Hak dan Kewajiban Wajib Pajak 1.

d. Fungsi Stabilisasi Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan keadaan ekonomi, misalnya dengan menetapkan pajak yang tinggi, pemerintah dapat mengatasi inflasi, karena jumlah uang yang beredar dapat dikurangi. Dan, untuk mengatasi deflasi atau kelesuan ekonomi, pemerintah dapat menurunkan pajak . Dengan menurunkan pajak, jumlah uang yang beredar dapat ditambah sehingga kelesuan ekonomi yang di antaranya ditandai dengan sulitnya pengusaha memperoleh modal dapat diatasi. Dengan demikian, perekonomian diharapkan senantiasa dalam keadaan stabil.

2.1.3 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak 1.

Hak Wajib Pajak a. Hak atas kelebihan pembayaran pajak Wajib Pajak mempunyai hak untuk mendapatkan kembali kelebihan apabila pajak terutang untuk suatu tahun pajak lebih kecil dari jumlah kredit pajak. Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat dilakukan dengan Wajib Pajak melakukan permohonan dengan menyerahkan Surat Pemberitahuan SPT yang ditujukan kepada kepala KPP bersangkutan dan diberikan dalam waktu 12 dua belas bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap. Untuk Wajib Pajak yang masuk kriteria Wajib Pajak Patuh, pengembalian kelebihan pembayaran pajak dapat dilakukan paling lambat 3 bulan untuk PPh dan 1 bulan untuk PPN sejak Universitas Sumatera Utara permohonan diterima. Perlu diketahui pengembalian ini dilakukan tanpa pemeriksaan. Apabila Direktorat Jendral Pajak terlambat mengembalikan kelebihan pembayaran maka Wajib Pajak berhak menerima bunga 2 per bulan maksimum 24 bulan 48. b. Hak untuk mengajukan keberatan, Banding, dan peninjauan kembali Apabila Wajib Pajak tidak setuju dengan Surat Ketetapan Pajak SKP yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Pajak setelah dilakukan pemeriksaan maka WP dapat mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan tersebut. Keberatan dapat dilakukan dengan mengajukan surat secara tertulis kepada Direktorat Jendral Pajak paling lambat 3 bulan sejak dikirim Surat Ketetapan Pajak SKP dan keputusan dari Direktorat Jendral Pajak akan diterbitkan paling lambat 12 bulan sejak surat diterima. Apabila permohonan keberatan ditolak dan Wajib Pajak tidak melakukan Banding maka Wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50. Permohonan banding dapat diajukan oleh Wajib Pajak ke Badan Peradilan Pajak secara tertulis dalam waktu 3 bulan sejak keputusan keberatan ditolak. Pengadilan Pajak harus menetapkn putusan paling lambat 12 bulan sejak surat banding diterima. Apabila permohonan banding ditolak ataupun dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi sebesar 100 dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding. Universitas Sumatera Utara Apabila Wajib Pajak masih belum puas maka dapat mengajukan Peninjauan Kembali PK kepada Mahkamah Agung dengan jangka waktu paling lambat 3 bulan sejak diketahuinya kebohongan putusan Hakim Pengadilan pidana. Atas permohonan tersebut Mahkamah agung akan memberi putusan dalam jangka waktu 6 bulan sejak surat permohonan diterima. c. Hak hak Wajib Pajak lainnya − Hak kerahasiaan bagi Wajib Pajak − Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran − Hak untuk penundaan pelaporan SPT − Hak untuk pengurangan PPh pasal 25 − Hak untuk pengurangan PBB − Hak untuk pembebasan pajak − Hak pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak − Hak untuk mendapatkan pajak ditanggung pemerintah − Hak untuk mendapat insntif perpajakan

2. Kewajiban Wajib Pajak

a. Kewajiban Mendaftarkan Diri Sesuai dengan Self Assesment System yang pada bab sebelumnya telah disebutkan digunakan dalam sistem perpajakan di Indonesia maka Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak KPP, Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultan Pajak KP2P, atau e-register media elektronik on-line untuk diberikan Universitas Sumatera Utara Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP. Adapun syarat dari kepemilikan NPWP adalah apabila seseorang telah memenuhi syarat subjektif Orang Pribadi dan syarat objektif berupa Penghasilan yang telah melewati batas Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP. Tabel 2.1 Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP PTKP Sebelumnya Mulai 2015 Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 24.300.000,00 Rp 36.000.000,00 Tambahan untuk WP kawin Rp 2.025.000,00 Rp 3.000.000,00 Tambahan untuk tanggungan Rp 2.025.000,00 Rp 3.000.000,00 Tambahan apabila penghasilan istri digabung dengan suami Rp 24.300.000,00 Rp 36.000.000,00 Direktorat Jendral Pajak:2015 Sedangkan bagi UMKM yang telah memiliki NPWP, wajib dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak PKP dengan syarat bahwa, pengusaha orang pribadi atau badan tersebut melakukan penyerahan barang atau jasa kena pajak dengan jumlah peredaran bruto diatas Rp 600.000.000,00 setahun. b. Kewajiban Pembayaran, PemotonganPemungutan, dan Pelaporan Pajak Mekanisme pembayaan pajak bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain; membayar sendiri pajak yang terutang, membayar PPh melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain, membayar PPN pada pihak penjual atau pemberi jasa dengan tarif 10, dan membayar pajak pajak lainnya. Pembayaran bulanan yang dilakukan dengan mekanisme pemotonganpemungutan dilakukan oleh pihak pemberi penghasilan. Universitas Sumatera Utara Pihak pemberi penghasilan adalah pihak yang ditunjuk berdasarkan ketentuan perpajakan untuk memotongmemungut, antara lain yang ditunjuk tersebut adalah badan Pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Apabila UMKM tergolong sebagai subjek pajak badan dalam negeri, maka diwajibkan juga sebagai pemotongpemungutan pajak. Adapun jenis pemotonganpemungutan adalah PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 ayat 2, PPh Pasal 15 dan PPN dan PPn BM. Pelaporan dilakuan oleh Wajib Pajak dengan pengisian dan penyerahan surat PemberitahuanSPT. c. Kewajiban memberi data Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur pada Pasal 35A UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Sebagaimana Telah Diubah Dengan UU Nomor 16 Tahun 2009.

2.1.4 Sistem Perpajakan di Indonesia