Distribusi Faktor Lingkungan Responden Penelitian Analisis Bivariat

4.4. Distribusi Faktor Lingkungan Responden Penelitian

4.4.1. Lingkungan Dalam Rumah Distribusi faktor lingkungan dalam rumah responden yang meliputi ventilasi dengan kawat kasa, kondisi dinding dan lantai rumah yang memudahkan nyamuk keluar masuk serta kebersihan dalam rumah dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 4.13. Distribusi Faktor Lingkungan Dalam Rumah Responden Di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008 Lingkungan Dalam Rumah Jumlah Persentase Kurang Baik 26 34 43,3 56,7 Jumlah 60 100,0 Tabel 4.13 menggambarkan bahwa lingkungan dalam rumah responden sebagian besar sudah baik, yaitu mencapai 56,7. 4.4.2. Lingkungan Luar Rumah Faktor lingkungan luar rumah responden yang diteliti meliputi keberadaan genangan air atau kolam dan adanya kandang ternak. Hasil penelitian tentang kondisi lingkungan luar rumah responden disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.14. Distribusi Faktor Lingkungan Luar Rumah Responden di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008 Lingkungan Luar Rumah Jumlah Persentase Kurang Baik 39 21 65,0 35,0 Jumlah 60 100,0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa sebagian besar lingkungan luar rumah responden pada kategori kurang baik, yaitu 65. 4.4.3. Kejadian Malaria Relaps Tabel 4.15. Distribusi Responden menurut Kejadian Malaria Di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008 Kejadian Malaria Jumlah Persentase Relaps Tidak Relaps 22 38 36,7 63,3 Jumlah 60 100,0 Berasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa responden yang mengalami relaps sebesar 36,7.

4.5. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square. Bila dari hasil uji tersebut diperoleh nilai p 0,05, maka dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik 4.5.1. Hubungan Umur dengan Kejadian Malaria Relaps. Hasil analisis hubungan umur dengan kejadian malaria di kecamatan Juli dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16. Hubungan Umur dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008 Kejadian Malaria Total Relaps Tidak Relaps Umur N N N OR 95 CI P value 12 thn ≥ 12 thn 2 20 66,7 35,1 1 37 33,3 64,9 3 57 100,0 100,0 3,7 0,316-43,365 0,548 Dari tabel 4.16 diketahui mayoritas responden berumur ≥ 12 tahun. Hasil uji Fisher’s Exact menunjukkan bahwa responden berumur ≥ 12 tahun yang mengalami relaps sebanyak 35,1. Namun pada kelompok umur 12 tahun sebagian besar responden 66,7 mengalami relaps. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,548 berarti tidak ada hubungan umur dengan kejadian malaria relaps. 4.5.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Malaria Relaps Hasil uji bivariat antara jenis kelamin dengan kejadian malaria dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.17. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008 Kejadian Malaria Total Relaps Tidak Relaps OR 95 CI Jenis Kelamin N N N P value Laki-laki Perempuan 13 9 38,2 34,6 21 17 61,8 65,4 34 26 100,0 100,0 1,169 0,404-3.387 0,986 Tabel 4.17 menunjukkan bahwa persentase responden laki-laki yang mengalami kejadian relaps sedikit lebih tinggi yaitu 38,2 dibandingkan dengan responden Universitas Sumatera Utara perempuan 34,6. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,986 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian relaps. 4.5.3. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Malaria Relaps Hasil analisis hubungan pendidikan dengan kejadian malaria di kecamatan Juli dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.18. Hasil Analisis Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008 Kejadian Malaria Total Relaps Tidak Relaps OR 95 CI Pendidikan N N N P value Rendah Tinggi 16 6 34,8 42,9 30 8 65,2 57,1 46 14 100 100 0,711 0,210-2,409 0,816 Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa kejadian malaria relaps dialami oleh sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan sedang yaitu 41,2 yang diikuti oleh responden dengan tingkat pendidikan rendah. Namun responden dengan tingkat pendidikan tinggi sama sekali tidak ada yang mengalami kejadian relaps. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,816 berarti tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian malaria relaps. 4.5.4. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Malaria Relaps Hasil analisis tentang hubungan pekerjaan dengan kejadian malaria dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.19. Hasil Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008 Kejadian Malaria Total Relaps Tidak Relaps OR 95 CI Pekerjaan N N N P value Bekerja Tidak Bekerja 18 4 51,4 16,0 17 21 48,6 84,0 35 25 100 100 5,559 1,580-19,559 0,011 Berdasarkan data dalam tabel 4.19 terlihat bahwa kejadian malaria relaps terjadi pada sebagian besar responden yang bekerja yaitu 51,4, sedangkan pada responden yang tidak bekerja hanya 16 yang mengalami relaps. Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,011 0,05, artinya secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian malaria relaps dengan nilai OR 5,559 95 CI : 1,580-19,559 dimana responden yang bekerja berpeluang mengalami relaps sebesar 5,6 kali dibandingkan responden yang tidak bekerja. 4.5.5. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Malaria Relaps. Hasil analisis tentang hubungan pengetahuan dengan kejadian malaria dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.20. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008 Kejadian Malaria Total Relaps Tidak Relaps OR 95 CI Pengetahuan N N N P value Kurang Baik 20 2 64,5 6,9 11 27 35,5 93,1 31 29 100 100 24,545 4,888-123,262 0,001 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.20 menggambarkan bahwa kejadian malaria relaps lebih banyak 64,5 dialami oleh responden yang pengetahuannya kurang. Sedangkan mayoritas responden yang memiliki pengetahuan baik tentang malaria yaitu 93,1 tidak mengalami relaps. Hasil uji statistik nilai p = 0,001, berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian malaria relaps dengan nilai OR 24,545 95 CI : 4,888-123,262 dimana responden yang pengetahuannya kurang berisiko untuk mengalami relaps sebesar 24,5 kali dibandingkan responden yang pengetahuannya baik. 4.5.6. Hubungan Sikap dengan Kejadian Malaria Relaps. Tabel 4.21. Hubungan Sikap Responden dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008 Kejadian Malaria Total Relaps Tidak Relaps OR 95 CI Sikap N N N P value Kurang Baik 15 7 48,4 24,1 16 22 51,6 75,9 31 29 100 100 2,946 0,977-8,890 0,093 Tabel 4.21 menunjukkan kejadian malaria relaps terjadi pada sebagian besar responden dengan sikap kurang yaitu 48,4. Sedangkan responden dengan sikap baik yang mengalami relaps sebesar 24,1. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,093 p 0,05 , artinya secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara sikap dengan kejadian malaria relaps. . Universitas Sumatera Utara 4.5.7. Hubungan Tindakan dengan Kejadian Malaria Relaps. Tabel 4.22. Hubungan Tindakan Responden dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008 Kejadian Malaria Total Relaps Tidak Relaps OR 95 CI Tindakan N N N P value Kurang Baik 20 2 64,5 6,9 15 23 42,9 92,0 35 25 100 100 15,333 3,119-75,376 0,001 Dalam tabel 4.22. terlihat bahwa sebagian besar yaitu 73,1 responden dengan tindakan yang kurang baik mengalami kejadian malaria relaps, sedangkan responden dengan tindakan baik yang mengalami relaps hanya 8,0. Hasil uji chi square menunjukkan nilai p = 0,001, yang berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara tindakan dengan kejadian malaria relaps dengan nilai OR 15,333 95 CI : 3,119-75,376 dimana responden yang tindakannya kurang berisiko untuk mengalami relaps sebesar 15,3 kali dibandingkan responden yang tindakannya baik. 4.5.8. Hubungan Lingkungan Dalam Rumah dengan Kejadian Malaria Relaps Hasil analisis hubungan lingkungan dalam rumah responden dengan kejadian malaria dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.23. Hubungan Lingkungan Dalam Rumah dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008 Kejadian Malaria Total Relaps Tidak Relaps OR 95 CI Lingkungan Dalam Rumah N N N P value Kurang Baik 19 3 73,1 8,8 7 31 26,9 91,2 26 34 100 100 28,048 6,461-121,756 0,001 Tabel 4.23 memperlihatkan bahwa kejadian malaria relaps terjadi pada sebagian besar 73,1 responden yang mempunyai lingkungan dalam rumah yang kurang baik. Sedangkan responden yang lingkungan dalam rumahnya baik dan mengalami kejadian malaria relaps hanya 8,8. Dari hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,001, berarti pada α = 5 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lingkungan dalam rumah dengan kejadian malaria relaps dengan OR 28,048 95 CI : 3,119-75,376 dimana responden yang lingkungan dalam rumahnya kurang berpeluang mengalami relaps sebesar 28,1 kali dibandingkan responden yang lingkungan dalam rumahnya baik. 4.5.9. Hubungan Lingkungan Luar Rumah dengan Kejadian Malaria Relaps Hasil analisis tentang hubungan lingkungan luar rumah dengan kejadian malaria dapat dilihat pada tabel berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.24. Hubungan Lingkungan Luar Rumah dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008 Kejadian Malaria Total Relaps Tidak Relaps OR 95 CI Lingkungan Dalam Rumah N N N P value Kurang Baik 15 5 38,5 33,3 24 14 61,5 66,7 39 21 100 100 1,250 0,411-3,805 0,911 Dari data yang tampak dalam tabel 4.24, diketahui bahwa kejadian malaria relaps terjadi pada 38,5 responden yang lingkungan luar rumahnya kurang baik, sedikit lebih banyak dibandingkan dengan responden yang lingkungan luar rumahnya baik 33,3. Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,911 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lingkungan luar rumah dengan kejadian malaria relaps.

4.6. Analisis Multivariat