2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan beberapa kajian teori dan data yang tersedia, maka kerangka konsep penelitian yang disusun adalah sebagai berikut :
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
Karakteristik Penderita Malaria
1. Umur
2. Jenis
Kelamin 3.
Pendidikan
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Perilaku Penderita
Kejadian Malaria Malaria
1. Relaps
1. Pengetahua
n
2. Tidak Relaps
2. Sikap
Faktor Lingkungan 1.
Lingkungan Dalam Rumah
2. Lingkungan Luar
Rumah
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan desain sekat silang Cross Sectional Study, yaitu penelusuran sesaat, artinya subyek diamati
hanya sesaat atau satu kali. Untuk memperoleh informasi tentang variabel dependent dan variabel independent, maka pengukurannya dilakukan bersama-sama pada saat
penelitian dengan menggunakan kuesioner Sugiyono, 2005. 3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1.
Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah :
a. Kecamatan Juli merupakan salah satu daerah endemis malaria di Kabupaten
Bireuen. b.
Angka Annual Malaria Incidence AMI tahun 2007 sangat tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya.
c. Jumlah penderita malaria relaps meningkat dalam 2 tahun terakhir dan lebih
tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya Dinkes Kab. Bireuen 2007.
3.2.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2008 sampai dengan Juni 2009
Universitas Sumatera Utara
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh penderita malaria yang terdaftar, berobat dan mendapatkan pengobatan dengan obat anti malaria di puskesmas Juli, Kecamatan
Juli pada Januari – Juli 2008.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah seluruh populasi total populasi yang berjumlah 60 penderita malaria terdaftar, berobat dan mendapatkan pengobatan dengan obat anti malaria di
puskesmas Juli pada Januari – Juli 2008. 3.4.
Metode Pengumpulan Data 3.4.1.
Alat pengumpul data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan kuesioner terlampir yang berisi sejumlah pertanyaan dengan melakukan wawancara
langsung dan observasi lingkungan rumah responden.
3.4.2. Pelaksanaan pengumpulan data
Pengumpulan data primer dilakukan peneliti dan dibantu oleh 2 orang pewawancara. Sebelum pengumpulan data, peneliti memberikan penjelasan tentang
cara pengisian kuesioner kepada pewawancara untuk menyamakan persepsi agar tidak terjadi kegagalan dan data bias. Data sekunder diperoleh dari laporan
puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen. Kuesioner yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk penelitian terlebih dahulu diuji terhadap 15 penderita malaria, untuk memperoleh kuesioner valid dan reliability Danim, 2004.
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Sebelum dilakukan penelitian kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner kepada 15 penderita malaria di Kecamatan Jeunib.
Alasan pemilihan responden di Kecamatan Jeunib untuk uji validitas dan reliabilitas
kuesioner adalah:
a. Jumlah sampel pada penelitian di Kecamatan Juli total populasi sehingga
responden untuk uji validitas dan reliabilitas kuesioner tidak terpenuhi. b.
Daerah Kecamatan Jeunib mempunyai geografi yang hampir sama dengan daerah di Kecamatan Juli.
c. Penderita malaria di Kecamatan Jeunib cukup untuk responden uji validitas dan
reliabilitas. Uji validitas diperlukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini benar-benar dapat mengukur apa yang ingin diukur dan sejauh mana ketepatan dan kecermatannya dalam mengukur suatu data. Sedangkan uji
reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan instrumen penelitian yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dan nilai alpha dengan nilai r tabel. Bila r hitung dan nilai alpha r tabel, maka
pertanyaan dalam kuesioner adalah valid dan reliabel.
Universitas Sumatera Utara
Data yang diperoleh dari uji coba kuesioner diolah dengan menggunakan program komputer dan hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Hasil Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Variabel r tabel
r hitung Alpha
Keterangan Pengetahuan
P1 0,514
0,8146 Valid dan reliabel
P2 0,514
0,6682 Valid dan reliabel
P3 0,514
0,7428 Valid dan reliabel
P4 0,514
0,7154 Valid dan reliabel
P5 0,514
0,8636 Valid dan reliabel
P6 P7
P8 P9
P10 0,514
0,514 0,514
0,514 0,514
0,9681 0,8835
0,9064 0,7154
0,6666 0,9517
Valid dan reliabel Valid dan reliabel
Valid dan reliabel Valid dan reliabel
Valid dan reliabel
Sikap
S1 0,514
0,9577 Valid dan reliabel
S2 0,514
0,7990 Valid dan reliabel
S3 0,514
0,7609 Valid dan reliabel
S4 0,514
0,8868 Valid dan reliabel
S5 S6
S7 S8
S9 S10
0,514 0,514
0,514 0,514
0,514 0,514
0,9614 0,9614
0,9169 0,9577
0,7350 0,8868
0,9747 Valid dan reliabel
Valid dan reliabel Valid dan reliabel
Valid dan reliabel Valid dan reliabel
Valid dan reliabel
Tindakan
T1 0,514
0,8929 Valid dan reliabel
T2 0,514
0,7889 Valid dan reliabel
T3 0,514
0,9020 Valid dan reliabel
T4 T5
T6 T7
T8 T9
T10 0,514
0,514 0,514
0,514 0,514
0,514 0,514
0,7295 0,9236
0,9605 0,8092
0,8929 0,7295
0,7808 0,9647
Valid dan reliabel Valid dan reliabel
Valid dan reliabel Valid dan reliabel
Valid dan reliabel Valid dan reliabel
Valid dan reliabel
Dengan menggunakan rumus df = N-2, diketahui nilai r tabel pada tingkat
kemaknaan 5 adalah 0,514. Dari tabel 3.1. diatas terlihat bahwa nilai r hitung dan nilai alpha untuk setiap pertanyaan lebih besar dari pada r tabel. Hal ini bermakna
bahwa pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner penelitian adalah valid dan reliabel.
Universitas Sumatera Utara
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel, definisi operasional, cara dan alat ukur, hasil ukur serta skala ukur
dari variabel-variabel penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3.2. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran dari Variabel Penelitian
No Variabel Defenisi Operasional
Cara dan Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur D E P E N D E N
1. Kejadian Malaria
relaps Serangan ulang
malaria yang dialami penderita dalam waktu
paling sedikit 8 minggu setelah gejala
infeksi malaria awal hilang atau sembuh
Wawancara kuesioner
Kartu penderita
1. Relaps
2. Tidak
Relaps Nomina
l
I N D E P E N D E N
1. Umur Usia
penderita malaria sesuai data
yang tertulis di kartu berobat penderita
Wawancara kuesioner
1. Usia
≤ 12 thn
2. Usia 12
thn Ordinal
2. Jenis Kelamin
Ciri-ciri gender yang dimiliki
penderita malaria sesuai catatan pada
kartu penderita Wawancara
kuesioner 1.
Laki-laki 2.
Perempuan Nominal
3. Pekerjaan Kegiatan yang
dilakukan oleh penderita dengan
tujuan mendapatkan imbalan ekonomi
Wawancara kuesioner
1. Bekerja
2. Tidak
bekerja Nominal
4. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan formal yang pernah
dilalui responden sampai memperoleh
tanda tamat sekolah Wawancara
kuesioner
1. Rendah
Tamat SLTP kebawah
2.
Tinggi Tamat
SLTA -
AkademiPT Ordinal
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran dari Variabel Penelitian Lanjutan
5. Pengetahuan
Pengertian responden tentang penyakit
malaria, gejala, cara penularan, tempat
perindukan, pencegahan dan
penangananpenderita. Wawancara
kuesioner 1.
Kurang 2.
Baik Ordinal
6. Sikap
Respon dari responden terhadap
pernyataan yang diajukan tentang
penyakit malaria meliputi upaya
pencegahan dan pengobatan penderita
Wawancara kuesioner
1. Kurang Baik
2. Baik
Ordinal
7. Tindakan
Perbuatan responden yang berhubungan
dengan pencegahan dan pengobatan
penyakit malaria Wawancara
kuesioner 1.
Kurang Baik 2.
Baik Ordinal
8. Lingkungan
Dalam rumah
Kondisi dalam rumah responden yang
didasarkan atas kebersihan, ventilasi
dengan kasa serta celah pada dinding
dan lantai rumah. Observasi
Check list 1.
Kurang Baik 2.
Baik Ordinal
9. Lingkungan
luar rumah Kondisi halaman
rumah responden yang didasarkan atas
keberadaan ternak, adanya tempat
perindukan seperti genangan air atau
kolam. Observasi
Check list 1.
Kurang Baik 2.
Baik Ordinal
Universitas Sumatera Utara
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Tingkat pengetahuan
Untuk mengukur tingkat pengetahuan digunakan skala ordinal dengan dua kategori yaitu baik dan kurang. Untuk memperoleh kategori baik dan kurang
digunakan sistem pembobotan skoring atau disebut skala Likert Riduwan, 2005. Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan dengan total skor
sebesar 20. Setiap pertanyaan memiliki 3 pilihan jawaban yaitu sebagai berikut : a.
Jawaban a diberikan skor 2 dua b. Jawaban b diberikan skor 1 satu
c. Jawaban c diberikan skor 0 nol
Berdasarkan total skor yang diperoleh dari 10 pertanyaan yang diajukan, maka tingkat pengetahuan responden diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu :
1. Kurang, apabila jawaban responden memiliki skor 12 atau dapat menjawab
60 dari 10 pertanyaan yang diajukan.
2. Baik, apabila responden memiliki nilai skor
≥ 12 atau dapat menjawab ≥ 60 dari 10 pertanyaan yang diajukan.
3.6.2. Sikap
Pengukuran sikap dilakukan dengan mengajukan 10 pernyataan dengan total skor sebesar 30. Kriteria pilihan jawaban sikap adalah sebagai berikut :
a. Sangat Setuju diberikan skor 3 tiga
b. Setuju diberikan skor 2 dua
Universitas Sumatera Utara
c. Kurang Setuju diberikan skor 1 satu.
d. Tidak Setuju diberikan skor 0 nol.
Berdasarkan total skor yang diperoleh responden dari 10 pernyataan yang diajukan, maka sikap responden digolongkan dalam 2 kategori yaitu :
1. Kurang baik, bila total skor 17 atau dapat menjawab 60 dari 10
pernyataan. 2.
Baik, apabila jawaban responden memiliki total skor
≥ 17 atau dapat menjawab ≥ 60 dari 10 pernyataan yang diajukan.
3.6.3. Tindakan Penderita
Tindakan responden diukur dengan mengajukan 10 pertanyaan yang telah diberi skor. Setiap pertanyaan diberikan 3 tiga pilihan jawaban dengan total skor 20.
Kriteria pilihan jawaban tindakan adalah sebagai berikut : 1.
Jawaban a diberikan skor 2 dua 2.
Jawaban b diberikan skor 1 satu 3.
Jawaban c diberikan skor 0 nol Berdasarkan total skor yang diperoleh dari 10 pertanyaan tersebut, maka
tindakan responden diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu : 1.
Kurang baik, bila responden dapat menjawab benar 60 dari 10 pertanyaan
yang diajukan atau memiliki total skor 12. 2.
Baik, bila responden dapat menjawab benar
≥ 60 dari 10 pertanyaan yang diajukan atau memiliki total skor
≥ 12.
Universitas Sumatera Utara
3.6.4. Lingkungan dalam Rumah
Untuk mengetahui variabel lingkungan dalam rumah dilakukan observasi terhadap beberapa indikator seperti , ventilasi, serta kondisi dinding dan lantai rumah
responden, kemudian variabel ini dikategorikan menjadi 2 dua, yaitu: 1.
Kurang baik, bila dalam rumah responden terdapat pakaian bergantungan,
ventilasi tidak terpasang kawat nyamuk dan dinding atau lantainya tidak rapat nyamuk memungkinkan serangga masukkeluar
2. Baik, bila dalam rumah responden tidak terdapat pakaian bergantungan, ventilasi
terpasang kasa nyamuk dan dinding atau lantainya rapat nyamuk tidak memungkinkan serangga masukkeluar.
3.6.5. Lingkungan luar rumah
Untuk mengetahui variabel lingkungan luar rumah dilakukan observasi terhadap beberapa indikator seperti pengandangan ternak, serta adanya tempat
perindukan seperti genangan air dan kolam, kemudian variabel ini dikategorikan menjadi 2 dua, yaitu:
1.
Kurang baik, bila halaman rumah responden terdapat tempat perindukan berupa
genangan air atau kolam dan
ada pengandangan ternak dengan jarak ≤ 10 meter
dari rumah responden. 2.
Baik, bila halaman rumah responden tidak terdapat tempat perindukan dan tidak
ada pengandangan ternak atau ada pengandangan ternak tetapi dengan jarak 10 meter dari rumah.
Universitas Sumatera Utara
3.6.6. Kejadian Malaria Relaps
Untuk mengetahui variabel kejadian relaps adalah dari hasil wawancara dan dengan melihat kartu berobat penderita. Variabel kejadian relaps dikategorikan
menjadi 2 yaitu : 1.
Relaps, bila responden pernah mendapat serangan malaria berulang dalam waktu
8 minggu setelah serangan awal. 2.
Tidak relaps, bila responden tidak pernah mengalami serangan ulang malaria
atau mengalami serangan ulang malaria dalam waktu 8 minggu setelah serangan awal.
3.7. Metode Analisis Data
Analisis univariat dilakukan untuk mendapat gambaran distribusi frekuensi responden untuk masing-masing variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen sehingga diketahui variabel mana yang berhubungan dengan variabel dependen dan bermakna
secara statistik. Karena jenis data kategori maka digunakan uji Chi-Square. Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dengan melakukan uji regresi logistik yang didapatkan dari uji bivariat dimana variabel yang mempunyai nilai p 0,25 dapat
dijadikan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian relaps. Dari uji multivariat ini akan diketahui variabel mana yang paling dominan pengaruhnya terhadap kejadian
relaps. Proses analisis ini akan menggunakan perangkat lunak komputer.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Kondisi Geografis
Kecamatan Juli merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Bireuen Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam, dengan luas wilayah 212,08
Km2 yang terdiri dari 36 desa dan merupakan wilayah kerja Puskesmas Juli. Secara geografis Kecamatan Juli terletak dibagian selatan kabupaten Bireuen,
disebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kota Juang, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Jeumpa, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Benar
Meriah dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Peusangan. Keadaan topografis 72,2 desa merupakan daerah datar, dan 27,8 berbukit.
Ketinggian tempat diatas permukaan laut dpl berdasarkan wilayah adalah 26,31 berada pada ketinggian 0–10 m dpl, 13,06 berada pada ketinggian 10–25 m dpl,
45,59 terletak pada ketinggian 25–500 m dpl, dan 10,17 berada pada kertinggian 500–1000 m dpl BPS Kabupaten Bireuen, 2007
4.1.2. Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Juli sebanyak 25.288 jiwa, terdiri atas 12.501 laki-laki dan 12.787 perempuan dengan 5789 kepala keluarga. Jumlah penduduk
menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Penduduk No
Klp. Umur Tahun
Lk Pr Jumlah
1. 0 – 4
1.418 5,61
1.278 5,05
2.696 10,66
2. 5 – 14
2.996 11,85
2.778 10,99
5.768 22,83
3. 15 – 44
5.786 22,88
6.328 25,02
12.122 47,90
4. 44 – 65
1.815 7,18
1.764 6,98
3.577 14,15
5. ≥ 65
486 1,92
639 2,53
1.128 4,45
Total 12.501
49,43 12.787
50,57 25.288
100,00
Sumber : Kantor Camat Kecamatan Juli, tahun 2008
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa bahwa kelompok umur 15 – 44 tahun merupakan
kelompok umur dengan persentase tertinggi baik untuk jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, persentase total 47,90, sedangkan menurut jenis kelamin
persentase penduduk perempuan 50,57 , lebih tinggi dibandingkan penduduk laki- laki sebesar 49,43.
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
No Jenis Pekerjaan
Jumlah Jiwa
1. Petani Buruh Tani
12.823 50,71
2. Pedagang Wiraswasta
2.291 9,06
3. PNS
823 3,29
4. TNI POLRI
129 0,51
5. Tidak bekerja
9.213 36,43
Total 25.288 100,00
Sumber: Kantor camat Kecamatan Juli Tahun 2008
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.2 terlihat bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Juli bekerja sebagai petaniburuh tani yaitu sebesar 50,71.
4.1.3. Sarana dan tenaga pelayanan kesehatan
Jenis dan jumlah sarana maupun tenaga pelayanan kesehatan di kecamatan Juli dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3. Jenis dan Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
No. Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan
Jumlah
1. Puskesmas Rawat
Inap 1
2. Puskesmas Non Rawat Inap
- 3. Puskesmas
Pembantu 2
4. Pos Bersalin Desa Polindes
4 5.
Pos Pelayanan Terpadu Posyandu 40
6. Pos Kesehatan Desa Poskesdes
7 7.
8. Puskesmas Keliling Kenderaan Roda 4
Klinik Bersalin 1
2 Sumber : Puskesmas Juli, tahun 2008
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa sarana pelayanan kesehatan yang paling banyak di
Kecamatan Juli adalah Posyandu, dimana setiap desa sudah memiliki paling sedikit 1 satu posyandu.
Ketersediaan tenaga kesehatan yang berkualitas, memadai dan merata mutlak diperlukan untuk pelayanan kesehatan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Jenis dan jumlah tenaga pelayanan kesehatan di Kecamatan Juli dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
No. Jenis Tenaga Kesehatan
Jumlah
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. Dokter Umum
Dokter Gigi Sarjana Kesehatan Masyarakat
Bidan Perawat
Analis Perawat Gigi
Asisten Apoteker Penata Gizi
Akademi Kesehatan Lingkungan 2
2
45 33
1 2
2 3
5
Total 95
Sumber : Puskesmas Juli, tahun 2008 Tenaga kesehatan yang paling banyak di Puskesmas Juli adalah bidan, sebagian
besar Bidan Desa yang tersebar diseluruh desa dalam wilayah Kecamatan Juli. 4.1.4.
Kondisi kesehatan Pola penyakit pada semua kelompok umur berdasarkan data pada laporan
tahunan puskesmas tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5. Sepuluh Penyakit Utama Rawat Jalan di Puskesmas Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
No Jenis Penyakit
Jumlah
1. ISPA 1.542
23,82 2. Gastritis
1.066 16,47
3. Otitis Media
982 15,17
4. Hipertensi 877
13,55 5. Malaria
Klinis 439
6,78 6. Scabies
354 5,47
7. Disentri 391
6,04 8. Penyakit
Kecacingan 267
4,12 9. Ruda
PaksaKecelakaan 282
4,36 10.
Lain – lain 273
4,22
Total 6.473 100
Universitas Sumatera Utara
Dari 10 penyakit utama yang diamati, terlihat bahwa penyakit malaria klinis menempati urutan kelima di Puskesmas Juli 6,78.
4.1.5. Distribusi Penderita Malaria
Berdasarkan hasil pemeriksaan sediaan darah dari 244 penderita malaria klinis yang diperiksa darahnya, ditemukan 92 penderita positif malaria. Distribusi penderita
malaria positif menurut waktu penemuan dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut:
Tabel 4.6. Distribusi Penderita Malaria Positif Menurut Waktu Penemuan Bulan di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
No
Bulan Penemuan
Jumlah 1.
Januari 8
8,70 2.
Februari 9
9,78 3.
Maret 9
9,78 4.
April 8
8,70 5.
Mei 7
7,61 6. Juni
11 11,96
7. Juli
6 6,52
8. Agustus
5 5,43
9. September
5 5,43
10. Oktober
4 4,35
11. November
7 7,61
12. Desember 13
14,13
Total 92
100,00
Dari data pada tabel 4.6 diatas terlihat bahwa frekuensi penderita penyakit malaria berfluktuasi dimana terjadi peningkatan kasus pada bulan Januari sampai
dengan Juni, kemudian menurun sampai bulan Oktober dan meningkat lagi pada bulan November dan Desember.
Universitas Sumatera Utara
4.2. Distribusi Karakteristik Responden Penelitian
Gambaran karakteristik responden secara umum menurut kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan seperti dalam uraian berikut ini:
4.2.1. Distribusi Responden Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Tabel 4.7. Distribusi Responden Menurut Kelompk Umur dan Jenis Kelamin Di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
No Kelompok Umur
Tahun
Jumlah Jumlah
Jumlah
1 ≤ 12
2 3,3
1 1,7
3 5,0
2 12
32 53,4
25 41,6
57 95,0
Total 34 56,7 26 43,3 60 100
Pada tabel 4.7 tampak sebagian besar responden berusia 12 tahun yaitu
sebesar 95 dan berdasarkan jenis kelamin persentase responden laki-laki sedikit lebih tinggi dibanding perempuan yaitu 56,7.
4.2.2. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan, responden yang dibagi atas 2 dua kategori
yaitu tingkat pendidikan rendah dan tinggi dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Tingkat Pendidikan Jumlah
Persentase
Rendah Tinggi
46 14
76,7 23,3
Jumlah 60 100,0
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 4.8. diketahui bahwa sebagian besar responden 76,7 mempunyai tingkat pendidikan rendah.
4.2.3. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan
Tabel 4.9. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Pekerjaan Jumlah Persentase
Bekerja:
PetaniBuruh Tani
PedagangWiraswasta
PNS
TNI Tidak bekerja
23 7
3 2
25 38,3
11,7 5,0
3,3 41,7
Total 60 100,0
Tabel 4.9. menunjukkan bahwa berdasarkan pekerjaannya, responden yang bekerja lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja yaitu
sebesar 58,3 dan sebagian besar 38,3 bekerja sebagai petaniburuh tani.
4.3. Distribusi Perilaku Responden Penelitian
Perilaku responden dalam penelitian ini adalah meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan penderita malaria dalam penanggulangan malaria di Kecamatan Juli.
4.3.1. Pengetahuan
Pengetahuan yang diteliti berupa pengertian dari responden tentang penyakit malaria yang meliputi gejala penyakit, cara penularan, tempat perindukan, cara
pencegahan dan pengobatan penyakit malaria. Hasil penelitian yang dikelompokkan dalam 2 dua kategori yaitu kurang dan baik, dapat dilihat dalam tabel 4.10 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Pengetahuan Jumlah Persentase
Kurang Baik
31 29
51,7 48,3
Total 60 100,0
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik
tentang penyakit malaria lebih sedikit yaitu 48,3, jika dibandingkan dengan responden yang pengetahuannya kurang.
4.3.2. Sikap
Sikap responden tentang penyakit malaria meliputi sikap terhadap penanggulangan termasuk cara-cara mencegah terjadinya penyakit malaria atau
serangan ulang malariarelaps. Hasil penelitian tentang sikap responden dalam penanggulangan penyakit malaria yang dikelompokkan dalam 2 dua kategori yaitu
kategori kurang dan kategori baik, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.11. Distribusi Responden Menurut Sikap terhadap Penanggulangan Malaria Di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Sikap Jumlah Persentase
Kurang Baik
31 29
51,7 48,3
Jumlah 60 100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui responden yang bersikap kurang baik dalam penanggulangan penyakit malaria, sedikit lebih banyak yaitu 51,7 dibandingkan
responden dengan sikap baik 48,3. 4.3.3.
Tindakan Tindakan responden yang berhubungan dengan pencegahan terjadinya penyakit
malaria dan serangan ulang malaria atau relaps meliputi menghidari gigitan nyamuk dengan cara memasang kawat kasa pada ventilasi, memakai obat nyamuk bakar atau
menggunakan kelambu saat tidur malam hari, memakai pakaian tertutup dan menggunakan obat nyamuk oles saat keluar rumah malam hari, minum obat secara
teratur sesuai petunjuk dan menjaga kebersihan lingkungan rumah.
Tabel 4.12. Distribusi Responden Menurut Tindakan Di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Tindakan Jumlah Persentase
Kurang Baik
35 25
58,3 41,7
Jumlah 60 100,0
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa persentase responden yang sudah melakukan
tindakan yang baik dalam penanggulangan malaria di kecamatan Juli masih rendah, hanya 41,7.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Distribusi Faktor Lingkungan Responden Penelitian
4.4.1. Lingkungan Dalam Rumah
Distribusi faktor lingkungan dalam rumah responden yang meliputi ventilasi dengan kawat kasa, kondisi dinding dan lantai rumah yang memudahkan nyamuk
keluar masuk serta kebersihan dalam rumah dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.13. Distribusi Faktor Lingkungan Dalam Rumah Responden Di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Lingkungan Dalam Rumah Jumlah
Persentase
Kurang Baik
26 34
43,3 56,7
Jumlah 60 100,0
Tabel 4.13 menggambarkan bahwa lingkungan dalam rumah responden
sebagian besar sudah baik, yaitu mencapai 56,7. 4.4.2.
Lingkungan Luar Rumah Faktor lingkungan luar rumah responden yang diteliti meliputi keberadaan
genangan air atau kolam dan adanya kandang ternak. Hasil penelitian tentang kondisi lingkungan luar rumah responden disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.14. Distribusi Faktor Lingkungan Luar Rumah Responden di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Lingkungan Luar Rumah Jumlah
Persentase
Kurang Baik
39 21
65,0 35,0
Jumlah 60 100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa sebagian besar lingkungan luar rumah responden pada kategori kurang baik, yaitu 65.
4.4.3. Kejadian Malaria Relaps
Tabel 4.15. Distribusi Responden menurut Kejadian Malaria Di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Kejadian Malaria Jumlah
Persentase
Relaps Tidak Relaps
22 38
36,7 63,3
Jumlah 60 100,0
Berasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa responden yang mengalami relaps sebesar 36,7.
4.5. Analisis Bivariat
Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square.
Bila dari hasil uji tersebut diperoleh nilai p 0,05, maka dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik
4.5.1. Hubungan Umur dengan Kejadian Malaria Relaps.
Hasil analisis hubungan umur dengan kejadian malaria di kecamatan Juli dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16. Hubungan Umur dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Kejadian Malaria Total
Relaps Tidak Relaps
Umur N N
N OR
95 CI P value
12 thn ≥ 12 thn
2 20
66,7 35,1
1 37
33,3 64,9
3 57
100,0 100,0
3,7 0,316-43,365
0,548
Dari tabel 4.16 diketahui mayoritas responden berumur ≥ 12 tahun. Hasil
uji Fisher’s Exact menunjukkan bahwa responden berumur ≥ 12 tahun yang
mengalami relaps sebanyak 35,1. Namun pada kelompok umur 12 tahun sebagian besar responden 66,7 mengalami relaps. Dari hasil uji statistik diperoleh
nilai p value = 0,548 berarti tidak ada hubungan umur dengan kejadian malaria relaps.
4.5.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Malaria Relaps
Hasil uji bivariat antara jenis kelamin dengan kejadian malaria dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.17. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Kejadian Malaria Total
Relaps Tidak
Relaps OR
95 CI Jenis Kelamin
N N
N P
value
Laki-laki Perempuan
13 9
38,2 34,6
21 17
61,8 65,4
34 26
100,0 100,0
1,169 0,404-3.387
0,986
Tabel 4.17 menunjukkan bahwa persentase responden laki-laki yang mengalami kejadian relaps sedikit lebih tinggi yaitu 38,2 dibandingkan dengan responden
Universitas Sumatera Utara
perempuan 34,6. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,986 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian relaps.
4.5.3. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Malaria Relaps
Hasil analisis hubungan pendidikan dengan kejadian malaria di kecamatan Juli dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.18. Hasil Analisis Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Kejadian Malaria Total
Relaps Tidak
Relaps OR
95 CI Pendidikan
N N N
P value
Rendah Tinggi
16 6
34,8 42,9
30 8
65,2 57,1
46 14
100 100
0,711 0,210-2,409
0,816
Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa kejadian malaria relaps dialami oleh sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan sedang yaitu 41,2 yang diikuti
oleh responden dengan tingkat pendidikan rendah. Namun responden dengan tingkat pendidikan tinggi sama sekali tidak ada yang mengalami kejadian relaps. Dari hasil
uji statistik diperoleh nilai p value = 0,816 berarti tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian malaria relaps.
4.5.4. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Malaria Relaps
Hasil analisis tentang hubungan pekerjaan dengan kejadian malaria dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.19. Hasil Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Kejadian Malaria Total
Relaps Tidak
Relaps OR
95 CI Pekerjaan
N N N
P value
Bekerja Tidak Bekerja
18 4
51,4 16,0
17 21
48,6 84,0
35 25
100 100
5,559 1,580-19,559
0,011
Berdasarkan data dalam tabel 4.19 terlihat bahwa kejadian malaria relaps terjadi pada sebagian besar responden yang bekerja yaitu 51,4, sedangkan pada
responden yang tidak bekerja hanya 16 yang mengalami relaps. Hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,011 0,05, artinya secara statistik ada hubungan yang
signifikan antara pekerjaan dengan kejadian malaria relaps dengan nilai OR 5,559 95 CI : 1,580-19,559 dimana responden yang bekerja berpeluang mengalami
relaps sebesar 5,6 kali dibandingkan responden yang tidak bekerja. 4.5.5.
Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Malaria Relaps. Hasil analisis tentang hubungan pengetahuan dengan kejadian malaria dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.20. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Kejadian Malaria Total
Relaps Tidak
Relaps OR
95 CI Pengetahuan
N N N
P value
Kurang Baik
20 2
64,5 6,9
11 27
35,5 93,1
31 29
100 100
24,545 4,888-123,262
0,001
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.20 menggambarkan bahwa kejadian malaria relaps lebih banyak 64,5 dialami oleh responden yang pengetahuannya kurang. Sedangkan mayoritas
responden yang memiliki pengetahuan baik tentang malaria yaitu 93,1 tidak mengalami relaps. Hasil uji statistik nilai p = 0,001, berarti ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan kejadian malaria relaps dengan nilai OR 24,545 95 CI : 4,888-123,262 dimana responden yang pengetahuannya kurang
berisiko untuk mengalami relaps sebesar 24,5 kali dibandingkan responden yang pengetahuannya baik.
4.5.6. Hubungan Sikap dengan Kejadian Malaria Relaps.
Tabel 4.21. Hubungan Sikap Responden dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Kejadian Malaria Total
Relaps Tidak
Relaps OR
95 CI Sikap
N N N
P value
Kurang Baik
15 7
48,4 24,1
16 22
51,6 75,9
31 29
100 100
2,946 0,977-8,890
0,093
Tabel 4.21 menunjukkan kejadian malaria relaps terjadi pada sebagian besar responden dengan sikap kurang yaitu 48,4. Sedangkan responden dengan sikap
baik yang mengalami relaps sebesar 24,1. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,093 p 0,05 , artinya secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara sikap
dengan kejadian malaria relaps. .
Universitas Sumatera Utara
4.5.7. Hubungan Tindakan dengan Kejadian Malaria Relaps.
Tabel 4.22. Hubungan Tindakan Responden dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Kejadian Malaria Total
Relaps Tidak
Relaps OR
95 CI Tindakan
N N N
P value
Kurang Baik
20 2
64,5 6,9
15 23
42,9 92,0
35 25
100 100
15,333 3,119-75,376
0,001 Dalam tabel 4.22. terlihat bahwa sebagian besar yaitu 73,1 responden
dengan tindakan yang kurang baik mengalami kejadian malaria relaps, sedangkan responden dengan tindakan baik yang mengalami relaps hanya 8,0. Hasil uji chi
square menunjukkan nilai p = 0,001, yang berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara tindakan dengan kejadian malaria relaps dengan nilai OR 15,333
95 CI : 3,119-75,376 dimana responden yang tindakannya kurang berisiko untuk mengalami relaps sebesar 15,3 kali dibandingkan responden yang tindakannya baik.
4.5.8. Hubungan Lingkungan Dalam Rumah dengan Kejadian Malaria Relaps
Hasil analisis hubungan lingkungan dalam rumah responden dengan kejadian malaria dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.23. Hubungan Lingkungan Dalam Rumah dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Kejadian Malaria Total
Relaps Tidak
Relaps OR
95 CI Lingkungan
Dalam Rumah
N N N
P value
Kurang Baik
19 3
73,1 8,8
7 31
26,9 91,2
26 34
100 100
28,048 6,461-121,756
0,001
Tabel 4.23 memperlihatkan bahwa kejadian malaria relaps terjadi pada sebagian besar 73,1 responden yang mempunyai lingkungan dalam rumah yang
kurang baik. Sedangkan responden yang lingkungan dalam rumahnya baik dan mengalami kejadian malaria relaps hanya 8,8. Dari hasil uji chi square diperoleh
nilai p = 0,001, berarti pada α = 5 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara lingkungan dalam rumah dengan kejadian malaria relaps dengan OR 28,048 95 CI : 3,119-75,376 dimana responden yang lingkungan
dalam rumahnya kurang berpeluang mengalami relaps sebesar 28,1 kali dibandingkan responden yang lingkungan dalam rumahnya baik.
4.5.9. Hubungan Lingkungan Luar Rumah dengan Kejadian Malaria Relaps
Hasil analisis tentang hubungan lingkungan luar rumah dengan kejadian malaria dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.24. Hubungan Lingkungan Luar Rumah dengan Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen Tahun 2008
Kejadian Malaria Total
Relaps Tidak
Relaps OR
95 CI Lingkungan
Dalam Rumah
N N N
P value
Kurang Baik
15 5
38,5 33,3
24 14
61,5 66,7
39 21
100 100
1,250 0,411-3,805
0,911 Dari data yang tampak dalam tabel 4.24, diketahui bahwa kejadian malaria
relaps terjadi pada 38,5 responden yang lingkungan luar rumahnya kurang baik, sedikit lebih banyak dibandingkan dengan responden yang lingkungan luar rumahnya
baik 33,3. Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,911 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lingkungan luar rumah
dengan kejadian malaria relaps.
4.6. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik logistic regression untuk mencari faktor yang dominan mempengaruhi kejadian
relaps pada penderita malaria di Kecamatan Juli. 4.6.1.
Pemilihan Variabel Dalam penelitian ini terdapat sembilan variabel yang diduga berpengaruh
terhadap kejadian relaps sesuai tabel 4.25 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.25. Hasil Uji Bivariat Untuk Identifikasi Variabel yang Perlu
Dipertimbangkan masuk dalam Analisis Multivariat Variabel
P value
Umur Jenis Kelamin
Pekerjaan Pendidikan
Pengetahuan Sikap
Tindakan Lingkungan Dalam Rumah
Lingkungan Luar Rumah 0,280
0,773 0,004
0,586 0,000
0,049 0,000
0,000 0,693
= variabel sebagai kandidat multivariate Variabel yang dipertimbangkan untuk dipilih dan dimasukkan dalam analisis
multivariat adalah variabel-variabel dengan nilai p 0,25.
4.6.2. Penentuan Variabel yang Dominan
Berdasarkan hasil uji bivariat pada tabel 4.25, diperoleh variabel-variabel yang dapat dimasukkan kedalam analisis regresi logistik multivariat. Dalam analisis
ini semua variabel diuji secara bersamaan, kemudian variabel dengan p value 0,05 akan dikeluarkan satu persatu secara berurutan dimulai dari variabel dengan nilai
p value paling besar. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.26. Hasil Uji Regresi Logistik Untuk Identifikasi variabel paling Berpengaruh Terhadap Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan
Juli Tahun 2008
= variabel yang akan dikeluarkan
Variabel Exp B
P value
Pekerjaan Pengetahuan
Sikap Tindakan
Lingkungan Dalam Rumah Constant
11,080 13,266
1,063 21,454
18,711 -14,724
0,033 0,054
0,956 0,010
0,009 0,000
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.26 terlihat variabel sikap mempunyai nilai p value paling besar dan 0,05 yaitu 0,956. Dengan demikian variabel sikap dikeluarkan , kemudian
dilakukan analisis berikutnya tanpa mengikutkan variabel sikap dan hasilnya seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.27. Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Untuk Identifikasi Variabel Paling Berpengaruh Terhadap Kejadian Malaria Relaps di Kecamatan
Juli Tahun 2008
Variabel Exp B
P value
Pekerjaan Pengetahuan
Tindakan Lingkungan Dalam Rumah
Constant
11,175 13,045
21,512 18,840
-14,644 0,031
0,049 0,010
0,008
0,000
Dari hasil analisis dalam tabel 4.27 diketahui bahwa nilai p value dari variabel pekerjaan, pengetahuan, tindakan dan lingkungan dalam rumah 0,05 oleh
karenanya tidak dikeluarkan lagi. Dengan demikian ke empat variabel tersebut merupakan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian malaria relaps dan yang
paling dominan pengaruhnya adalah variabel tindakan. Berdasarkan nilai koefisien regresi
β masing-masing variabel independen dapat dibuat model persamaan regresi sebagai berikut:
Y = α + β
I
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ β
4
X
4
Y = -14,644 + 21,512X
1
Tindakan + 18,840X
2
Lingkungan dalam rumah +
13,045X
3
Pengetahuan +11,175X
4
Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini ada 9 variabel yang diteliti, yang diduga berkaitan dengan kejadian relaps. Namun analisis statistik menunjukkan hanya 4 variabel yang
dianggap memberikan kontribusi terhadap kejadian relaps pada penderita malaria di Kecamatan Juli yaitu variabel pekerjaan, pengetahuan, tindakan dan lingkungan
dalam rumah. Dari berbagai fakta yang didapatkan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti mencoba membahas permasalahan yang ada dan membandingkan dengan
penelitian terdahulu serta teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli seperti dalam uraian berikut.
1. Karakteristik Penderita Malaria
5.1.1. Pengaruh Umur Terhadap Kejadian Malaria Relaps
Secara statistik diketahui tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian relaps p=0,548. Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar
responden 95 berada pada kelompok umur ≥ 12 tahun dan 3 responden 5
kelompok umur 12 tahun. Dari 57 responden berumur ≥ 12 tahun sebanyak 20
responden 35,1 mengalami relaps dan pada kelompok umur 12 tahun sebagian besar responden 66,7 mengalami relaps.
Tidak bermaknanya faktor umur pada penelitian ini bisa disebabkan karena jumlah responden pada kelompok umur 12 tahun terlalu kecil 5 atau adanya
perbedaan kekebalan terhadap infeksi parasit malaria dimana dengan bertambahnya umur kekebalan terhadap malaria semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Budarja 2001 di Kecamatan Kupang Timur, bahwa dari 100 penderita malaria yang
diteliti sebesar 94 terjadi pada kelompok umur 15-45 tahun. Menurut Anies 2006 penyakit malaria pada umumnya dapat menyerang semua golongan umur, dan anak-
anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria. Perbedaan prevalensi malaria menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat
kekebalan karena variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk. 5.1.2.
Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Malaria Relaps Secara statistik diketahui tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan kejadian malaria relaps p= 0,986. Dari hasil penelitian didapatkan responden laki-laki yang mengalami kejadian relaps sedikit lebih tinggi yaitu 38,2
dibandingkan dengan responden perempuan 34,6. Hal ini dimungkinkan mengingat aktifitas responden laki-laki yang sebagian besar adalah petaniburuh tani
di kebun-kebun sawit sudah dimulai pada jam 06.00 pagi serta kebiasaan masyarakat di lokasi penelitian terutama kaum pria berkumpul di warung kopi sampai larut
malam sehingga kemungkinan kontak dengan nyamuk lebih sering terjadi. Keadaan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Depkes 1999
bahwa infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin, perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan perempuan dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain pekerjaan, pendidikan, mobilitas dan kekebalan.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3. Pengaruh Pendidikan terhadap Kejadian Malaria Relaps
Hasil uji chi square menunjukkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan kejadian malaria relaps dan setelah
dilakukan analisis multivariat didapatkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap kejadian relaps.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa kejadian relaps lebih banyak terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu 42,9 dibandingkan dengan
responden yang berpendidikan rendah yaitu sebesar 34,8. Hal ini mungkin terjadi, karena meskipun pendidikannya tinggi responden kurang memahami tentang
penyakit malaria dan upaya-upaya penanggulangannya yang akan berlanjut pada kurangnya kesadaran dan kepedulian untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap
terjadinya serangan ulang malariarelaps. Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mencerna
dan memahami suatu masalah, selanjutnya pemahaman akan masalah bisa membentuk sikap seseorang dan dengan dipengaruhi oleh lingkungannya akan
menghasilkan suatu perilaku nyata tindakan sebagai suatu reaksi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Piyarat 1986 di
bagian timur Thailand, bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara mereka yang berpendidikan dengan kejadian malaria.
Universitas Sumatera Utara
5.1.4. Pengaruh Pekerjaan terhadap Kejadian Malaria Relaps
Secara statistik diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian malaria relaps p= 0,011. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa kejadian relaps terjadi pada sebagian besar responden yang bekerja yaitu sebesar 51,4 dan mayoritas pekerjaannya adalah petaniburuh tani yaitu
sebanyak 38,3. Sedangkan pada responden yang tidak bekerja hanya 16 yang mengalami relaps.
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktifitas utama yang dilakukan manusia. Dalam kaitannya dengan suatu penyakit pekerjaan lebih banyak dilihat dari
kemungkinan keterpaparan khusus dan derajat keterpaparan serta besarnya resiko menurut sifat pekerjaan. Pekerjaan responden sebagai petaniburuh tani yang bekerja
di ladang atau kebun-kebun kelapa sawit yang merupakan tempat hidup dan berkembangbiaknya nyamuk Anopheles, memungkinkan mereka selalu terpapar
dengan gigitan nyamuk yang infektif sehingga peluang terjadinya infeksi lebih besar. Ini sesuai dengan hasil penelitian Piyarat 1986 yang menyatakan bahwa
seseorang yang bekerja di hutan mempunyai risiko untuk tertular penyakit malaria karena dihutan merupakan tempat hidup dan berkembangbiaknya nyamuk
Anopheles sp dengan kepadatan yang tinggi.
2. Pengaruh Perilaku terhadap Kejadian Malaria Relaps