bentuk komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di united Islamic cultural centre of Indonesia (UICCI) pejaten-Jakarta selatan

(1)

BENTUK KOMUNIKASI ABI DAN MURID DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI AKHLAK

DI UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI) PEJATEN - JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh: Muhammad Reza NIM. 107051002344

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H / 2011 M


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.

Jakarta, 30 April 2011


(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

Muhammad Reza

Bentuk Komunikasi Abi dan Murid Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan.

Masalah remaja selalu menarik perhatian. Remaja yang tidak mempunyai kepribadian yang kuat akan mudah terdorong keberbagai sikap kelakuan dan tindakan yang merusak orang lain dan merusak dirinya sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan adanya pembinaan dan penanaman nilai-nilai akhlak supaya mereka menjadi manusia yang bermartabat dan bermanfaat. Hal tersebut membutuhkan adanya komunikasi. United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) merupakan suatu organisasi sosial yang diasuh oleh para sukarelawan Turki yang konsen terhadap pembinaan dan penanaman nilai-nilai akhlak remaja Indonesia. Oleh karena itu, sangat menarik mengetahui bagaimana bentuk komunikasi yang dilakukan abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten–Jakarta Selatan.

Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan berikut. Pertama, bagaimana bentuk komunikasi antarpersonal abi dan murid dalam menanamkan nilainilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten -Jakarta Selatan? Kedua,bagaimana bentuk komunikasi kelompok abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan?

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan lapangan (observasi), wawancara, dan dokumentasi di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan secara langsung.

Sedangkan kerangka konseptual yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsep-konsep yang berkenaan tentang bentuk komunikasi, yaitu komunikasi antarpersonal (interpersonal communication) dan komunikasi kelompok (group communication) yang dihubungkan dalam kegiatan penanaman nilai-nilai akhlak abi dan murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten -Jakarta Selatan.

Bentuk komunikasi yang dilakukan para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid adalah dengan memberikan uswatun hasanah (keteladanan), konsultasi masalah pribadi, memberikan teguran dan nasihat, memberikan sanksi atau hukuman dan memanggil murid ke kantor. Kemudian bentuk komunikasi kelompok yang dilakukan para abi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada para murid adalah melalui ceramah dan melalui belajar atau diskusi kelompok.


(6)

ii Bismillahirramaanirrahiim,

Segala puji bagi Allah SWT sang pemilik kekuasaan, Tuhan semesta alam, Pencipta siang dan malam, terang dan gelap, tangis dan tawa. Dengan segenap kerendahan hati, penulis sadari bahwa hanya dengan limpahan kebaikan dan kemurahan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sang revolusioner dan mujahid sejati, pembawa kedamaian, rahmatan lil ‘alamiin. Seorang manusia yang telah mengajarkan umat manusia tentang makna kehidupan, hakikat kebaikan dan cinta kasih.

Penuntasan skripsi ini bisa tercapai karena mendapat banyak bantuan, dukungan serta do’a dari semua pihak yang terkait. Hingga kiranya patut penulis sampaikan ucapan terima kasih, kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA. Selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Drs. Study Rizal LK, MA. Selaku Pembantu Dekan bidang kemahasiswaan. Drs. H. Mahmud Djalal, MA. Selaku Pembantu Dekan bidang Administrasi. Dan Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku Pembantu Dekan bidang Akademik

2. Drs. Jumroni, M.Si dan Dra. Hj. Umi Musyarofah, MA. Selaku ketua dan sekretaris program reguler Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.


(7)

iii

3. Drs. H. Mahmud Djalal, MA. Sebagai pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, mencurahkan segenap perhatian, dan sabar dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk yang sangat berharga. 4. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah

memberikan kontribusi ilmunya, semoga ilmu yang diberikan selalu bermanfaat.

5. Segenap pengurus dan abi serta murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

6. Bapak Muhadi tercinta dan mama Siti Marzukoh tersayang, atas ridho, do’a, motivasi, kasih sayang yang tiada henti. Dalam setiap nafasmu selalu mengalir do’a untuk keberhasilan ananda. Tiada kata yang pantas terucap selain terima kasih Allah, Engkau telah memberikan orang tua yang baik. 7. Keluarga besar mama, H. Ma’mun Madani dan keluarga besar bapak, ibu

Sholhah yang memberikan semangat serta doa’ tulus untuk penulis.

8. Saudara-saudara tercinta, Siti Sarah, Rahmat Darmawan, Ade Karimah, yang selalu mengisi hari-hari dengan penuh canda tawa.

9. Tak lupa juga tuk keluarga Bapak H. Ali Nurdin, M.Pd dan Ibu Dra Hj. Himlah Ghozali serta belahan jiwa : Via Rifkia, S.Far yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis.

10. Teman-teman KPI C 2007 bersama-sama kita arungi samudra luas intelektual, di sanalah kita mengasah otak, juga bercanda tawa, riang gembira. Semoga kita menjadi orang-orang yang sukses. Amin.


(8)

iv

hati, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, guna kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat. Amin ...

Jakarta, 30 April 2011


(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DARTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL A. Bentuk Komunikasi ... 15

1. Pengertian Bentuk Komunikasi ... 15

2. Bentuk-Bentuk Komunikasi ... 18

3. Sifat komunikasi ... 23

B. Nilai-Nilai Akhlak ... 25

1. Pengertian Nilai ... 25

2. Pengertian Akhlak ... 26

3. Tujuan Akhlak ... 28

4. Macam-Macam Akhlak ... 29


(10)

vi

BAB III PROFIL UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI) PEJATEN JAKARTA SELATAN

A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya ... 37

B. Visi, Misi dan Moto ... 38

C. Tujuan Berdiri ... 39

D. Program Kegiatan ... 39

E. Organisasi ... 46

1. Struktur Organisasi ... 46

2. Sasaran ... 46

3. Sarana / Fasilitas ... 47

4. Keunggulan ... 48

5. Sumber Dana ... 48

BAB IV BENTUK KOMUNIKASI ABI DAN MURID DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI AKHLAK DI UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI) PEJATEN JAKARTA SELATAN A. Identifikasi Informan ... 49

B. Bentuk Komunikasi Abi dan Murid dalam Menanamkan Nilai-Nilai Akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan ... 56


(11)

vii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA ... 79 LAMPIRAN


(12)

viii

Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Harian ... 42

Tabel 2 : Acara Hari Sabtu ... 43

Tabel 3 : Acara Hari Minggu ... 43

Tabel 4 : Jadwal Pembersihan Dapur Asrama ... 63

Tabel 5 : Jadwal Mencuci dan Pembagian Pakaian Bersih ... 63

Tabel 6 : Sistem Poin Asrama ... 65


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi manusia melakukan suatu hubungan, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri melainkan saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya dapat dilakukan dengan komunikasi. Komunikasi adalah sendi dasar terjadinya proses interaksi sosial. Karena tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak akan berkembang dan menghasilkan kebudayaan yang tinggi.

Komunikasi dalam kehidupan manusia semakin dirasakan urgensinya, bukan saja disebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi karena hasrat dasar sosial yang terdapat dalam diri manusia. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu (informatif), atau mengubah sikap, pendapat baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kondisi tertentu, komunikasi juga dapat dilakukan dengan bahasa isyarat atau dengan kode. Jadi, yang terpenting dari komunikasi adalah tersampaikannya pesan dari komunikator (penyampai pesan) secara utuh dan jelas.1

Ditinjau dari proses komunikasi, pendidikan adalah bagian dari komunikasi yaitu proses pengajaran yang melibatkan dua komponen yang terdiri dari guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Wilbur Schramm bahwa komunikasi

1

Onong Uchjana Effendy,Kepemimpinan dan Komunikasi,(Bandung: CV Mandar Maju, 2000), hal. 58.


(14)

didasarkan atas hubungan antara dua orang atau antara seseorang dengan orang lain. Hakikat hubungan ini adalah setara(“Tune”) antara satu sama lain

yang terfokus pada informasi yang sama. Kesangkutpautan tersebut berada dalam komunikasi tatap muka (face to face communication).2

Komunikasi dapat dilakukan oleh siapa saja. Orang tua di rumah berkomunikasi dengan anak-anaknya guna menimbulkan suasana keakraban dan keharmonisan dalam keluarga. Seorang guru agama di sekolah dapat menyampaikan pesan moral baik secara verbal (lisan dan tulisan) maupun secara non verbal (isyarat, gesture) kepada muridnya. Dengan tujuan agar pesan moral tersebut di implementasikan oleh para murid di kehidupan sehari-hari. Dengan komunikasi, dapat menciptakan suasana yang harmonis antara komunikator dan komunikan. Selain itu, juga dapat menciptakan solusi dari masalah-masalah yang terjadi pada diri komunikan.

Masalah remaja selalu menarik perhatian, baik dikalangan orang tua, guru, pemuka agama dan masyarakat pada umumnya, karena remaja adalah masa peralihan panjang yang mengantarkan seseorang dari anak-anak kepada dewasa. Pada masa ini seseorang mengalami perubahan cepat dalam berbagai aspek dirinya, tubuhnya bertumbuh dari dalam dan luar, kecerdasan kepribadian dan kemasyarakatan yang disertai oleh goncangan, akibat perubahan-perubahan yang harus segera dihadapi dengan penyesuaian diri.

Keadaan goncangan datang dari dalam diri tersebut, akan meningkat apabila keadaan lingkungan dimana si remaja itu hidup itu juga mengalami perubahan cepat dan menuntut pula penyesuaian diri dari remaja itu. Berbagai

2


(15)

3

tawaran yang menarik dan mendorong remaja untuk meniru dan mengikutinya, terutama keadaan yang menggiurkan dan menyilaukan bagi remaja yang sedang berkembang itu. Remaja yang tidak mempunyai kepribadian yang kuat akan mudah terdorong keberbagai sikap kelakuan dan tindakan yang merusak orang lain dan merusak dirinya sendiri.3

Tindakan yang merusak orang lain diantaranya dapat menimbulkan banyak kejahatan-kejahatan seperti kejahatan seksual yang banyak dilakukan oleh anak-anak usia remaja sampai umur menjelang dewasa, dan kemudian pada usia pertengahan. Tindak merampok, menyamun dan membegal, 70% dilakukan oleh orang-orang muda berusia 17-30 tahun.4

Zakiah Darajat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama menjelaskan, masalah pokok yang menonjol dewasa ini, adalah kaburnya nilai-nilai dan norma-norma agama yang mengatur kehidupan masyarakat. Mereka dihadapkan pada berbagai kontradiksi dan beraneka ragam moral yang menyebabkan mereka menjadi bingung untuk memilih mana perbuatan yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.5

Melihat kenyataan yang cukup memprihatinkan ini, maka jelaslah bahwa generasi muda perlu dibina. Upaya pembinaan kepada generasi muda perlu terus ditingkatkan dan dimulai sejak dini yang merupakan tanggung jawab bersama. Diantaranya memberikan pendidikan dan penanaman nilai-nilai akhlak. Dalam memberikan pendidikan dan penanaman nilai-nilai-nilai-nilai akhlak membutuhkan komunikasi, yaitu komunikasi yang mampu mengubah

3

H.M. Syureich, Penangkal Kenakalan Remaja,(Jakarta: PT. Offset “sistimatis”, 1991), Viii.

4

Kartini Kartono,Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 7.

5


(16)

perilaku komunikan sesuai dengan yang diharapkan komunikator. Perubahan perilaku komunikan ini menjadi target dari suatu komunikasi karena perubahan itu menjadi harapan bagi komunikator.

United Islamic Cultural Center of Indonesia (UICCI) atau Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia merupakan sebuah organisasi sosial yang didirikan pada tahun 2005 oleh para sukarelawan Indonesia dan Turki. Yayasan ini selalu berusaha untuk memberikan pendidikan yang berorientasi pada kehidupan dan pendidikan Islami. Hal ini sejalan dengan moto organisasi sosial ini yakni“Ke Arah Generasi Berilmu dan Bertaqwa”.

Yayasan ini merupakan Boarding School yaitu pendidikan di luar sekolah. Jadi para anggota yang tinggal di yayasan ini adalah mayoritas siswa SMA/SMK yang berada di daerah Pejaten, Jakarta Selatan dan sekitarnya. Para murid melakukan hubungan dan selalu berkomunikasi dengan abi (guru / ustadz) yang mayoritas orang-orang asing (Turki).

Istilah abi itu bukan diambil dari bahasa Arab yang artinya bapak atau ayah tapi istilah abi itu diambil dari bahasa Turki yang asal katanya agabey, dalam bahasa Indonesia artinya kakak. Jadi murid-murid dan ustadz-ustadz yang ada di asrama UICCI ini bukan hanya ada hubungan seperti ustadz dan murid tapi juga ada hubungan seperti kakak dan adik. Tujuannya agar hubungan ustadz dengan murid terasa lebih dekat dan lebih hangat. Oleh karena itu, murid yang ada di asrama memanggil ustadz-ustadznya dengan sebutan abi.6

6

Hasil wawancara dengan Abi Muhammad Taufiq, Ustadz di Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Ruang Kerja Abi, Jum’at, 8 April 2011, pkl. 20.30 WIB Pejaten


(17)

5

Yang menarik dan unik dari yayasan ini sehingga penulis tertarik untuk meneliti, ialah: pertama, yayasan ini sangat konsen terhadap pembinaan akhlak dan intelektualitas kepada para remaja Indonesia, khususnya anak sekolah. Padahal yayasan ini dikelola oleh para sukarelawan asing (Turki) dan tidak membebankan biaya sedikitpun kepada murid, apalagi yayasan ini adalah yayasan informal (bersifat sosial). Yayasan ini sangat jarang ditemukan di Indonesia.

Kedua, yayasan ini merupakan Boarding School (pendidikan di luar sekolah) di mana proses komunikasi antara abi (komunikator) dengan murid (komunikan) dibatasi oleh sekolah, jadi komunikasi abi harus lebih ekstra untuk menanamkan nilai-nilai akhlak kepada murid dibandingkan dengan pesantren-pesantren di Indonesia yang sifatnya formal selama 24 jam guru dan murid saling berinteraksi dan berkomunikasi di satu tempat (pesantren itu).

Dan ketiga, para pengajar dan pendidik mayoritas adalah orang-orang asing (Turki), yang notabene-nya berbeda dengan para murid dari segi adat, budaya, kebiasaan maupun bahasa, yang terpenting adalah dalam hal berkomunikasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana bentuk komunikasi yang dilakukan abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan ini.

Sehingga skripsi ini diberi judul“Bentuk KomunikasiAbi dan Murid

Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Akhlak Di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten -Jakarta Selatan”.


(18)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk memberikan gambaran yang terarah dalam penelitian ini, maka masalah dibatasi yaitu:

a. Komunikasi yang dilakukan abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan.

b. Di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan diajarkan materi umum yaitu pelajaran bahasa Arab, Inggris dan Turki. Namun materi ini tidak menjadi kajian penelitian. Penulis hanya membatasi pada penanaman nilai-nilai akhlak yang dilakukan abi kepada para murid.

c. Penulis melakukan wawancara dari sisi abi berjumlah 3 orang karena abi tersebut memberikan pengajaran agama (ta’lim) kepada murid, sedangkan dari sisi murid hanya pada murid yang duduk di kelas XII SMA/SMK karena murid tersebut yang paling lama tinggal dan mendapatkan pembinaan akhlak di asrama.

d. Dari 4 macam bentuk komunikasi yaitu komunikasi intrapersonal, komunikasi antarpersonal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Penulis membatasi pada komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok yang menjadi fokus penelitian. Sedangkan Komunikasi intrapersonal dan komunikasi massa tidak menjadi fokus penelitian.


(19)

7

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimanakah bentuk komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Segala aktivitas yang direncanakan, semuanya pasti akan mengharapkan tujuan yang benar-benar diinginkan. Oleh karenanya berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini yaitu:

“Untuk mengetahui bentuk komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan.”

2. Manfaat Penelitian a. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dan khazanah keilmuan tentang bentuk komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan dan mengembangkan teori-teori tentang komunikasi. Penelitian ini


(20)

juga diharapkan dapat menjadi suatu pembuktian atau penolakan atas teori yang dipakai.

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk menambah wawasan bagi kalangan teoritis dan praktis mengenai bentuk komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat diaplikasikan oleh semua yayasan atau lembaga yang konsen kepada penerapan dan penanaman nilai-nilai akhlak kepada murid dengan melihat dan mengaplikasikan bentuk komunikasi yang baik dan efektif dari ustadz kepada murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif, dengan pendekatan studi kasus. Adapun data yang diambil bersifat kualitatif, yaitu yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat analisis dan dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.7

Satu metode yang diharapkan dapat menemukan beberapa kemungkinan dan untuk memecahkan masalah yang aktual dengan jalan mengumpulkan data, menyusun serta mengklasifikasikannya. Tujuan metode ini adalah untuk menggambarkan keadaan fenomena dan

7

Arikunto Suharsimi,Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), hal. 245.


(21)

9

melukiskan secara sistematik populasi tertentu secara faktual dan cermat.8

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek penelitian ini adalah abi dan murid di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan, narasumber terdiri dari 3 orang abi dan 9 orang murid kelas XII SMA/SMK karena murid tersebut yang paling lama mendapat pembinaan akhlak di asrama.

b. Sedangkan objek penelitian ini adalah segala bentuk komunikasi yang dilakukan atau digunakan abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan, yaitu komunikasi intrapersonal, komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok.

3. Keterbatasan Penelitian

Dari 6 abi atau ustadz yang mengajar di asrama, hanya 3 abi atau ustadz yang peneliti wawancarai karena ada abi yang masih kurang fasih dalam berbahasa Indonesia, ini menjadi salah satu kendala peneliti. Namun, 3 abi dapat mewakili (representatif) 3 abi lainnya. Dan dari 13 murid kelas XII SMA/SMK yang belajar di asrama, hanya 9 murid yang peneliti wawancara karena beberapa murid ada yang tidak mau menjadi informan atau diwawancarai dengan tidak mengemukakan alasannya.

8

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya,(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 158.


(22)

4. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d April 2011.

b. Bertempat di asrama Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten : Jl. Pekayon No.16 / B Pejaten Barat Rt 01 Rw 03 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12790 Tel/Fax: 021 78816883.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Yang dimaksud dengan observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki di lapangan. Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.9 Penulis mengadakan pengamatan langsung di asrama Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta Selatan terhadap kegiatan komunikasi abi dan murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta - Selatan, selama 1 minggu pada tanggal 3 s/d 10 April 2011 dan penulis ikut langsung menjadi menjadi peserta atau mengikuti kegiatan di asrama.

9

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, hal. 115.


(23)

11

b. Wawancara

Yang dimaksud dengan wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang secara langsung. Pewawancara disebutInterviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut Interviewee.10. Berkaitan dengan penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan para abi yaitu abi Murat Alver (Turki), abi Yaser Gul (Turki), dan abi Muhammad Taufiq (Indonesia). Dengan para murid kelas XII yaitu Rananto Widodo, Muhammad Islam, Muhammad Nurkhafidin, Fiki Murdiansyah, Ardi Suparmadi, Shohib Hazami, Noorfie Syahri Sya’bani, Muhammad Ihsan Irjami dan Hujjah Saefullah. Dan dengan pengurus asrama yaitu abi Murat Alver sebagai pimpinan asrama Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten Jakarta - Selatan.

c. Dokumentasi

Yang dimaksud dengan dokumentasi ini adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.11 Adapun dokumen yang peneliti peroleh dari buku bacaan, kepustakaan, foto-foto.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang peneliti gunakan adalah deskriptif analisis, yakni dengan mengumpulkan data kemudian disusun, disajikan dan dianalisis untuk mengungkapkan arti data tersebut.

10

Arikunto Suharsimi,Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek,hal. 54. 11


(24)

Di samping itu, data-data yang terkumpul (hasil wawancara dan observasi) dikumpulkan dan dianalisis dari teori-teori pendukung yang menjadi acuan analisis data. Fase ini merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Setelah itu, penulis menganalisa data dengan menyusun kata-kata ke dalam tulisan yang lebih luas.

Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2007”.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan proposal penelitian ini, langkah awal yang ditempuh adalah mengkaji terlebih dahulu karya ilmiah yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan diteliti. Adapun maksud dari penelitian ini untuk mengetahui bahwa permasalahan yang diteliti berbeda dengan penelitian sebelumnya.

Setelah mengadakan suatu tinjauan pustaka, ditemukan beberapa skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan yang akan diteliti, yakni:

1. Skripsi Nurhasanah 107051003639 tahun 2010 mahasiswa Komunikasi

dan Penyiaran Islam dengan judul “Pola Komunikasi Guru dan Murid

Dalam Penerapan Nilai-Nilai KeIslaman Di MAN 7 Jakarta”, skripsi Nurhasanah ini berisi tentang komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok yang digunakan dalam penerapan nilai-nilai keIslaman yaitu pengaplikasian nilai-nilai aqidah, nilai-nilai syari’at dan nilai-nilai akhlak


(25)

13

dalam kehidupan sehari-hari di MAN 7 Jakarta dan ditulis juga sifat komunikasi yang digunakan seperti sifat komunikasi tatap muka.

2. Skripsi Huzaimatul Hilaliah 204051003294 tahun 2009 mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan judul “Bentuk Komunikasi

Guru dan Murid Dalam Menanamkan Budi Pekerti Di SLB-B Yayasan DHARMA ASIH Depok”, skripsi Huzaimatul Hilaliah ini berisi tentang komunikasi verbal dan non verbal yang digunakan oleh guru dalam menanamkan budi pekerti di SLB-B Yayasan Dharma Asih Depok.

Perbedaan dengan skripsi-skripsi di atas yaitu pertama, pada isi skripsi yang penulis tulis, cenderung kepada bentuk komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok abi atau ustadz dan murid dalam menanamkan nilai akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten -Jakarta Selatan. Kedua, walaupun subjek dan objeknya sama namun lokus atau tempat penelitian berbeda.Ketiga,skripsi di atas melakukan penelitian di tempat yang bersifat formal tetapi peneliti melakukan penelitian pada organisasi sosial yang bersifat informal dan dikelola oleh para sukarelawan asing (Turki).

Selanjutnya,keempat penulis juga ingin melihat atau meneliti tentang bagaimana abi atau ustadz di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) memberikan pembinaan akhlak kepada murid-muridnya.


(26)

F. Sistematika Penulisan

Guna mengetahui gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika ke dalam lima bab, masing-masing bab dibagi ke dalam sub bab dengan perincian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan

Bab II Landasan Teori yang terdiri dari: Bentuk Komunikasi meliputi: Pengertian Bentuk Komunikasi, Bentuk-Bentuk Komunikasi, dan Sifat Komunikasi Kemudian Nilai-Nilai Akhlak meliputi: Pengertian Nilai, Pengertian Akhlak, Tujuan Akhlak, Macam-macam Akhlak, Pembagian Akhlak dan Manfaat Akhlak serta Penanaman Nilai-Nilai Akhlak.

Bab III Profil United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan yang terdiri dari: Sejarah berdiri dan perkembangannya, Visi Misi dan Moto, Tujuan berdirinya, Program Kegiatan, dan Organisasi meliputi : Struktur Organisasi, Sasaran, Sarana/Fasilitas, Keunggulan, dan Sumber Dana.

Bab IV Bentuk Komunikasi Abi dan Murid Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten – Jakarta Selatan yang terdiri dari: Identifikasi Informan, Bentuk Komunikasi Abi dan Murid dalam Menanamkan Nilai-Nilai Akhlak di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan


(27)

15 BAB II

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Bentuk Komunikasi

1. Pengertian Bentuk Komunikasi

Bentuk komunikasi terdiri dari dua kata, yaitu kata ‘bentuk’ dan kata ‘komunikasi’. Dua kata ini memiliki pengertian yang berbeda.

Kata bentuk berasal dari bahasa Inggris abad ke-13 yaitu form, berasal dari bahasa Prancis forme, berasal dari bahasa Latin forma bermakna cetakan, bentuk, kecantikan, terjemahan dari bahasa-bahasa Yunani eidos. Juga dapat disebut dengan istilah wujud. Bentuk dapat dipahami sebagai penampakan atau rupa satuan bahasa; juga petampakan atau rupa satuan gramatikal. Lebih lanjut lagi bentuk dapat dipahami sebagai berikut :

1. Bentuk dan penampilan, seperti dibentuk manusia, air dalam wujud seperti salju dan es,dannovel sebagai suatu bentuk sastra.

2. Suatu cara yang ditentukan atau biasa dalam melakukan berbagai hal.

3. Suatu cara yang konvensional dalam pelangsungan, perilaku, penyataan berbagai hal, dll seperti bentuk tutur-sapa.1

Komunikasi menurut bahasa atau etimologi dalam “Ensiklopedi

Umum” diartikan dengan “Perhubungan”, sedangkan yang terdapat

dalam buku komunikasi berasal dari perkataan Latin, yaitu:

1

Tim Redaksi, Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia Jilid I A-E, (Bandung: Angkasa Bandung, 2009), hal. 184.


(28)

1. Communicare,yang berarti berpartisipasi ataupun memberitahukan. 2. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku di

mana-mana

3. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat mayoritas

4. Communico,yang berarti membuat sama

5. Demikian juga Communication berasal dari kata latinCommunicatio yang juga bersumber dari kataCommunisyang berarti sama. Sama di sini maksudnya sama makna.

Pengertian komunikasi secara etimologi ini memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan dengan orang yang menerima pesan.2

Sedangkan Secara terminologi, komunikasi berarti proses penyampaian pesan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia.

Jadi komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.3

2

Roudhonah,Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2007), hal. 19. 3

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 4.


(29)

17

Dengan demikian dalam komunikasi akan timbul empat tindakan bagi setiap pelakunya, yaitu:

1. Membentuk pesan, artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan yang terjadi dalam benak kepala seseorang melalui proses kerja sistem syaraf.

2. Menyampaikan, artinya pesan yang telah dibentuk kemudian disampaikan kepada orang lain, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Bentuk pesannya dapat berupa pesan-pesan verbal dan nonverbal.

3. Menerima, artinya di samping membentuk dan menyampaikan pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain.

4. Mengolah, artinya pesan yang telah diterima, kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan, setelah diinterpretasikan pesan dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi dari si orang tersebut.4

Dari penjelasan pengertian kata bentuk dan kata komunikasi di atas, bentuk komunikasi adalah suatu cara yang dilakukan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan melalui suatu media atau saluran tertentu serta menimbulkan efek.

4


(30)

2. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Roudhonah dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi membagi bentuk komunikasi menjadi 3 bagian :5

a. Komunikasi Personal(Personal Communication)

1) Komunikasi intrapersonal(Intrapersonal Communication) 2) Komunikasi antarpersonal(Interpersonal Communication) b. Komunikasi Kelompok(Group Communication)

1) Komunikasi Kelompok Kecil(Small Group Communication) a) Ceramah(Lecture)

b) Diskusi Panel(Panel Discussion) c) Simposium(Symposium)

d) Forum e) Seminar

f) Sumbangsaran(Brainstorming) g) Dan lain-lain

2) Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication / Public Speaking)

c. Komunikasi Massa(Mass Communication). Komunikasi melalui: 1) Pers

2) Radio 3) Televisi 4) Film

5) Dan lain-lain.

5


(31)

19

Maka, dibawah ini akan dijelaskan tentang bentuk-bentuk komunikasi yang berkenaan dengan masalah yang penulis teliti, yaitu komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok .

a. Komunikasi Antarpersonal(Interpersonal Communication)

Komunikasi antarpersonal disebut juga komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face), bisa juga melalui sebuah medium telepon.6

Komunikasi antarpersonal sebenarnya merupakan suatu proses sosial di mana orang-orang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh De Vito, yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam bukunya Komunikasi Antarpribadi bahwa:

“Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman

pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang

langsung”7

Effendy, yang dikutip oleh Alo Liliweri dalam bukunya Komunikasi Antarpribadimengemukakan bahwa:

“Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara

komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arusbalik bersifat langsung.”8

6

Roudhonah,Imu Komunikasi,hal. 106. 7

Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991, hal. 12.

8


(32)

Dari beberapa definisi mengenai komunikasi antarpribadi, penulis memahami bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang dilakukan antara komunikator kepada komunikan dan terdapatfeedbackatau umpan balik secara langsung.

Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

1) Komunikasi diadik, ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara.

2) Komunikasi triadik, ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.9 Komunikasi antarpribadi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:10 a) Komunikasi antarpribadi biasanya terjadi secara spontan dan

sambil lalu.

b) Komunikasi antarpribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu.

c) Komunikasi antarpribadi terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang jelas.

d) Komunikasi antarpribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

9

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), hal. 32.

10


(33)

21

e) Komunikasi antarpribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan.

f) Komunikasi antarpribadi menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan.

g) Komunikasi antarpribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil.

h) Komunikasi antarpribadi menggunakan lambang-lambang bermakna.

b. Komunikasi Kelompok(Group Communication)

Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi informasi dalam hampir semua aspek kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan ia bisa pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota.11

11

Sasa Djuarsa Sandjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), hal. 33.


(34)

Onong Uchjana Effendy, yang dikutip oleh Roudhonah dalam bukunyaIlmu Komunikasimengartikan komunikasi kelompok adalah:

“Komunikasi antara seseorang dengan sejumlah orang

yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok”12

Sementara itu, Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya, Human Communication, A Revisian of Approaching Speech/Communication, yang dikutip juga oleh Roudhonah, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai:

“Interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna

memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik

pribadi anggota lainnya dengan akurat”13

Komunikasi kelompok dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk, yaitu:

a) Komunikasi Kelompok Kecil(Small Group Communication) Kelompok kecil, kadang-kadang disebut Micro Group. Kelompok kecil adalah kelompok komunikasi yang dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal atau dalam komunikasi kelompok komunikator dapat melakukan komunikasi antarpribadi dengan salah seorang anggota kelompok, seperti yang terjadi pada acara diskusi, kelompok belajar, seminar dan lain-lain.14

12

Roudhonah,Imu Komunikasi,hal. 124. 13

Roudhonah,Imu Komunikasi,hal. 124. 14


(35)

23

b) Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication / Public Speaking)

Kelompok besar, kadang-kadang disebut Macro Group. Yaitu yang terjadi dengan sekumpulan orang yang sangat banyak dan komunikasi antarpribadi (kontak pribadi) jauh lebih kurang (susah) untuk dilaksanakan, karena terlalu banyaknya orang yang berkumpul, seperti halnya yang terjadi pada acara tabligh akbar, kampanye, dan lain-lain.15

3. Sifat Komunikasi

Roudhonah dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi membagi sifat komunikasi menjadi 3 bagian :16

a. Tatap Muka(Face to Face)

Dikatakan komunikasi tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan saling berhadapan sambil saling melihat. Dalam situasi komunikasi seperti ini komunikator dapat melihat dan mengkaji diri si komunikasn secara langsung. Karena itu, komunikasi tatap muka sering kali disebut juga komunikasi langsung (direct communication). Komunikator dapat mengetahui efek komunikasinya pada saat itu juga, tangapan/respons komunikan itu tersalurkan langsung kepada komunikator.

Oleh sebab itu pula sering dikatakan bahwa dalam komunikasi tatap muka arus balik atau umpan balik (feedback) terjadi secara

15

Roudhonah,Ilmu Komunikasi,hal. 128. 16


(36)

langsung. Arus balik atau umpan balik adalah tanggapan komunikan yang tersalurkan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, komunikator mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan kepadanya.17

b. Bermedia(mediated)

Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya, dan atau banyak jumlahnya.

Komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tak langsung (indirect communication), dan sebagai konsekuensinya arus balik pun tidak terjadi pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat ia berkomunikasi. Oleh sebab itu, dalam melancarkan komunikasi dengan menggunakan media, komunikator harus lebih matang dalam perencanaan dan persiapannya sehingga ia merasa pasti bahwa komunikasinya itu akan berhasil.18

c. Verbal(Verbal)

Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan lambang bahasa, ini mencakup komunikasi dengan bahasa lisan maupun bahasa tulisan.

Lambang verbal adalah semua lambang yang digunakan untuk menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkan kata-kata (bahasa). Komunikasi verbal ini dapat dialngsungkan dengan kata-kata,

17

Onong Uchjana Effendy,Dinamika Komunikasi,hal. 7. 18


(37)

25

seperti: ceramah, berbicara, diskusi dan lain-lain. Bisa juga dilangsungkan dengan menggunakan tulisan, surat, buku, majalah, koran dan lain-lain.19

d. Non-Verbal(non-Verbal)

Pengertian komunikasi non verbal, yaitu “Non” berarti tidak,

Verbalbermakna kata-kata (words), sehingga komunikasi non verbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa kata-kata. Dapat juga diartikan komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan gejala yang menyangkut: gerak-gerik (gestures), sikap (postures), ekspresi wajah (facial expressions), pakaian yang bersifat simbolik, isyarat dan lain gejala yang sama, yang tidak menggunakan bahasa lisan dan tulisan.20

B. Nilai-Nilai Akhlak 1. Pengertian Nilai

Kata Nilai (value) berasal dari bahasa latin “valere”yang berarti berguna, berdaya, berlaku. Dalam hal ini mengandung beberapa pengertian, bahwa nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang membuat sesuatu itu disukai, diinginkan, dimanfaatkan, berguna, atau dapat menjadi objek kepentingan. Nilai juga merupakan apa yang dihargai, dinilai tinggi, atau dihargai sebagai kebaikan.21

19

Roudhonah,Ilmu Komunikasi,hal. 92. 20

Roudhonah,Ilmu Komunikasi, hal. 94. 21

Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan,(Jakarta: Golo Riwu, 2000), hal. 721.


(38)

Andreas A. Danandjaja dalam bukubudaya organisasi karangan Taliziduhu Ndraha berpendapat bahwa nilai adalah pengertian-pengertian (conceptions) yang dihayati seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar.22

Sebuah nilai dapat dikategorikan sebagai:23 a. Nilai Subjektif

Sesuatu yang oleh seseorang dianggap dapat memenuhi kebutuhannya pada suatu waktu dan oleh karena itu (seseorang tadi) berkepentingan atasnya (sesuatu itu), disebut bernilai atau mengandung nilai bagi orang yang bersangkutan. Oleh karena itu dicari, diburu dan dikejar dengan menggunakan berbagai cara dan alat.

b. Nilai Objektif

Nilai yang didasarkan pada standar dan kriteria tertentu, yang objektif, yang disepakati bersama atau ditetapkan oleh lembaga berwenang.

2. Pengertian Akhlak

Dari segi kebahasaan, kata akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari kosa kata bahasa Arab (akhlaq) yang merupakan bentuk jamak dari kata (khuluq) yang berartias-sajiyyah (perangai),at-tabi’ah(watak), al-‘adah(kebiasaan atau kelaziman), danad-din(keteraturan).

22

Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hal. 18.

23


(39)

27

Sementara itu Kamus al-Munjid menyebutkan bahwa kata (akhlak) dalam bahasa Arab berarti tabiat, budi pekerti, perangai, adat atau kebiasaan. Jadi, secara kebahasaan kata akhlak mengacu kepada sifat-sifat manusia secara universal, perangai, watak, kebiasaan dan keteraturan, baik sifat yang terpuji maupun sifat yang tercela. Dengan demikian, pengertian akhlak mengacu kepada sifat manusia secara umum tanpa mengenal perbedaan di antara laki-laki dan perempuan; sifat manusia yang baik maupun sifat manusia yang buruk. Oleh sebab itu, akhlak terbagi dua, al-akhlaq al-hasanah (akhlak yang baik) dan al-akhlaq alqabihah (akhlak yang buruk) atau al-akhlaq al-mazmumah (akhlak tercela).24

Akhlak (etika) sering disebut sebagai ihsan (berasal dari kata Arab hasan, yang berarti baik). Definisi ihsan dinyatakan sendiri oleh Nabi dalam hadits berikut: “Ihsan adalah engkau beribadat kepada Tuhanmu seolah-olah engkau melihat-Nya sendiri, kalaupun engkau tidak melihat-Nya, maka pasti Ia melihatmu”.25

Dr. M. Abdullah Dirroz, yang dikutip oleh H.A Mustofa dalam bukunya Akhlak Tasawuf, mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:

“Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang

mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa

24

Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI,Tafsir Al-Qur’an Tematik (Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009), hal. 1-4.

25

Adiwarman A. Karim,BANK ISLAM Analisis Fiqih dan Keuangan,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 13.


(40)

kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalamhal akhlak yang jahat)”.26

Selanjutnya KH. Abdullah Salim juga mengemukakan bahwa:

“Akhlak adalah merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sabar, kasih sayang, atau sebaliknya, pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturrahmi.”27

Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa akhlak adalah sifat, tabi’at, perangai yang tumbuh dan menyatudi dalam diri seseorang yang melahirkan kekuatan dan kehendak yang mantap sehingga seseorang tersebut dapat memilih mana yang benar dan salah, mana yanghaqdan yangbathil.

3. Tujuan Akhlak

Tujuan akhlak adalah hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna, dan membedakannya dari makhluk-makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan manusia berakhlak baik, bertindak-tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap sesama makhluk, dan terhadap Tuhan.

Yang hendak dikendalikan oleh akhlak adalah tindakan lahir. Akan tetapi oleh karena tindakan lahir itu tidak dapat terjadi bila tidak didahului oleh gerak batin atau tindakan hati, maka tindakan batin dan gerak-gerik hati termasuk lapangan yang diatur oleh akhlak. Tidak akan terjadi perkelahian kalau tidak didahului oleh tindakan batin atau

gerak-26

H.A. mustofa, Akhlak Tasawuf,(Bandung : CV Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke-2, hal. 14.

27

KH. Abdullah Salim, Akhlak Islam (Membina Rumah Tangga dan Masyarakat), (Jakarta : Media Dakwah, 1985), Cet. Ke-1, hal. 5.


(41)

29

gerik hati, yakni benci membenci atau hasad. Oleh karena itu maka setiap insan diwajibkan dapat menguasai batinnya atau mengendalikan hawa nafsunya karena tindakan batin merupakan motor dari segala tindakan lahir.28

4. Macam-macam Akhlak

Adapun penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

a. Akhlak Kepada Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan selain Allah. Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap Allah, diantaranya adalah karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan, Allah telah memberikan perlengkapan panca indera, hati nurani dan naluri kepada manusia dan Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan lain sebagainya.

Akhlak terhadap Allah SWT merupakan cerminan hubungan baik antara manusia dengan Allah SWT, pada dasarnya mengambil sikap mematuhi perintah-Nya. Dengan kata lain sikap tersebut adalah sikap takwa, taat dan berbakti kepada Allah dan meninggalkan larangan-Nya.29

28

Anwar Masy’ari,Akhlak Al-Qur’an,(Surabaya: Bina Ilmu, 1990), hal. 4. 29

Muhammad Ardani,Akhlak Tasawuf : Nilai-Nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf,(Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), hal. 49.


(42)

b. Akhlak Kepada Rasulullah

Seperti halnya akhlak kepada Allah SWT harus beriman kepada–Nya, maka akhlak manusia kepada Nabi Muhammad SAW ialah beriman kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu percaya beliau adalah Nabi dan Rasul (utusan) Allah SWT kepada seluruh umat manusia.

Diantara perilaku atau macam-macam akhlak yang harus dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah terhadap Rasulullah SAW, ialah sebagai berikut:

1) Ikhlas beriman kepada Nabi Muhammad SAW.

2) Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW. 3) Taat kepada Rasulullah SAW

4) Cinta kepada Rasulullah SAW

5) Menghidupkan sunnah Rasulullah SAW

6) Menghormati pewaris Nabi Muhammad SAW30 c. Akhlak Kepada Orang Tua

Sebagai anak diwajibkan untuk patuh dan menurut terhadap perintah orang tua dan tidak durhaka kepada mereka. Dalam hal ini terutama kepada ibu, karena jasa seorang ibu kepada anaknya tidak bisa dihitung dan tidak bisa ditimbang dengan ukuran.

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Lukman ayat 14:













































30


(43)

31

Artinya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Adapun berakhlak kepada orang tua adalah sebagai berikut:

1) Bersikap baik kepada orang tua meskipun kurang menyenangkan hatinya.

2) Berkata halus dan mulia baik bahasanya. Berkata kepada orang tua dengan lemah lembut, sopan, agar hati keduanya bahagia. 3) Merendahkan diri terhadap orang tua.

4) Berbuat baik kepada orang tua yang sudah meninggal, dengan cara: mendoakan keduanya, menepati janji orang tua, dan bersilaturrami kepada orang yang mempunyai hubungan dengan orang tua.31

d. Akhlak Kepada Sesama Manusia

Manusia selain sebagai makhluk individu adalah juga makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup sendirian, tetapi membutuhkan orang lain atau masyarakat manusia untuk hidup. Manusia agar dapat hidup tentram, serasi dan selamat bersama orang lain dalam masyarakat, membutuhkan etika pergaulan yang mengatur hubungan dengan orang lain. Diantara etika pergaulan atau akhlak kepada sesama manusia ialah: bermuka manis dan berkata lemah lembut, susila dalam tingkah laku dan menghindarkan kecurigaan, berbicara yang halus dan enak didengar, ramah tamah, dan memperlihatkan keakraban, pandai membawa diri dan menyesuaikan dengan adab masyarakat luas, merendah diri meski berpangkat tinggi, berbicara yang bermanfaat atau jika tidak

31


(44)

demikian lebih baik diam, sederhana dan wajar dalam tingkah laku dan bukan dibuat-buat.32

e. Akhlak Kepada Diri Sendiri

Selaku individu, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala kelengkapan jasmaniah dan rohaniah. Manusia diciptakan dengan dilengkapi rohani seperti akal pikiran, hati nurani, naluri, perasaan dan kecakapan batiniah atau bakat.

Seorang muslim beriman dan percaya, bahwa yang dapat membersihkan jiwa dan menyelamatkan ialah iman yang baik dan amal shaleh, sedangkan yang mengotori dan merusaknya ialah dampak negatif dari kekafiran dan perbuatan dosa maksiat.

Dalam rangka inilah seorang muslim dalam hidup dan kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan santun dalam menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapat terhindar dari perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa adalah yang harus dijaga dan dipelihara kebersihan serta pembinanannya, kemudian menyelamatkan dari hal-hal yang dapat mengotori atau merusaknya dari aqidah atau kepercayaan yang menyesatkan.33

5. Pembagian Akhlak

Menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh M. Said Imam, akhlak dibagi menjadi dua bagian yaitu akhlak terpuji (akhlak mahmudah atau akhlak karimah) dan akhlak tercela (akhlak madzmumah). Menurutnya akhlak mahmudah (akhlak terpuji) adalah suatu badan atau organism

32

Muhammad Ardani,Akhlak Tasawuf,hal. 84. 33


(45)

33

yang melekat pada diri seorang manusia yang dapat menimbulkan perbuatan baik, sedangkan akhlak madzmumah (akhlak tercela) adalah suatu sifat yang melekat pada diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan jelek.34

Humaidi Tatapangsara juga membagi akhlak menjadi dua bagian yakni akhlak mahmudah yaitu akhlak yang baik, yang berupa semua akhlak yang baik yang harus dianut atau dimiliki setiap orang. Sedangkan akhlak madzmumah yaitu akhlak yang buruk yang harus dihindari dan dijauhi semua orang.35

a. Akhlak Mahmudah (akhlak terpuji)

akhlak mahmudah atau sifat terpuji diantaranya: Al-Amanah (dapat dipercaya), Al-Afwu (pemaaf), Al-Haya (malu), Ar-Rahmah (belas kasih), Ash-Shobro (sabar), Istiqomah (teguh pendirian), Al-Ishlah (damai), dsb.36

b. Akhlak Madzmumah (akhlak tercela)

Akhlak madzmumah atau akhlak tercela adalah segala perbuatan yang buruk dan tercela. Sedangkan sifat tercela diantaranya: Al-Ghadhab (marah), Takabbur (sombong), Al-Bukhlu (kikir), Al-Hasad(dengki),Su’udzon(buruk sangka), dll.37

34

M. Said Imam Ghazali, Tentang Falsafah Akhlak, (Bandung: Al-Ma’raf, 1987), hal. 25.

35

Humaidi Tatapangsara,Akhlak Yang Mulia,(Surabaya: Bina Utama, 1980), hal. 147.

36

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf,(Jakarta: Raja Grafindopersada, 2000), hal. 197.

37

Mahyuddin,Kuliah Akhlak Tasawuf,(Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hal. 26-27.


(46)

6. Manfaat Akhlak

Akhlak yang baik dan mulia mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi yang terhormat dan tinggi. Oleh karena itu. Allah SWT dalam firman-Nya Q.S. Al-Qalam ayat 14 memuji akhlak Rasulullah SAW :













Artinya :“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Allah pun menyatakan dalam kalimat-Nya, agar umat Islam membina kehidupannya dengan mencontoh kehidupan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ahzab ayat 21:











































Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Oleh karena itu setiap tingkah laku dan perbuatan sehari-hari harus selalu mencontoh Rasulullah SAW, dan harus yakin bahwa setiap tingkah lakunya itu selalu mencerminkan akhlak yang baik dan terpuji.

Di lapangan usaha-usaha pembinaan dan pembentukan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan berbagai metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama makhluk Tuhan


(47)

35

dan seterusnya. Keadaan sebaliknya juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dibina akhlaknya atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya.38

C. Penanaman Nilai-Nilai Akhlak

Islam adalah agama yang menjadi sumber pendidikan kemanusiaan. Ia mendidik manusia berkarakter dan berakhlak yang sumbernya dari aqidah. Sebagaimana aqidah itulah yang membina manusia beribadah kepada Allah sebagai kewajiban hidupnya. Agama Islam membicarakan masalah mendasar untuk kehidupan manusia yaitu akhlak.

Penanaman dan penerapan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi para pendidik amat penting, sebab penampilan, perkataan, akhlak, dan apa saja yang terdapat padanya, dilihat, didengar dan diketahui oleh para anak didik, akan mereka serap dan tiru, dan lebih jauh akan mempengaruhi pembentukan dan pembinaan akhlak mereka. Oleh karena itu, seyogyanya setiap pendidik menyadari bahwa peranan dan pengaruhnya terhadap anak didiknya amat penting. Jika pengaruh yang terjadi adalah tidak baik, maka kerusakan yang terjadi tidak hanya pada anak didik itu saja, akan tetapi mempengaruhi anak cucu dan keturunannya serta anak didiknya bila kelak ia menjadi pendidik.39

Ini akan menjadi suatu masalah akhlak yang harus dipikirkan oleh para pendidik bagaimana memberikan pendidikan dan pengajaran nilai-nilai

38

Abudin Nata,Akhlak Tasawuf,hal. 154-155. 39

Zakiah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995), hal. 72.


(48)

akhlak yang efektif dan efisien kepada anak didiknya. Karena jika seseorang tidak ditanamkan nilai-nilai akhlak yang baik di dalam dirinya, maka ia dapat merugikan orang lain dengan perbuatan buruk yang dilakukannya.

Hal tersebut diperkuat oleh Zakiah Darajat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agamayang mengatakan bahwa:

“Masalah pokok yang menonjol dewasa ini, adalah kaburnya nilai-nilai dan norma-norma agama yang mengatur kehidupan masyarakat. Mereka dihadapkan pada berbagai kontradiksi dan beraneka ragam moral yang menyebabkan mereka menjadi bingung untuk memilih mana perbuatan yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Hal ini Nampak jelas pada mereka yang sedang berada pada usia remaja, terutama pada mereka yang hidup di kota-kota besar yang mencoba mengembangkan diri ke arah kehidupan yang disangka maju dan modern, dimana berkecamuk aneka ragam kebudayaan asing yang masuk seolah-olah tanpa saringan.”40

40


(49)

37 BAB III PROFIL

UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI) PEJATEN - JAKARTA SELATAN

A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya

Organisasi ini berdiri pada tanggal 24 Maret 2005 dengan nama United Islamic Cultural Centre of Indonesia dengan akta notaris Linda Herawati, Sarjana Hukum. Dan akta perubahan tanggal 15 November 2005 No 06 dihadapan notaris Linda Herawati, Sarjana Hukum, dari: United Islamic Cultural Centre of Indonesia menjadi United Islamic Cultural Centre of Indonesia Foundation (Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia).

Akta pendirian ini telah disahkan dan ditetapkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tanggal 25 November 2005 No C-1830.H.T.01.02.TH2005 dan NPWP No 02.439.047.8-017.010. kegiatan disesuaikan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan UICCI. Dan telah didaftarkan di Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DKI Jakarta tanggal 10 Maret 2006 No. 06.12250.1155. dan mendapat izin Operasional dari Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Tanggal 09 Juni 2007 No. 07.12510.148/078.6.1

1


(50)

United Islamic Cultural Centre of Indonesia Foundation didirikan di Indonesia pada tanggal 24 Maret 2005 di Jakarta, berpusat di Istanbul Turki.2

Organisasi ini bernama United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) dalam bahasa Indonesia Yayasan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia adalah suatu organisasi sosial Islam yang didirikan pada tahun 2005 oleh para sukarelawan muslim Indonesia dan Turki.

UICCI sementara memiliki 6 (enam) cabang 4 (empat) diantaranya berada di Jakarta dan masing-masing 1 (satu) cabang di Yogyakarta dan Aceh. Kantor pusatnya berlokasi di Jl. Pejaten Raya 45/A Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Asrama khusus anak pesantren atau keberangkatan ke Turki beralamat di Jl. Benda Atas No. 32/B Jeruk Purut, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.3

B. Visi, Misi dan Moto

Visi United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) adalah

“MEMBENTUK GENERASI YANG BERILMU DAN BERTAQWA”.

Sedangkan Misi United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) adalah:

1. Mendidik siswa dengan metode asrama untuk memahami Agama Islam 2. Memberikan motivasi kepada para siswa untuk dapat mandiri

3. Pembinaan pendidikan di luar sekolah berupa pendidikan pelajaran yang diajarkan

4. Membina siswa agar dapat mengenal, belajar dan mengamalkan Islam secara kaffah / menyeluruh

2

UICCI,Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan. 3


(51)

39

Dan Moto United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI)

adalah “KE ARAH GENERASI BERILMU DAN BERTAQWA”.4 Makna

dari moto ini adalah yayasan ini mengharapkan agar semua murid yang belajar di yayasan ini menjadi orang-orang yang pandai dan berilmu, namun bukan hanya itu saja melainkan bertaqwa kepada Allah SWT. Diharapkan juga agar lulusan dari yayasan ini dapat menjadi orang-orang yang bermanfaat.5

C. Tujuan Berdiri

Tujuan didirikannya UICCI adalah untuk mengamalkan nilai-nilai Islam melalui pendidikan bagi anak-anak dan sebagai kegiatan dakwah, sedangkan tujuan lebih jauh dari UICCI adalah mewadahi kelanjutan dari hubungan dengan para anggota, menjamin keamanan, pembinaan, dan kesejahteraan para anggotanya tersebut.

UICCI selalu berusaha untuk memberikan pendidikan yang berorientasi pada kehidupan dan pendidikan yang Islami dan bukan semata-mata sekuler atau duniawi belaka.6

D. Program Kegiatan

United Islamic Cultural Centre of Indonesia Foundation (UICCI) atau Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial dan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengutamakan siswa yang kurang mampu tetapi berprestasi,

4

UICCI,Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan. 5

Hasil Wawancara dengan Abi Murat Alver, Ketua Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Rabu pada tanggal 16 Maret 2011, pkl. 10.00 WIB, di Ruang Kantor Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan.

6


(52)

sehingga mempunyai pola pikir dan keyakinan yang Islami di era globalisasi saat ini.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia mempunyai program kerja jangka pendek, menengah dan panjang.

1. Program Jangka Pendek :

a. Mendirikan Boarding School,sebagai asrama bagi para siswa SMP dan SMU, agar lebih efektif dalam pembinaan moral, kepribadian, kebudayaan, yang tidak terlepas dari ajaran Islam sebagai dasar pada pembentukan sikap dan mental pada generasi yang tangguh di masa yang akan datang.

b. Ikut mensuskeskan program pendidikan wajib belajar melalui: 1) Pendataan siswa berprestasi yang ingin belajar

2) Dukungan finansial bagi para siswa berprestasi dari keluarga yang kurang mampu

3) Pembinaan pendidikan di luar jam sekolah

4) Memberikan motivasi kepada para siswa untuk dapat mandiri 2. Program Jangka Menengah

a. Memperlancar kegiatan, yayasan berupaya melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan

b. Mengadakan pertemuan secara periodik dengan dengan orang tua siswa untuk mempererat tali silaturrahmi dan mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa.


(53)

41

3. Program Jangka Panjang

a. MengusahakanBoarding Schooluntuk tingkat perguruan tinggi b. Mengusahakan lapangan kerja bagi alumni berprestasi

c. Menyediakan tenaga para medis untuk menjaga kesehatan

d. Mengusahakan cabangBoarding Schooldi seluruh wilayah Republik Indonesia.7

Selain itu, United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) atau Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia mempunyai kegiatan-kegiatan, baik itu kegiatan harian, kegiatan mingguan dan kegiatan tahunan.

1. Kegiatan Harian

a. Sholat berjama’ah & shalat-shalat sunah.

Mereka selalu melaksanakan shalat berjama’ah di dalam asrama. Selain itu juga melaksanakan shalat-shalat sunnah seperti shalat dhuha, shalat tahajjud, shalat tasbih dan lain-lain yang dilaksanakan secara munfarid.

b. Belajar agama setiap hari Senin–Jum’at ba’da Maghrib selama 1,5 jam yang dibagi menjadi 4 kelompok : Bahasa Arab, Ta’lim, Tajwid dan kelompok yang belajar membaca Al-Quran.

c. Bertasbih

Para ustadz dan murid selalu bangun pukul 03.45 setiap harinya. Setelah itu melakukan shalat tahajjud sampai sebelum subuh.

d. Belajar sekolah, seperti matematika, bahasa Inggris dll.

7


(54)

e. Makan bersama

Untuk membantu murid-murid mengembalikan staminanya, mereka melakukan kegiatan makan bersama 3 kali dalam sehari (pagi, siang dan malam). Semua biaya tersebut ditanggung oleh asrama.

Tabel 1

Jadwal Kegiatan Harian8

No Waktu Kegiatan

1 04.00 Bangun Tidur

2 04.20–04.40 Shalat Tahajjud, Zikir, Tasbih

3 04.40–04.55 Shalat Subuh

4 04.55–05.10 Khatim

5 05.10–05.25 Pembersihan (SMA)

6 05.10–06.40 Pelajaran Agama (Mahasiswa)

7 05.30–05.45 Sarapan (SMA)

8 06.40–06.55 Sarapan (Mahasiswa)

9 12.30–12.45 Shalat Dzuhur

10 12.45 - Selesai Makan Siang

11 13.00–15.15 Belajar Bebas, Istirahat

12 15.30–15.45 Shalat Ashar

13 15.45–16.45 Belajar Bebas, Istirahat

14 17.00–18.30 Pelajaran Agama (SMA)

15 18.30–18.45 Shalat Maghrib

16 18.45–19.15 Makan Malam

17 19.30–19.45 Shalat Isya

18 19.45–21.00 Bimbingan Belajar

19 21.00–21.45 Pelajaran Sekolah

20 21.45 Tidur

8

Hasil Observasi, Jadwal Kegiatan Harian,pada hari Senin, tanggal 4 April 2011, pukul 20.00 WIB, di Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan.


(55)

43

Tabel 2 Acara Hari Sabtu9

No Waktu Kegiatan

1 04.00 Bangun Tidur

2 04.20–04.40 Shalat Tahajjud, Zikir, Tasbih

3 04.40–04.55 Shalat Shubuh

4 04.55–05.10 Khatim

5 05.10–06.30 Pembersihan Umum

6 06.30–06.45 Sarapan

7 06.45 Izin (SMA)

8 07.00–08.00 Fiqih (Mahasiswa)

9 08.00–08.30 Istirahat, Shalat Dhuha

10 08.30–10.00 Bahasa Turki (Mahasiswa)

11 10.00 Izin (Mahasiswa)

Tabel 3 Acara hari Minggu10

No Waktu Kegiatan

1 11.45 Kedatangan Ke Asrama

2 12.15- 12.30 Shalat Dzuhur

3 12.30–14.00 Fiqih (SMA), B.Turki (Mahasiswa)

4 14.00–14.30 Makan Siang, Istirahat

5 14.30–15.30 Ta’lim (SMA),Fiqih (Mahasiswa)

9

Hasil Observasi,Jadwal Kegiatan Harian,pada hari Senin, tanggal 4 April 2011, pukul 20.00 WIB, di Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan.

10

Hasil Observasi,Jadwal Kegiatan Harian,pada hari Senin, tanggal 4 April 2011, pukul 20.00 WIB, di Asrama UICCI Pejaten Jakarta Selatan.


(56)

6 15.30–16.00 Shalat Ashar

7 16.00–17.30 B.Turki (SMA), Belajar bebas (Mah)

8 17.30–18.30 Mandi

9 18.30–19.00 Shalat Maghrib, Khatim

10 19.00–19.20 Shalat Tasbih (SMA), Makan (Mah)

11 19.20–19.40 Shalat Tasbih (Mah), Makan (SMA)

12 19.45–20.00 Shalat Isya

13 20.00–20.30 Ceramah

14 21.00–21.45 Belajar Bebas

15 21.45 Tidur

2. Kegiatan Mingguan

a. Belajar bahasa Turki setiap hari Minggu bagi siswa asrama yang tamat SMP,SMA/SMK yang memiliki potensi dan kemampuan lebih kami akan mengirim mereka ke Turki untuk melanjutkan dan memperdalam pelajaran agama Islam. Oleh karena itu kami memberikan pelajaran bahasa Turki agar mereka dapat berkomunikasi dengan baik di sana. b. Belajar Fiqih

Memberikan materi ilmu fiqih dan bahasa Arab agar para murid dapat memahami tata cara beribadah kepada Allah SWT dengan baik. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Minggu pukul 16.30 sampai dengan 17.30.

c. Sohbet (Ceramah)

Untuk memperdalam pengetahuan tentang agama Islam dan untuk melatih kemampuan public speaking para murid, diadakan sohbet


(57)

45

(ceramah) yang disampaikan oleh para Ustadz. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Minggu setelah Isya.11

3. Kegiatan Tahunan

a. Mukabalah, yaitu membaca Al-Quran yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan di setiap masjid yang dekat dengan asrama sebanyak satu juz perhari .

b. Tafakur Alam (Piknik)

Untuk menghilangkan kejenuhan murid-murid diberikan kesempatan untuk berlibur yang dilaksanakan setiap 6 bulan sekali selama satu hari penuh.

c. Peringatan Hari Idul Adha, kami melaksanakan penyembelihan hewan kurban di asrama dan menyumbangkan hewan kurban ke seluruh Indonesia.12

UICCI telah menyumbangkan lebih dari 5000 hewan qurban di berbagai daerah di Indonesia pada hari raya Idul Adha 2008. Sumbangan tersebut dibagikan kepada orang tua murid, masyarakat kurang mampu, sekolah-sekolah, masjid dan musholla. Bantuan tersebut disumbangkan oleh ummat muslim yang berada di Turki, Indonesia, Jerman, Japan, Singapura, Australia dan lain-lain.13

d. Lomba dan wisuda.

11

UICCI,Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan. 12

UICCI,Proposal Donasi Operasional, Pejaten Jakarta Selatan. 13


(58)

E. Organisasi

1. Struktur Organisasi

Ketua : - H. Alwi Yasin

- Hakan Soydemir

Sekretaris : - Drs. Sugiyanto

- Murat Alver

Bendahara : - H. Sugiro

- Habil Yayla

Pembina Yayasan : - Tina Sogiro

- Seyit Ali Ayranci - Ferhat Bas - Siti Mariyah

Pengawas : - Anwar H. Yasin

- Selman Cakir 2. Sasaran

United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) merupakan organisasi sosial yang bergerak di bidang keagamaan atau dakwah. Organisasi ini mewadahi orang-orang Indonesia khususnya remaja untuk dibina dan diajarkan nilai-nilai Islam. Maka sasaran dari organisasi ini adalah Laki-laki, muslim, siswa SMP/Tsanawiyah, siswa SMA , SMK, prestasi yang baik di kelas, memiliki keinginan untuk belajar agama, disiplin tinggi, berakhlak baik, tidak merokok, tidak mengkonsumsi dan mudah terpengaruh oleh obat-obatan terlarang.14

14


(59)

47

3. Sarana / Fasilitas

Dalam memberikan pendidikan yang Islami, yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) ini menyediakan berbagai sarana yang menunjang, yang diharapkan agar murid yang belajar di yayasan tersebut nyaman sehingga mudah menerima pendidikan yang diberikan. Sarana tersebut adalah:

a. Akomodasi asrama lengkap (Ruang Belajar, Kamar Tidur, Ruang Makan, Mushola, Ruang Komputer, Kamar Mandi, Perpustakaan, Kolam renang)

b. Makan 3 kali sehari

c. Kegiatan belajar mata pelajaran sekolah dan mata pelajaran agama d. Suasana yang cocok untuk belajar

e. Selama di asrama bebas dari biaya

f. Untuk siswa yang berprestasi di asrama akan diberikan BEASISWA berupa buku tulis, seragam sekolah dan uang transport ke sekolah g. Tinggal di asrama selama 6 hari dan khusus hari Ahad dapat pulang

ke rumah masing-masing

h. Pelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Turki dan Bahasa Arab i. Pelajaran Fiqih, Tajwid, Taklim

j. Peralatan komputer yang lengkap termasuk internet k. Kegiatan Berdarmawisata


(60)

4. Keunggulan

Yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya adalah:

a. Setelah menyelesaikan pendidikan di asrama dapat menjadi guru di yayasan yang berada di Indonesia maupun yang berada di luar negeri.

b. Mempunyai kesempatan belajar di universitas di Eropa, Turki, Singapura, Malaysia, Australia.

c. Mendapatkan Beasiswa dari yayasan bagi siswa yang berprestasi di sekolah dan di asrama.15

5. Sumber Dana

Sumber dana YayasanUnited Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) berasal dari Zakat, Infaq dan Shadaqoh para Muslim se Dunia baik yang berada di Turki, Indonesia, Singapura, Australia dan lain-lain. Namun, yang lebih dominan adalah dari kaum Muslimin di Eropa. Terlepas dari itu yayasan United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) menerima semua zakat, infaq dan shadaqah dari kaum Muslimin di manapun.16

15

UICCI,Proposal Donasi Operasional,Pejaten Jakarta Selatan. 16

Wawancara dengan Ust. Murat Alver, Ketua Asrama SMA-Mahasiswa Pejaten Jakarta Selatan. Tanggal 16 Maret 2011, pukul 10.00 WIB.


(61)

49 BAB IV

BENTUK KOMUNIKASI ABI DAN MURID DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI AKHLAK

DI UNITED ISLAMIC CULTURAL CENTRE OF INDONESIA (UICCI) PEJATEN–JAKARTA SELATAN

A. Identifikasi Informan 1. Ustadz Murat Alver

United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) asrama SMA-Mahasiswa Pejaten – Jakarta Selatan memiliki satu orang ketua asrama yaitu Ustadz atau Abi Murat Alver, yang mempunyai enam orang tenaga pengajar yaitu Abi Murat Alver, Abi Yaser Gul, Abi Muhammad Taufiq, Abi Hasan, Abi Ali dan Abi Mustofa . Jabatan seorang ketua asrama memiliki tanggung jawab besar dalam memimpin United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan untuk mengantarkan murid kearah generasi berilmu dan bertakwa, sesuai dengan moto yayasan ini.

Para Ustadz-ustadz atau Abi-abi di asrama ini membekali ilmu pengetahuan umum kepada murid seperti bahasa Turki, bahasa Arab, dan bahasa Inggris, di samping itu juga membekali murid ilmu pengetahuan agama seperti Nahwu – Shorof, ilmu Al-Qur’an, dan Fiqih, yang tak kalah pentingnya adalah membekali murid dengan akhlakul karimah seperti hidup disiplin, hidup bersih, menghormati guru, orang tua dan sesama manusia.


(62)

Ustadz Murat Alver merupakan orang kebangsaan Turki, dia merupakan lulusan S1 Keguruan Mesin di Marmara Universitesi yang bertempat di Istanbul, Turki. Dia dilahirkan di Eskisehir, Turki pada tanggal 20 Juni 1983 dengan alamat asal yaitu Batikent Mahallesi, Armutlu, Sokak. No. 2 / 37 Eskisehir, Turki. Dia pertama mengenal dengan asrama semacam ini di Turki waktu SMP kelas 2. Namun hanya 3 minggu ia belajar kemudian ia keluar dari asrama karena pada waktu itu masih kecil tetapi ia menyesal, lalu ia masuk asrama lagi pada saat kuliah. Kemudian ia diutus oleh ustadnya di Turki untuk pergi ke Indonesia untuk mengurus asrama yang ada di Indonesia. Semenjak 6 tahun lalu ia telah mengabdikan dirinya di United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) Pejaten - Jakarta Selatan sebagai ketua asrama SMA-Mahasiswa dan sebagai abi atau ustadz.

Abi Murat, sebutan akrab murid-murid di asrama ini. Menurutnya semua yang ia lakukan merupakan dakwah. Dan tujuan ia berdakwah adalah untuk mengajarkan agama Islam sampai hari kiamat dan menyelamatkan manusia dari dari jalan neraka. Dan dakwah yang ia lakukan semata-mata agar mendapatkan ridho Allah SWT.1

2. Ustadz Yaser Gul

Ustadz Yaser Gul ini biasa dipanggil oleh murid-murid dengan Abi Yaser. Abi yang berperawakan agak pendek tapi berbadan kekar ini dilahirkan di Antalya, Turki pada tanggal 01 April 1985 dan beralamat di Hocali Koyu, Manavgat Antalya, Turki. Ia mengenyam pendidikan di

1

Wawancara Pribadi dengan Ust. Murat Alver,Ketua UICCI SMA-Mahasiswa Pejaten Jakarta Selatan, Jum’at 8 April 2011, di Ruang Kantor Asrama UICCI, pkl. 06.00 WIB, Pejaten Jakarta Selatan.


(63)

51

Turki yaitu Hocali Koyu (SD), Yunus Emre (SMP), dan Manavgat Lisesi (SMA). Setelah itu ia meneruskan kuliah di Anadolu Universitesi, Turki. Abi Yaser merupakan salah seorang ustadz atau abi atau guru di asrama ini. Ia suka bercanda kepada murid, murah senyum tetapi tetap tegas dengan peraturan-peraturan yang ditetapkan di asrama.2

3. Ustadz Muhammad Taufiq

Ustadz Muhammad Taufiq ini biasa dipanggil oleh murid-murid dengan Abi Taufiq. Abi Taufiq merupakan ustadz atau abi atau guru yang berkebangsaan Indonesia. Ia menjadi abi setelah ia berangkat ke Turki dan belajar ilmu agama yang diajarkan di asrama Turki selama 2 tahun. Setelah itu ia kembali ke Indonesia dan mengabdikan dirinya sebagai guru di asrama SMA-Mahasiswa Pejaten - Jakarta Selatan.

Ia dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1993 dengan alamat rumah Jalan Rambutan 2 No. 7 Rt 005 Rw 06 Pejaten Barat Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ia mengenyam pendidikan di SD 06 Pagi Pejaten Barat, SMPN 107 Jakarta Selatan, dan MA (Madrasah Aliyah) Sultan Hasanuddin Jakarta. Sedangkan sekarang ia sedang kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Dirasat Islamiyah.

Tujuan ia berdakwah adalah meneruskan dakwah yang sudah dimulai oleh Rasulullah SAW, meneruskan dakwah ini ada banyak

2

Wawancara Pribadi dengan Ust. Yaser Gul, Guru Asrama SMA-Mahasiswa UICCI Pejaten Jakarta Selatan, Sabtu, 9 April 2011, di Ruang Kerja Abi, pkl. 07.30 WIB, Pejaten Jakarta Selatan.


(1)

Peneliti:apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber:insya Allah berhasil banget. Kalau anak asrama di sekolah itu apa namanya buat panutan.

Komunikasi Kelompok

Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber:lebih, kalau setiap hari belajar agama aja banyak orangnya. Dalam belajar agama semuanya ada, belajar agama juga, belajar Al-Qur’an juga. Jadi di sela-sela belajar itu abinya cerita tentang Rasulullah, tentang kehidupan Rasulullah, tidak monoton belajar Al-Qur’an aja tapi kena semua

Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?

Narasumber: setiap malam senin. Bahas banyak, abinya ganti-ganti. Tentang akhlak yaitu akhlak Rasulullah, bagaimana bersikap kepada orang tua, kepada guru kepada teman

Peneliti:apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik? Narasumber: kalau masalah merubah dari diri sendiri tapi kalau kita meresapi ceramah itu, kita pasti lebih tawadhu, lebih menghormati orang tua, menghormati abi

Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak?

Narasumber:pernah saat belajar fiqih

Narasumber,


(2)

HASIL WAWANCARA MURID

Nama : Hujjah Saefullah (Ujah)

Jabatan : Siswa kelas XII AK 2 SMKN 8 Hari,tanggal : Rabu, 6 April 2011

Tempat,waktu : Musholla UICCI, 21.30 WIB

Komunikasi Antarpersonal

Peneliti:Bagaimana hubungan murid dengan abi di asrama ini?

Narasumber: baik sih. Soalnya selain belajar agama, kita bisa ngobrol dengan abi di lain waktu misalnya abi datang terus menegur ‘lagi belajar apaan?’ terus kita jawab ‘matematika’ atau belajar apa atau kadang kita lagi belajar tau-tau dibawain kopi

Peneliti: Bagaimana abi melakukan komunikasi dalam menanamkan nilai-nilai akhlak pada murid di asrama ini?

Narasumber: pertama, dikasih arahan juga diawasi walaupun sebandel-bandel kita, kita tahu dirilah. Misalkan ada peraturan kalau kita melanggar dapat sanksi. 80% pasti diterapin

Peneliti:Kapan abi melakukan komunikasi itu?

Narasumber: setelah sholat, misalkan imamnya bacanya salah, ditegur oleh abi setelah sholat. Terus saat belajar agama, misalkan ada kesalahan terus diluruskan oleh abi. Terus misalkan lagi makan tidak memakai aturan, ditegur juga. Pokoknya setiap kita melakukan sesuatu terus tidak sesuai dengan agama, pasti diluruskan

Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 1 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa?

Narasumber: sering, kalau misalnya kita ada kesalahan ditegur. Misalkan melanggar tata tertib yang ringan-ringan ditegur


(3)

Peneliti: Apakah abi pernah melakukan komunikasi secara tatap muka dengan 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak murid di asrama ini? Kalau pernah, kapan atau momen-momen apa?

Narasumber: pernah sih kayaknya. Dulu waktu ada 2 orang, mereka marahan, terus dipanggil, ada apa nih berdua, tidak ngobrol-ngobrol. Terus didamaikan keduanya

Peneliti:Nilai-nilai akhlak apa saja yang ditanamkan oleh abi di asrama ini? Dan kenapa abi menanamkan akhlak tersebut?

Narasumber:akhlak supaya kita baik, tata tertib saat sholat, saling menghormati walaupun berbeda mazhab. Itu dilakukan oleh abi karena supaya kita menghormati sesama

Peneliti: Saya perhatikan, para murid sangat disiplin dengan waktu. Bagaimana abi menanamkan kedisiplinan itu kepada para murid di asrama ini?

Narasumber: dibuat peraturan, misalkan kalau pulang, pulang sekolah itu harus pulang langsung ke asrama. Kalau misalkan lewat jam 4 sore ketahuan melanggar terus ditegur, dan dikasih sanksi

Peneliti: pada saat di musholla, saya lihat para murid duduk tahiyyat, tidak ada yang duduk silah, apa maksud dari itu dan bagaimana abi mengajarkan para murid supaya selalu duduk seperti itu?

Narasumber: kita mengikuti Rasulullah SAW dengan duduk tahiyat. Supaya lebih tawadhu, lebih khusyu. Abi mempraktekan langsung agar dengan duduk tahiyat agar para murid mengikutinya duduk tahiyat

Peneliti:bagaimana abi memberikan pengarahan agar semua murid melaksanakan program pembersihan asrama?

Narasumber:diawasin, kalau mau pembersihan, SMA pembersihan, Mahasiswa belajar. Terus abi ada yang mengajar, ada juga yang mengawasi pembersihan Peneliti:bagaimana abi menerapkan tata tertib di asrama ini kepada para murid? Narasumber:dibikin sistem poin

Peneliti:Apakah maksud dan tujuan dari sistem bobot poin di asrama ini?

Narasumber:setiap anak yang melanggar dikasih poin. Kalau melanggar ringan, maka poin kecil, kalau melanggar besar, dikasih poin besar. Setiap anak dikasih


(4)

100 poin. Jika poinnya berkurang sampai nol, maka anak itu akan dikeluarkan dari asrama

Peneliti:apakah cara-cara yang dilakukan abi sudah berhasil dan berpengaruh? Narasumber:berhasil, semenjak saya masuk asrama, perilaku saya semakin baik

Komunikasi Kelompok

Peneliti: Apakah abi melakukan komunikasi dengan lebih dari 2 murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak? Kalau iya, dalam momen-momen apa saja? Narasumber:mungkin pas pelajaran agama, abinyuruh bikin kelompok

Peneliti: Apakah abi pernah melakukan ceramah? Kalau iya, membahas materi apa saja yang abi sampaikan dalam ceramah itu berkenaan dengan akhlak?

Narasumber:pernah sering, hampir setiap minggu. Ada abi-abi yang ceramah di sini, membahas tentang kematian, kalau akhlak kita harus hormat kepada yang lebih tua, kita harus hormat kepada abi

Peneliti:apakah ceramah itu berhasil merubah akhlak murid menjadi lebih baik? Narasumber: sebagian ada yang kena, sebagian ada yang nggak. Ada yang berhasil, ada yang masuk kuping kanan keluar kuping kiri

Peneliti: Apakah abi pernah melakukan diskusi kelompok dengan para murid dalam menanamkan nilai-nilai akhlak?

Narasumber:pernah, saat pelajaran agama

Narasumber,


(5)

(6)