Pengertian Akhlak Nilai-Nilai Akhlak 1. Pengertian Nilai

kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar dalam hal akhlak yang baik atau pihak yang jahat dalam hal akhlak yang jahat”. 26 Selanjutnya KH. Abdullah Salim juga mengemukakan bahwa: “Akhlak adalah merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sabar, kasih sayang, atau sebaliknya, pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturrahmi.” 27 Dari pendapat-pendapat tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa akhlak adalah sifat, tabi’at, perangai yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang yang melahirkan kekuatan dan kehendak yang mantap sehingga seseorang tersebut dapat memilih mana yang benar dan salah, mana yang haq dan yang bathil.

3. Tujuan Akhlak

Tujuan akhlak adalah hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna, dan membedakannya dari makhluk- makhluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan manusia berakhlak baik, bertindak-tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap sesama makhluk, dan terhadap Tuhan. Yang hendak dikendalikan oleh akhlak adalah tindakan lahir. Akan tetapi oleh karena tindakan lahir itu tidak dapat terjadi bila tidak didahului oleh gerak batin atau tindakan hati, maka tindakan batin dan gerak-gerik hati termasuk lapangan yang diatur oleh akhlak. Tidak akan terjadi perkelahian kalau tidak didahului oleh tindakan batin atau gerak- 26 H.A. mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung : CV Pustaka Setia, 1999, Cet. Ke-2, hal. 14. 27 KH. Abdullah Salim, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, Jakarta : Media Dakwah, 1985, Cet. Ke-1, hal. 5. gerik hati, yakni benci membenci atau hasad. Oleh karena itu maka setiap insan diwajibkan dapat menguasai batinnya atau mengendalikan hawa nafsunya karena tindakan batin merupakan motor dari segala tindakan lahir. 28

4. Macam-macam Akhlak

Adapun penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut: a. Akhlak Kepada Allah Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan selain Allah. Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap Allah, diantaranya adalah karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan, Allah telah memberikan perlengkapan panca indera, hati nurani dan naluri kepada manusia dan Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan lain sebagainya. Akhlak terhadap Allah SWT merupakan cerminan hubungan baik antara manusia dengan Allah SWT, pada dasarnya mengambil sikap mematuhi perintah-Nya. Dengan kata lain sikap tersebut adalah sikap takwa, taat dan berbakti kepada Allah dan meninggalkan larangan-Nya. 29 28 Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu, 1990, hal. 4. 29 Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf : Nilai-Nilai Akhlak atau Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2005, hal. 49. b. Akhlak Kepada Rasulullah Seperti halnya akhlak kepada Allah SWT harus beriman kepada –Nya, maka akhlak manusia kepada Nabi Muhammad SAW ialah beriman kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu percaya beliau adalah Nabi dan Rasul utusan Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Diantara perilaku atau macam-macam akhlak yang harus dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah terhadap Rasulullah SAW, ialah sebagai berikut: 1 Ikhlas beriman kepada Nabi Muhammad SAW. 2 Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW. 3 Taat kepada Rasulullah SAW 4 Cinta kepada Rasulullah SAW 5 Menghidupkan sunnah Rasulullah SAW 6 Menghormati pewaris Nabi Muhammad SAW 30 c. Akhlak Kepada Orang Tua Sebagai anak diwajibkan untuk patuh dan menurut terhadap perintah orang tua dan tidak durhaka kepada mereka. Dalam hal ini terutama kepada ibu, karena jasa seorang ibu kepada anaknya tidak bisa dihitung dan tidak bisa ditimbang dengan ukuran. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Lukman ayat 14:                      30 Muhammad Ardani, Akhlak Tasawuf, hal. 73.