalam QS. Al-Baqarah:283, karena melihat kebiasaan dimana pada umumnya rahn dilakukan pada waktu bepergian Sayyid Sabiq, 1987: 141 4. BAMUI Fatwa Dewan Syariah Nasional Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 25DSN-MUIIII2002, yang ditetapkan tanggal 28 Maret 2002 oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Syariah Nasional tentang rahn menetukan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagi barang jaminan hutang dalam bentuk rahn dibolehkan dengan ketentuan : Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 25DSN- MUIIII2002, tentang rahn 1 Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 26DSN-MUIIII2002, tentang rahn Emas Universitas Sumatera Utara 2 Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 09DSN-MUIIV2000, tentang pembiayaan ijarah 3 Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 10DSN-MUIIV2000, tentang wakalah 4 Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 43DSN-MUIVIII2004, tentang Ganti Rugi.

2.3. Tujuan Pegadaian Syariah.